Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bersih-bersih BUMN ala Erick Thohir: Memenuhi 2 Syarat Kunci

19 November 2019   16:27 Diperbarui: 19 November 2019   16:27 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dream.co.id

Jangan bersihkan lantai yang kotor dengan sapu yang kotor, tetapi gunakan sapu bersih untuk membersihkan lantai yang kotor

Pesan bijak diatas sungguh sangat tepat untuk menggambarkan apa yang sedang dikerjakan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir yang sedang bersih-bersih BUMN yang dicurigai penuh dengan permainan, penyelewengan dan penyimpangan pengelolaan kelompok bisnis pelat merah yang diperkirakan asetnya mencapai 8.200 trilun rupiah, dengan sekitar 115 unit perusahaan.

Dengan aset sebesar dua kali lipatnya APBN, seharusnya akan memberikan kontribusi keuangan yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan pembangunan di Indonesia. Tetapi dalam kenyataan, kisah dan cerita tentang pengelolaan BUMN ini lebih banyak "bumbu" penyimpangan dan penyalahgunaannya ketimbang yang baik-baik.

Lihat saja PT Pertamina atau PT PLN yang sarat dengan praktek korupsi hingga harus berurusan dengan KPK dan pihak pengadilan. Puluhan tahun sudah berjalan, tetapi BUMN ini seakan menjadi sumber pendukung kepentingan politik dan partai yang berkuasa. Sementara, sebagian besar sumber daya alam negeri ini ada dibawah kendali badan usaha yang dimiliki oleh republik ini.

Presiden Jokowi sedang berusaha untuk konsisten dengan apa yang dijanjikan ketika memulai periode kedua sebagai RI-1 dengan melakukan berbagai terobosan, penyederhanaan, pemangkasan birokrasi dan praktek-praktek penyimpangan yang menggerogoti bangsa ini sehingga selalu terlambat dalam mengejar kemajuan yang diinginkan.

Sosok Erick Thohir, sebagai orang nomor satu di lingkungan BUMN, akan menjadi representasi keinginan Presiden Jokowi untuk melakukan pembersihan di lingkungan BUMN. Sapu yang bersih dapat mewakili Erick Thohir untuk membersihkan berbagai sarang penyamun dalam tubuh BUMN ini. Memang benar, hanya sapu yang bersih yang bisa menyapu bersih lantai yang kotor. 

Membersihkan ratusan unit usaha BUMN, dengan sekitar 2,3 jutaan karyawan, tidak semudah membalik telapak tangan saja. Apalagi dengan pola yang sudah terbentuk selama ini. Masing-masing memiliki corporate culture yang sudah berurat berakar. Dan sangat mungkin, ini hambatan yang sangat pelik yang dihadapi oleh seorang Erick Thohir untuk menata dan merevitalisasi seluruh organisasi BUMN ini.

Restrukturisasi BUMN

Menarik melihat langkah yang dilakukan oleh Menteri BUMN ini dengan melakukan restrukturisasi sebagai pintu masuk melakukan pembersihan organisasi BUMN. Dan ini tentu menjadi langkah strategi yang sangat tepat. 

Antara struktur organisasi dan strategi bisnis haruslah sejalan. Strategi bisnis di lingkup BUMN harus di support oleh struktur yang kuat dan fleksibel dalam mengeksekusi segala persoalan strategis yang dihadapi.

Restrukturisasi merupakan strategi besar yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi untuk seluruh kantor kementerian dan lembaga. Yang selama ini sangat birokratif dan dipastikan menjadi penghalang dan hambatan serius mendorong percepatan pembangunan dalam segala hal.

Sebab yang terjadi, birokrasi bukan demi pelayanan, tetapi birokrasi hanya demi sistem atau SOP saja dan soal hasil akhir itu menjadi terabaikan dalam praktek. Pelaku birokrasi lebih fokus hanya pada menjalankan SOP yang sudah ada, tetapi sensitifitas pada hasil akhir sangat rendah. Dengan demikian, kinerja menjadi tidak mencapai hasil yang baik. Apalagi hendak membuat perubahan yang cepat dan masif, itu hanya mimpi belaka.

Nampaknya, Erick Thohir menyapu habis BUMN ini dengan cara memalukan restrukturisasi yang mampu memberikan daya kontrol yang kuat, cepat, gesit, fleksibel dan dapat diandalkan dalam segala situasi.

The Man Behind the System : Dua Syarat Kunci

Pintu kedua yang dimasuki untuk bersih-bersih ala Erick Thohir adalah memilih orang yang tepat pada posisi yang tepat dan tentu saja pada waktu yang tepat.

Sesungguhnya, bagian inilah yang menjadi dan menimbulkan pro dan kontra ditengah publik. Utamanya ketika nama Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menjadi orang pertama yang dipanggil oleh Menteri Erick Thohir dalam rangka bersih-bersih BUMN ini.

Menjadi heboh dan ramai tentunya, karena selain isu BUMN ini sangat besar, strategis dan menjadi kepentingan banyak pihak, tetapi juga karena si tokoh Ahok lebih kontroversial lagi. Memiliki jejak yang sangat ditakutkan oleh para mafia tipu menipu uang negara, sebab hingga kini Ahok menjadi salah satu ikon yang mampu tegas, menghadang para "tikus-tikus" koruptor di lembaga pemerintahan.

Secara logika, dipastikan bahwa hanya mereka yang merasa terganggu kepentingannyalah kalau menjadi orang penting dan kunci di BUMN yang tidak menyenangi dan akan menolak Ahok duduk dalam lingkup BUMN.

Terlepas dari isu Ahok sebagai mantan napi, karena harus dikurung di penjara selama 2 tahun karena kasus penodaan agama, Erick Thohir datang dengan sebuah sikap dan ketegasan tentang profil orang yang mampu membersihkan dan mencuci bersih "kekotoran" di BUMN. Dan hal itu ditemukannya dalam diri seorang Ahok.

Walaupun masih dalam proses seleksi, dan direncanakan 2 Desember 2019 akan dilantik mereka-mereka yang terpilih, hendak menjelaskan kriteria yang diinginkan oleh Menteri BUMN untuk pejabat di BUMN dalam konteks bersih-bersih. Betul sekali, hanya orang yang tepat pada posisi yang tepat bisa membantu dia melaksanakan pesan Presiden Jokowi.

Erick Thohir akan menekankan pada pekerjaan team work yang kuat dalam membenahi BUMN. Dia sadar betul, dengan nilai aset ribuan triliun tidak bisa dikerjakan oleh satu orang. Tetapi hanya dengan team work yang kuat, handal dan solid. Orang-orang yang dipilih memiliki dua syarat kunci yaitu cerdas dan memiliki akhlak yang tinggi. Untuk akhlak diterjemahkan dalam bentuk memiliki dua hal kunci yaitu integritas yang tinggi dan komitmen yang kuat.

Syarat yang sangat sederhana tetapi menentukan perilaku seseorang dalam bekerja. Sebab dalam kenyataan, sungguh sangat banyak orang yang pinter dan cerdas tetapi miskin akhlak. Atau sebaliknya, memiliki akhlak yang tinggi tetapi tidak cerdas. Nampaknya keduanya harus kompatibel untuk mampu membersihkan BUMN menjadi lebih baik, hebat dan maju.

Cukupkah hanya dua aspek kunci ini? Tentu saja tidak. Masih banyak hal lain yang dibutuhkan. Tetapi, nampaknya seorang Erick Thohir yang sudah memiliki jam terbang mengelola bisnis secara profesional, baik di tingkat nasional dan juga internasional, dia pasti tahu apa langkah selanjutnya.

Akan menjadi sangat menarik untuk mencermati pintu-pintu berikut yang akan dibuka oleh Menteri BUMN ini dalam rangka membenahi berbagai kebobrokan, penyimpangan, dan pencurian dalam tubuh BUMN.

Yupiter Gulo, 19 Novermber 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun