Neraca dagang yang surplus tak mampu ditransmisikan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus tinggi pada Februari 2020. Namun alih-alih gembira, sepertinya Indonesia malah perlu waspada. Â Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Februari sebesar US$ 13,94 miliar atau naik 11% year-on-year (YoY). Sementara impor tercatat US$ 11,6 miliar, turun 5,11% YoY. Ini membuat neraca perdagangan membukukan surplus US$ 2,34 miliar, tertinggi sejak 2011. Di satu sisi, neraca pembayaran yang surplus tinggi menjadi kabar baik. Ketersediaan valas di perekonomian domestik meningkat, sehingga tekanan transaksi berjalan (current account) menurun. Ini bisa menjadi modal untuk memperkuat fondasi rupiah.
Masih pada sisi sektor ril dalam bidang ekonomi, Â kekuatiran muncul ketika suplay chain tidak berjalan dengan lancar dan akan mengganggu proses produksi pada manufaktur di Indonesia. Ini tentu sangat mempengaruhi aktivitas bisnis yang sangat dibutuhkan menopang ketahanan ekonomi nasional.
Faktor lain secara global adalah arah kebijakan dan keputusan The Fed di USA yang sangat mempengaruhi apakah IHSG akan terdongkrat naik atau malah amblas. Kebijakan di the Fed patut dicermati oleh para investor sebelum membuat keputusan investasi di bursa efek.
Yupiter Gulo, 16 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Financial Selengkapnya