Puluhan bahkan ratusan juta orang di seluruh dunia harus berada di rumah sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Sementara pemerintah dan para pakar terus bekerja keras menemukan anti virus corona ini, setiap orang diimbau, diminta, bahkan dipaksa tetap tinggal di rumah. Dengan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dirumah maka penyebaran virus corona bisa dihentikan.
Agar Work from Home dapat dijalankan, maka aplikasi video meeting atau conference yang memungkinkan bisa terhubung orang dengan orang, bahkan kelompok orang secara audio visual menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Mendorong bahkan juga memaksa setiap orang untuk menggunakan aplikasi meeting, mulai dari yang sangat sederhana amatiran hingga level dan kebutuhan profesional.
Perburuan beragam aplikasi meeting pun semakin meningkat. Banyak pengguna baru menyadari kalau aplikasi meeting ini tersedia beragam pilihan, dengan fitur yang berbeda-beda, bahkan tingkat kesulitan yang juga berbeda. Mulai dari yang gratis bebas sepuasnya, berbatas waktu, hingga berbayar murah hingga mahal.
Memang aplikasi ini tersedia sesuai kebutuhan. Sekedar menyebut beberapa contoh antara lain, ada Skype, Zoom cloud, Google Hangout, Cisco Webex, Teams, Slack, hingga WA.
Kendati kebutuhan pasar masih sangat luas dan besar, namun sulit di hindari terjadi persaingan diantara penyedia aplikasi video conference ini. Dalam waktu singkat, aplikasi Zoom merupakan aplikasi yang sangat populer, paling banyak pengguna, bahkan menjadi sangat fenomenal dibandingkan dengan aplikasi lain, serta menjadi perbincangan di seluruh dunia pengguna karena kelemahan sistem aplikasi ini.
Dilihat dari kacamata pengguna, saat ini Zoom merupakan pilihan aplikasi yang terbaik digunakan ketimbang aplikasi yang lain. Sebab, bila tidak bagus maka pengguna pasti akan memilih yang lain.
Tidak saja karena beragam fitur yang tersedia dianggap lebih dari cukup, tetapi juga karena kemudahan mengoperasikan aplikasi ini. Dengan menekan link yang dikirimkan, maka seseorang sudah bisa langsung terhubung dengan sebuah ruang meeting daring.
Fakta yang tidak bisa terbantahkan bahwa pengguna Zoom melonjak ribuan persen dibandingkan pesaing lainnya. Lihat saja, pada bulan Maret 2020, rata-rata pengguna Zoom setiap hari sekitar 200 juta. Angka ini, hanya sekitar 10 juta perhari pada bulan Desember 2019.
Bayangkan, di sana ada lonjakan hampir 2000%. Dan menjadikan harga saham Zoom di pasar modal Nasdaq AS meningkat, kendati bursa dunia sedang menurun drastis.
Ketika begitu banyak kritik datang ke kantor Zoom, sulit untuk tidak melihat adanya persaingan di sana. Ceruk pasar yang menganga lebar menjadi area bagi perusahaan lain untuk memanfaatkannya. Tetapi, apakah pengguna mau beranjak dari Zoom?
Rasanya, tidak mudah, tidak saja karena ada banyak fasilitas gratisnya, tetapi pengguna sudah terlanjur familiar, sayang dan jatuh cinta kepada zoom ketimbang lainnya. Kalaupun oleh kantor melarang, sangat mungkin pengguna masih menggunakan Zoom secara diam-diam.
Zoom: Perusahaan Startup Unicorn
Barangkali pendiri dan CEO dari Zoom, yaitu Erick Yuan, warga AS keturunan China tidak pernah membayangkan kalau perusahaan yang dibangunnya akan menjadi sebuah raksasa di bidang aplikasi video conference yang menjadi sangat fenomenal dan fantastis ketika pandemi Covid19 menyebar ke hampir seluruh negara di dunia ini.
Hanya dalam 6 tahun sejak di dirikan pada tahun 2011, Zoom Video Communication, Inc. atau lebih dikenal dengan Zoom, menjadi salah satu perusahaan rintisan atau start up company menjadi Unicorn bernilai kapasitas lebih dari 1 miliar dolar AS pada tahun 2017.
Erick Yuan bisa mencapai hasil yang luar biasa itu, karena kemampuannya membangun jejaring, bahkan integrasi beragam layanan dari banyak perusahaan lain, menjadi pertimbangan dukungan pendanaan datang dalam jumlah besar.
Sedemikian hebatnya peluang yang bisa di raih, mengantarkan Zoom untuk masuk pasar modal AS dengan go publik pada April 2019, dan dicatat di Nasdaq market.
Kepercayaan investor sangat kencang saat masuk bursa efek. Bayangkan saja, harga saham sebesar  $ 36 per saham saat pencatatan awal, dan diakhir hari perdagangan harga saham Zoom meledak hingga 72%, sehingga nilai kapasitas perusahaan Zoom ini melompat naik ke 16 miliar dolar AS, di akhir perdagangan saat pertama masuk bursa.
Zoom memiliki core service pada Video telephony, Obrolan secara online, dan sistem telepon bisnis yang menjadi kebutuhan dasar dalam mengelola komunikasi bisnis yang sangat efektif dan efisien. Tidak saja ketika terjadi situasi darurat seperti pandemi virus corona, tetapi juga pada keadaan normal yang memungkinkan pengambilan keputusan melalui video conference seperti zoom.
Dengan inovasi yang terus dikerjakan oleh Manajemen Zoom, sekarang ini pengguna sudah bisa menggunakan aplikasi ini dengan peserta hingga ratusan orang dengan Zoom Room yang disediakan. Tentu saja ada harga yang harus di bayar oleh perusahaan pengguna dengan waktu yang panjang dan peserta meeting yang lebih banyak.
Salah satu pertimbangan utama banyak pengguna menggunakan Zoom karena tersedia slot time setiap 40 menit secara gratis dan bisa di ulang ke 40 menit berikut tetapi perlu di konet ulang, demikian seterusnya sesuai kebutuhan.
Bahkan, bila Anda baru pertama kali menggunakan Zoom, tersedia dua sesi tanpa batas waktu untuk menggunakan Zoom dengan akun baru. Peluang ini banyak di gunakan oleh para mahasiswa dengan cara membuat sejumlah akun email baru agar sessi gratis yang panjang bisa digunakan.
Sebelum menjadi booming seperti sekarang ini, pengelola zoom ini menyediakan fasilitas yang dimilikinya ini secara gratis kepada banyak lembaga pendidikan dan lembaga nir laba lainnya. Bahkan, kepada dokter-dokter melayani pasien secara daring.
Pengguna di Indonesia adalah Zoom
Dari sejumlah fakta yang ada menunjukkan bahwa  sekitar 18% dari 200 juta pengguna ada di AS sendiri. Bagaimana dengan di Indonesia? Untuk sementara, Zoom paling banyak digunakan oleh pengguna Indonesia ketimbang aplikasi meeting lainnya.
Hasil analisa yang dilakukan oleh Satqo Analytics memperlihatkan  data pada rentang waktu tanggal 20 -- 26 Maret 2020 pengguna Zoom berada pada angka 257.853 orang dibandingkan dengan aplikasi yang lain. Pada saat yang sama, pengguna Skype 17.115, Hangouts Meet 10,454, Cisco Web Meeting 8.748, dan GoToMeeting sebanyak 977 pengguna saja.
Dalam keadaan sebelumnya, pengguna Skype selalu berada dalam posisi teratas dibandingkan dengan Zoom dan aplikasi yang lain. Misalnya pada minggu terakhir Februari, Skype digunakan sebanyak 60.614, sementara Zoom hanya 8.714 pengguna saj. Memsuki akhir Maret hingga sekarang, nampaknya Zoom masih menjadi favorit bagi pengguna.
Meningkatnya pengguna Zoom ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menerapkan Social Distancing dengan WFH pada akhir Maret 2020, dan diteruskan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB hingga saat ini. Sehingga hampir semua kampus lockdown, dan kuliah secara daring banyak menggunakan Aplikasi Zoom.
Setelah kuliah secara daring sudah lancar, maka kegiatan lain semacam seminar, workshop, diskusi diantara para akademisi sudah dijalankan secara daring, dan dipastikan masih banyak yang menggunakan aplikasi zoom karena lebih mudah, murah dan hasilnya lebih baik ketimbang aplikasi lainnya.
Pro dan Kontra Penggunaan Zoom
Sesungguhnya, area kelemahan dari sistem aplikasi Zoom bukan baru sekarang dipersoalkan oleh publik. Jauh sebelum munculnya pandemi Covid19, di AS sudah mulai dibahas oleh lembaga terkait, terutama keamanan para pengguna terutama implementasi dari enkripsi Zoom.
Menyangkut aspek keamanan data dan praktek privasi dari Zoom yang masih diragukan. Sehingga dicurigai ada pencurian data pengguna dan menjadi lahan atau komoditi baru untuk diperdagangkan dengan harga yang menarik di pasar-pasar gelap.
Bagian ini menjadi keprihatinan pengguna yang memiliki kerahasiaan yang sangat terjaga. Apalagi bila kebocorn data itu akan menjadi bumerang bagi perusahaan pengguna mendapat serangan dari pesaing-pesaing bisnisnya.
Tidak hanya itu, kelemahan aplikasi zoom ini bisa bocor yang dikenal dengan "Zoombombing", yaitu bisa saja ada orang lain menyusup dan ikut dalam meeting walaupun tidak diundang yang akibatnya bisa mengacaukan forum meeting yang sedang berjalan.
Dengan kelemahan-kelemahan ini, sudah ada beberapa lembaga, perusahaan, pemerintahan, bahkan sekolah-sekolah yang tegas melarang menggunakan aplikasi Zoom. Bahkan di perusahaan Google sendiri melarang semua karyawannya untuk menggunakan aplikasi Zoom dalam device pekerjaan mereka dari perusahaan.
Reakasi seperti ini sangat wajar, terutama bagi para pengguna yang faham betul risiko yang akan muncul kalau tidak diperhtiungkan dengan seksama.
Tetapi, mungkin agak berbeda dengan pengguna lain, baik yang tidak mengerti tetek bengeknya soal-soal IT dan/atau pengguna yang memang merasa tidak memiliki rahasia yang harus dijaga. Nampkanya mereka fine-fine saja menikmati kemudahan yang disediakan oleh Zoom secara berlimpah penuh warna.
Dan justru, jumlah pengguna yang merasa tidak memiliki info atau data yang sangat rahasia ini sangat banyak di seluruh dunia. Bahkan suatu saat mereka bisa saja keluar dan masuk lagi, keluar dan masuk lagi.
Mungkin, sama saja halnya dengan memiliki sebuah akun media sosial yang begitu bebas dimanfaatkan oleh para petulang IT untuk menjadikan data para pemilik akun sebagai barang dagangan yang empuk.
Para pengguna, sejauh merasa tidak terancam keberadaannya, dipastikan pro dan kontra tentang Zoom tidak akan menyurutkan minat mereka menggunakan aplikasi Zoom untuk berjumpa, berkomunikasi, bertegur sapa dan berelasi secara daring dengan teman, sahabat, keluarga, komunitas, dan bahkan perusahaan atau lembaga tempat bekerja.
Mungkin saja juga Erick Yuan, pendiri dan CEO Zoom, tidak pernah bermaksud membuat masalah dengan aplikasi ini, kecuali satu hal bahwa bisa memberikan pelayanan keterhubungan secara daring, dengan kualitas terbaik dan menjadi penolong memelihara hubungan sosial antara sesama.
Sangat mungkin, ketika penyebaran virus corona masih berjalan, aplikasi zoom akan menjadi aplikasi yang disayang, di butuhkan, tetapi juga mulai muncul ketakutan bila banyak ancaman yang muncul di ruang-ruang akun mereka karena memiliki akun Zoom ini.
Pada akhirnya, semua stake holders, pengguna, Zoom sendiri, pemerintah, keamanan privasi perlu memberikan kontribusi agar risiko-risiko yang membahayakan bisa di mitigasi secara baik.
Yupiter Gulo, 19 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H