Sesungguhnya publik sudah sangat memahami gaya Presiden Jokowi dalam membuat keputusan-keputusan untuk menyelesaikan masalah selama periode pertama menjadi orang nomor satu di Indonesia. Beliau selalu berpikir out of the box, sedemikian rupa sehingga sulit diduga arah langkah selanjutnya. Publik sering salah menerka jalan selanjutnya dari gebrakan yang diambil oleh seorang Jokowi.
Kebiasaan ini semakin kental karena Jokowi sangat hemat dan irit dalam berkata-kata. Bahkan nyaris kalimant-kalimatnya sangat singkat dan langsung pada inti persoalan yang disampaikan. Sisanya, dibiarkan publik sendiri yang menceritakannya.Â
Gaya Presdiden Jokowi untuk yang kali ini memang benar-benar sulit diduga. Bahkan sudah menjadi diskusi umum setelah pengumuman Kabinet Indonesia Maju, KIM pada tanggal 23  Oktober 2019 di hampir semua jenis media tentang keputusan Presiden mengangkat 2 menteri diluar dugaan publik yaitu Menteri Pendidikan dan Menteri Agama, serta  1 menteri lama yang tidak masuk Kabinet Indonesia Maju, yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Puji Astuti yang terus dipertanyakan oleh publik.
Cara berpikir Presiden Jokowi yang "mengejutkan" demikian dikenal sebagai "Thinking out of the Box" malah ada yang lebih ekstrim yang mengatakan "Thinking without a Box", berpikir tanpa ada kotaknya.Â
Dalam banyak hal Jokowi tidak bisa terkurung dalam sebuah box yang membatasi dirinya dalam menyelesaikan problem bangsa dan negara ini. Dia memiliki ruang dan waktu yang unlimited. Dengan thinking without a box, praktis dia tidak ada yang mampu menghalangi dalam mengeksekusi setiap keputusannya.
Berpikir dengan pendekatan tanpa box, merupakan level berpikir yang sangat tinggi. Karena harus memiliki kemampuan yang komplit untuk memetakan situasi sekompleks apapun, dan bisa melihat jalan keluar yang terbaik, baik untuk jangka pendek dan utamanya untuk jangka panjang.
Thinking out of the box, juga diartikan sebagai Thinking outside the box yang menjadi metafora yang terkenal setelah tahun 1970 yang dipopulerkan oleh suatu Biro Konsultan Manajemen. Metafora itu menunjukkan sebagai suatu perspektif baru, yaitu membawa pada cara berpikir baru yang tidak konvensional, berbeda dari biasanya.
Frase ini sejak itu menjadi "klise" -- diulang-ulang, menganjurkan pebisnis agar berpikir lain, "lebih maju" dan diartikan juga "lebih kreatif" dalam menemukan ide atau gagasan baru. Industri periklanan cepat mempopulerkannya untuk berbagai produk dan jasa sebagai slogan atau tag line.Â
Memandang suatu kesempatan bisnis haruslah diluar kebiasaan. Paradigma berpikir demikian kemudian dijadikan alur kerja konseptual dalam manajemen bisnis. Jika hanya berpikir "didalam" kotak maka hanya berpikir mengenai kesempatan dan/atau masalah yang sedang dialami.Â
Analoginya tidak melihat apa yang terjadi diluar "kotak", diluar tempat kerja, diluar lingkungan yang dihadapi. Jadi keluar dari lingkungan terbatas maka dapat melihat kedepan, pemandangan harus lebih luas dan lebih mengikuti visi yang diemban.
Pengertian "kotak" dapat dipandang dengan dua cara yaitu :
- Positif -- melompat keluar dari dalam kotak untuk meraih gagasan "gila", gagasan tidak seperti biasanya, gagasan kekinian.
- Negatif - menyelinap keluar dari bawah kotak yaitu untuk menelaah kembali kebelakang pada ketidak-berhasilan.
Jika dirunut kebelakang lagi sebenarnya sudah ada frase apocryphal, karangan yang asalnya dari penulis yang tidak jelas, berdasarkan sejarah penemuan benua baru oleh Christopher Columbus, kemudian dipertanyakan oleh penulis Italia, Girolamo Benzoni, dalam bukunya History of the New World (1565).Â
Disana dikisahan ketika di suatu pertemuan para bangsawan Sepanyol, Colombus diperolok: "Anda tidak berhasil menemukan benua Indies (yang dimaksud adalah menemukan benua di Timur, yang sudah terlebih dahulu diketemukan, yaitu India -- bahkan Nusantara, yang kemudian menjadi Negara Republik Indonesia); karena sesungguhnya di Spanyol sudah ada banyak ahli cosmography."Â
Columbus tidak menjawab olokan itu, malah meminta dibawakan sebutir telur, diletakkan diatas meja, kemudian mempersilahkan para bangsawan mencoba meletakkan telur itu dalam posisi berdiri. Tidak seorangpun berhasil! Kemudian Columbus dengan hati-hati mengelupas kulit luar ujung telur sebagian kecil, ujung telur itu menjadi datar, kemudian diberdirikan telur itu diatas meja.Â
Para hadirin menjadi mengerti maksud Columbus: agar mencari jalan, mencari tahu bagaimana berlayar menemukan benua Indies, bukan menertawakannya! Bahan cerita ini menjadi motivasi agar orang menjadi kreatif, melalukan sesuatu dari yang sebelumnya tidak mungkin.Â
Selanjutnya ada juga kisah yang timbul dari pemikiran telur Columbus, seorang arsitek Italia bernama Flippo Bruneleschi, merancang kubah besar sesuai gambaran telur yang berdiri untuk gereja  Santa Maria del Fiore di Florence, Italia.
Bila Columbus berlayar ke Barat, kapalnya akan terjatuh. Meskipun Columbus tidak berhasil menemukan benua Timur; namun dia telah membuktikan bahwa bola dunia itu bulat bentuknya; ditambah lagi motivasinya: agar orang berusaha berpikir lebih maju, berpikir diluar kebiasaan.
Apakah   cara berpikir seperti Columbus agar inovatif dan kreatif, ataupun cara berpikir di luar kotak agar keluar dari pandangan sempit yang terbatas, sadar atau tidak sadar telah timbul mungkin sejak Jokowi dinyatakan pemenang dalam Pilpres yang baru lalu.Â
Semoga pemikiran beliau membuahkan banyak kemajuan sesuai misi yang telah diumumkannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI