Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengopi Tulen Tidak Pernah Akan Melakukan 1 Hal Ini!

6 Oktober 2019   16:10 Diperbarui: 6 Oktober 2019   18:08 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.idntimes.com/

In Wine There Is Wisdom, In Beer There Is Freedom (Franklin). Even bad coffee is better than no coffee at all (David Lynch). Happiness is a cup of coffee and a good book (Anonim)

I.

Banyak orang minum kopi, bahkan sebagian besar orang di jagad ini pernah minum kopi. Ada yang yang hanya sekedar ngopi saja tanpa menjadi tuntutan harus dipenuhi. Tetapi ada juga yang begitu sangat fanatic sedemikian sehingga kemana-mana hanya minum kopi saja. Tetapi, apakah Anda termasuk peminum kopi tulen?

Tidak sulit membedakan yang mana pengopi tulen atau pengopi biasa saja. Karena dapat dilihat dari kopi apa yang diminum dan bagaimana dia meminum kopi itu, serta dimana dia akan meminum kopi. Hal-hal itu, bila diamati maka akan bisa dibedakan apakah seseorang Pengopi Tulen atau bukan.

Quote Benyamin Franklin tentang anggur dan bir yang sangat terkenal yaitu "in the wine there is wisdom, in the beer there is freedom", untuk kopi ada salah satu quote yang sangat terkenal yaitu "happiness is a cup of coffee and a good book" yang secara tegas mengatakan bahwa minum kopi tidak hanya sekedar ngopi saja, karena ketika ngopi Anda akan menemukan sebuah makna kehidupan, yaitu kebahagian dan kisah kehidupan kaya makna.

Artinya pula, bahwa seorang pengopi tulen, tidak boleh sembarangan minum kopi. Bukan saja karena enaknya minum kopi, tetapi seseorang yang minum kopi sedang memberikan makna hidup secara totalitas setiap saat.

Bahkan, bila tidak memenuhi kriteria makna yang diinginkan, maka seorang pengopi tulen, lebih baik tidak usah memaksakan diri minum kopi yang tidak memenuhi syarat makna yang dirumuskan untuk itu.

Oleh karena itu, sangat tidak mengherankan, ketika seorang pengopi tulen, nampak seperti agak rewel dan ribet ketika dia memesan, membuat dan meminum segelas kopi.

II.

Saya termasuk peminum kopi sejak kecil hingga sekarang, dan selalu menjadi teman setia dalam menyelesaikan tugas-tugas berat yang menuntut konsentrasi penuh. Apalagi kalau deadline penyelesaian sebuah jurnal dan tulisan, kopi hitam menjadi syarat suksesnya penuntasan tugas.

Pun ketika sedang melakukan perjalanan yang melelahkan, dan menjadi driver sekaligus, dipastikan kopi hitam menjadi barang yang tidak boleh harus ada bersama saya hingga misi selesai dan tuntas.

Karakter tentang minum kopi telah menyatu dengan seluruh dinamika dan ritme keseharian dalam menjalani dan mengisi setiap momen dan tantangan hidup yang terus mengalir dan bergulir, serta lingkungan yang terus berubah yang menuntut daya-suai yang super tinggi. Bila tidak, maka sumber daya yang sudah dibuang, dikeluarkan untuk sebuah pekerjaan, akan menjadi sia-sia belaka.

Saya termasuk yang memahami bahwa dalam secangkir kopi ada kebahagiaan sebagai media untuk mewujudkan kebahagiaan itu. Sekaligus dalam secangkir kopi ada kisah kehidupan yang sedang ditorehkan dan di uraikan dengan jujur.

III.

Standar kopi yang saya minum adalah kopi bubuk atau tubruk, dan dalam keadaan tertentu saya bisa menggunakan kopi saset dengan sangat selektif dalam banyak hal sebagai tuntutan rasa kopi yang hendak dinikmati.

Di rumah rasa kopi yang saya minum sudah menjadi pola. Dan hanya dua orang yang bisa melakukannya saja selain saya sendiri. Yang pertama adalah istri saya dan kedua salah seorang putri saya. Kalau mereka yang membuat kopi untuk saya maka rasanya sungguh pas, dan nilai kebahagiaan itu dapat 100%.

Tetapi, inilah kisah saya tentang minum yang menjadi acuan mengingatkan pengopi agar jangan melakukan hal yang satu ini. Sebab saya sudah mengalaminya selama tiga bulan.

Ceritanya dimulai ketika karena tuntutan situasi, saya harus pindah tempat kerja dari yang lama ke tempat yang baru sama sekali. Dan kebutuhan minum setiap hari, sudah disediakan oleh kantor sehingga tidak perlu repot lagi karena setiap dibutuhkan tersedia sesuai kebutuhan.

Seperti biasa, saya membawa kopi tubruk kesenangan saya dan menyerahkan kepada petugas agar kopi ini yang saya minum setiap saya butuh. Hari-hari permulaan di bulan pertama saya merasa ada yang aneh dengan kopi yang disiapkan oleh petugas, karena rasanya sangat jauh berbeda dengan kopi yang biasa saya minum. Mungkin tidak ada 40% rasa yang seharusnya bisa dinikmati.

Sebagai orang baru, saya tidak terlalu peduli dengan berpikir saja bahwa mungkin perbedaan situasi saja. Dan tetapi saya disajikan kopi setiap saya minum. Setelah tiga minggu, berjalan ketidak nyaman kopi yang saya minum tidak tahan lagi. Dan saya tanyakan kepada istri saya, apakah kopi tubruk saya beda dengan yang dirumah. Ternyata tidak ada bedanya. Sama persis mereknya juga ukurannya.

Lalu, dimana masalahnya, mengapa rasa kopi yang dibuat oleh petugas di kantor kq rasanya tidak seperti yang dirumah? Begitulah rasa penasaran saya tidak bisa tertahankan, karena sungguh mengganggu konsentrasi kerja di kantor.

Suatu ketika, saat jam istirahat, saya bersama dengan sejumlah staf administrasi yang ternyata juga pengopi "berat". Dan mereka menawarkan saya, apakah saya tidak ngopi sekarang? Wah, kebetulan.. saya curhat tentang rasa kopi yang saya minum yang disiapkan. Mereka mengatakan, disini saja bikin kopinya, karena mereka memiliki pemanas air yang sangat baik. Dan akhirnya saya langsung mencoba nasehat mereka.

https://www.hipwee.com/list/7-keuntungan-memasang-water-filter-di-rumah-demi-kesehatan-yang-lebih-baik/
https://www.hipwee.com/list/7-keuntungan-memasang-water-filter-di-rumah-demi-kesehatan-yang-lebih-baik/
Alamakkk...ternyata, rasa kopinya baru dapat!!.  Persis yang saya minum dirumah dan selama ini. Kalau begitu, masalah apa dengan kopi yang disajikan oleh petugas selama ini?

Selidik punya selidik, ternyata petugas ini hanya menggunakan air panas dari dispenser saja, yang kualitas panasnya hanya sekitar 60 % dibandingkan dengan kalau airnya dimasak sendiri dengan alat pemanas yang baik.

Anda bisa bayangkan, bagaimana senangnya saya dengan kembalinya rasa kopi yang saya nikmati saat itu. Dan karenanya, sejak itu saya harus memiliki mesin pemanas air sendiri setiap minum kopi.

IV.

Pesannya adalah jangan pernah bikin kopi dengan air panas dari dispenser. Karena kualitas panas airnya sangat tidak memadai. Kalau dipaksakan maka rasanya kopi menjadi sangat aneh dan malah menjadi sumber masalah semangat kerja dan kebahagiaan Anda sepanjang hari.

Buatlah kopi dengan air mendidih secara maksimal, dan dengan komposisi besarnya gelas, banyaknya kopi yang dibutuhkan, serta gula atau cream yang dibutuhkan, maka anda akan mencapai puncak kebahagiaan dalam segelas kopi yang Anda nikmati.

Betul sekali, bila Anda seorang pengopi yang asli dan tulen, jangan pernah buat kopi dengan air panas dari dispenser. Kendati yang tersedia saat itu hanya kopi saset, tidak menjadi masalah, tetap anda membutuhkan air panas yang dimasak sendiri dengan panas yang maksimal.

Bagaimana kalau tidak ada tersedia mesin pemanas air sementara Anda sangat membutuhkan segelas kopi? Jawabannya sederhana, kalau Anda seorang pengopi tulen, Anda tidak akan membuat kopi tanpa air panas yang mendidih secara maksimal.

Sebab, buat apa meminum segelas kopi kalau hanya membuat lidah, mulut, pikiran, perasaan serta totalitas kejiwaan Anda akan terus menggerutu hanya karena rasa kopi yang aneh dan tidak memenuhi syarat makna yang Anda miliki.

Anda pengopi tulen? Bikin kopi secara benar dan rasakan kebahagiaan serta kisah makna hidup yang Anda torehkan pada hari itu.

https://kumparan.com/@kumparanfood/riset-kopi-panas-mengandung-kadar-antioksidan-paling-tinggi-1rZgGhiuXWO
https://kumparan.com/@kumparanfood/riset-kopi-panas-mengandung-kadar-antioksidan-paling-tinggi-1rZgGhiuXWO
Yupiter Gulo, 6 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun