Ditengah pro dan kontra rencana kedatangan Presiden Jokowi ke Papua terkait dengan kerusuhan yang baru-baru ini terjadi, Jokowi justru yang mengundang warga dari Papua untuk makan siang bersama di istana merdeka pada Selasa 3 September 2019.
Yang secara khusus diundang untuk makan siang bersama Presiden itu hanya 7 orang yang berasal dari dua kabupaten, yaitu Kepulauan Yapen dan Nduga, Provinsi Papua. Yang kebetulan sedang berada di Jakarta sebagai pemenang Festival Gapura Cinta Negeri.
Ketujuh orang Papua yang beruntung berjumpa langsung dengan RI-1 ini adalah Otniel Matias Kayani, Royland Worembay, dan Amos Ayum dari Kabupaten Yapen. Sementara Tekius Heluka, Giyanus Kumungga, Agung Rezki, dan Oktavianus Tara Putra yang berasal dari Kabupaten Nduga.
Menjadi pertanyaan memang mengapa Jokowi mengajak makan siang dengan warga Papua ini? Sebab, pemenang festival ini bukan hanya dari Papua saja, tetapi hampir dari seluruh wilayah Propinsi yang ada di Indonesia.
Seperti diberitkan oleh kompas.com bahwa sehari sebelumnya acara pemberian penghargaan pemenang festival, tetapi istana mengundang warga Papua untuk datang ke istana negara makan bersama Presiden.
"Kami diundang ke Istana Merdeka untuk menerima penghargaan dari Bapak Presiden Republik Indonesia dan sudah terlaksana dari kemarin," ujar Otniel Matias Kayani, seusai pertemuan. "Sebenarnya hari ini sudah balik ke daerah, cuma hari ini kami diundang makan siang bersama Bapak Presiden di Istana Merdeka," lanjut dia.
Walaupun nampak seperti kebetulan, tetapi langkah Jokowi dengan politik makan siang ini sebagai jawaban atas polemik yang sedang berkembang di tengah masyarakat tentang rencana kedatangan Jokowi ke Papua terkait dengan masalah rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang berlanjut dengan demo di sejumlah wilayah dan berakhir dengan bentrok bahkan kerusuhan yang utamanya di tanah Papua.
Ada tuntutan dari warga Papua agar Jokowi segera datang ke Papua, namun istana tidak terburu-buru memenuhi permintaan itu. Di tengah publik berkembang pemahaman karena ada agenda dari tokoh di balik kerusuhan yang memakan korban jiwa itu.Â
Nampak sekali bahwa pemerintah begitu berhati-hati menannggapi dan bereaksi agar tidak salah melangkah.
Penumpang gelap atau pembonceng isu rasis di tanah Papua itu, masih terus dicari kendati ada sejumlah orang sudah diamankan sebagai yang terlibat dalam kerusuhan yang terjadi.
Kesan publik bahwa pemerintah nampak terlambat merespon situasi yang ada sehingga kerusuhan yang memakan korban jiwa dan pengrusakan menjadi pemicu semakin liarnya aksi dari massa.
Pernyataan Menko Polhukam bahwa nama-nama penumpang gelap tersebut sudah dikantongi berdasarkan laporan-laporan badan inteligen negara, menjadi pertanyaan besar publik karena Kapolri sendiri memberikan pernyataan yang agak berbeda, yaitu keterlibatan internasional dalam isu Papua itu.
Apakah betul Wiranto sudah tahu persis dalang kerusuhan yang di picu oleh sikap rasis aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya itu? Artinya, kalau sudah ada, seharusnya segera diamankan agar opini publik tidak menjadi liar.
Apakah langkah politik makan siang Jokowi dengan warga Papua di istana Merdeka itu ampuh dan efektif?
Masih harus dilihat hari-hari kedepan ini. Sebab, walaupun acara makan siang itu karena tertutup dari wartawan, tetapi pernyataan dari warga papua menegaskan sikap Jokowi tentang Papua kedepan.
Adalah Otniel Matias Kayani memberikan informasi tukar pikiran dengan Jokowi selama makan siang bersama itu, baik harapan tentang Papua, himbauan dan rencana kedepannya.
Pertanyaan yang sedikit mengganggu adalah apakah ke 7 orang yang diundang makan siang oleh Jokowi itu mewakili warga Papua? Sebab, seperti diberitakan oleh cnnindonedia.com, ada juga sejumlah tokoh yang ingin bertemu langsung dengan Presiden tetapi belum mendapatkan respon.
Ketua Adat Lapago Paus Kogoya bersama lima orang lainnya dari Papua mengaku ingin bertemu Jokowi. Namun, Paus mengaku belum bisa bertemu dengan Jokowi. "Saya berharap bahwa bapak Jokowi punya hati baik. Sebagai pimpinan republik ini dan hati merakyat, saya yakin bapak terima kami untuk mendamaikan Papua," katanya.
Harus diakui bahwa terkait dengan isu Papua yang dimulai dengan kericuhan gara-gara ungkapan rasis, telah membangkitkan begitu banyak kepentingan yang ada disana. Yang juga selama ini sedang tiarap dan diam saja. Dan ketika ada pemicu maka semuanya menjadi muncul dan bangkit.
Sikap pemerintah yang super hati-hati sangat dihargai, tetapi apabila terlalu hati-hati maka kesannya seperti selalu terlambat, sehingga situasi menjadi rusuh dan memakan korban.
Semoga langkah-langkah kedepan semakin lebih cepat, tepat dan tuntas !
YupG. 4 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H