Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cara Inovasi Membangun Kolaborasi Organisasi ala Google

6 Oktober 2019   00:00 Diperbarui: 6 Oktober 2019   09:17 2168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: greatplacetowork.com

Bicara tentang Google, rasanya tidak ada orang yang tidak mengenalnya. Nyaris hampir semua orang dijagad ini kenal dengan nama google. Bahkan komunikasi digital dengan akun internet, mungkin sebagian besar orang memiliki akun email google. 

Kalaupun tidak memiliki akun google, tetapi pasti terhubung dengan orang lain dengan akun google mereka.

Fakta mempertontonkan bahwa salah organisasi bisnis terbaik di jagad ini masih melekat dengan Google ini. Karena budaya kerja, budaya organisasi serta budaya perusahaan yang dimiliki menjadi sember kekuatan dan kehebatan perusahaan Google ini untuk menguasai pasar yang ada.

Google yang didirikan pada tahun 1998 oleh Larry Page dan Sergey Brin, menjadi sangat kesohor dan menjadi acuan  dengan upaya kolaboratifnya, dan terus dikenal karena budaya perusahaan yang inovatif dan lingkungan kerja. 

Bayangkan saja, dengan lebih dari 30.000 karyawan, yang dikenal sebagai Googler, perusahaan ini menempati posisi teratas di 100 Perusahaan Terbaik Fortune untuk tempat bekerja, atau dikenal dengan  100 Best Companies to Work For  yang diluncurkan setiap tahun. 

Bahkan hingga tahun 2017, Google telah menjadi yang selalu teratas atau Nomor 1 selama delapan kali.

Dengan penghargaan itu, maka Google menempatkan diri sebagai perusahaan yang paling baik dalam membangun kolaborasi di antara seluruh karyawan yang dimiliki dari waktu ke waktu. 

Bahkan merupakan  tempat terbaik untuk bekerja dari komunitas karier online bernama Glassdoor, yang hanya bergantung pada input karyawan secara anonim. Google telah membuat daftar ini setiap tahun sejak dimulainya penghargaan pada tahun 2009.

Ini menjadi menarik dan menggelitik dengan pertanyaan, "Bagaimana Google mengelola, mempromosikan kolaborasi dengan sangat baik? Bagaimana mereka mengelola untuk mendapatkan ide-ide terbaik dari Google, dan pelajaran apa yang bisa kita pelajari?"

Paling tidak ada 4 pelajaran yang sangat mahal dari Google sebagai acuan bagi perusahaan yang lain untuk membangun budaya kolaborasi yang kuat dalam organisasinya.

sumber gambar: redbooth.com
sumber gambar: redbooth.com
Pelajaran-1: Merangkul perbedaan.

Keragaman adalah tentang semua hal terkait kolaborasi. Karyawan Google bekerja ke arah tujuan yang sama tetapi dari sudut pandang yang sangat berbeda. Sebab disana terdapat  staf  atau karyawan yang mewakili hampir setiap budaya, latar belakang, dan lokasi geografis yang ada di seluruh dunia.

Secara kolektif, mereka berbicara lusinan bahasa yang berbeda, dan didorong untuk mengejar tujuan pribadi dan mengeksplorasi minat luar, yang semuanya menghasilkan perspektif karyawan yang lebih menyeluruh, dan unik. Dan inilah salah satu sisi rahasia kekuatan dan kehebatan organisasi Google.

Pelajaran-2: Mendorong "casual collisions"

Google memahami pentingnya menyatukan pikiran dengan cara yang tidak terduga. Bahkan, kampus barunya di Mountain View, California, secara khusus dirancang untuk memaksimalkan " "casual collisions of the work force", sebuah situasi di mana ada-adu argumentasi di antara karyawannya.

Rancangan kantor pusat Google dapat disederhanakan dengan mengatakan bahwa  "Tata letak persegi panjang bengkok, kemudian, muncul dari desakan perusahaan pada rencana lantai yang akan memaksimalkan apa yang disebut sebagai casual collisions di antara tenaga kerja. Tidak ada karyawan di kompleks 1,1 juta kaki persegi akan lebih dari dua setengah menit jalan kaki dari yang lain. Sebab, Anda tidak bisa menjadwalkan inovasi."

Tetapi yang terjadi adalah "Kami ingin menciptakan peluang bagi orang-orang untuk memiliki ide dan dapat beralih ke orang lain dan berkata, Apa pendapat Anda tentang ini?"

 Pelajaran-3: Promosikan keterlibatan karyawan.

Inilah kata kuncinya, bagaimana mempromosikan employee engagement atau keterlibatan karyawan antara satu dengan yang dalam sebuah dinamika yang cair sedemikian sehingga sinergisitas akan terjadi setiap saat dalam memunculkan gagasan-gagasan segar yang inovatif.

Meskipun manfaatnya bagus untuk moral karyawan, mereka juga memiliki tujuan: untuk memberikan peluang matang untuk keterlibatan, sehingga merangsang percakapan dan memberikan momen inspirasi.

Kolaborasi dan ide-ide besar tidak terjadi begitu saja di sekitar meja mereka dapat terjadi pada waktu yang paling tidak terduga, sementara terlibat dalam kegiatan yang tampaknya tidak terkait.

Pelajaran-4: Biarkan pintu tetap terbuka.

Ketika para pemimpin organisasi mana pun tidak hanya dapat diakses, tetapi sebenarnya dapat didekati, itu menciptakan suasana yang mengatakan, "Kami ingin mendengar apa yang Anda katakan karena Anda penting." Dan ini sangat penting untuk kolaborasi yang sukses.

Bagian dari budaya di Google adalah menjaga interaksi reguler antara semua tingkatan manajemen. Filosofinya dijelaskan di situs web perusahaan dengan cara ini:

"Kami berusaha untuk menjaga budaya terbuka yang sering dikaitkan dengan startup, di mana setiap orang adalah kontributor langsung dan merasa nyaman berbagi ide dan pendapat. Kantor dan kafe dirancang untuk mendorong interaksi antara Googler di dalam dan di seluruh tim, dan untuk memicu percakapan tentang pekerjaan dan juga bermain. "

Dalam bukunya berjudul The Leaderships Experience in Asia (2017) Ricahard L Daft dan Ghee Soon Lim, di Bagian awal bukunya mengingatkan semua pemimpin bahwa keberhasilan dalam memimpin organisasi harus mengubah paradigmanya. Dari paradigma lama berubah menjadi paradigma pemimpin yang baru.

Salah satu dimensi paradigma baru adalah "Collaborator" dan bukan "Competitor". Kompetitor itu pardigma lama, karena semua lawannya adalah pesaingnya dalam memperebutkan pasar. Itu sudah tidak laku lagi, sebab yang laku dan maju adalah paradigma baru yaitu kolaborasi atau kerjasama dalam sebuah teamwork yang solid dan kuat.

Pardigma kolaborasi ini juga sangat penting diterapkan di dalam mengelola karyawan dan staf untuk selalu berada dalam kolaborasi yang tinggi. Dan untuk itu dibutuhkan cara-cara yang kreatif dan inovasi.

Yupiter Gulo, 5 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun