Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku ~ Matius
Salib menjadi simbol bagi orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, dan karenanya mereka yang mengaku beragama Kristen, baik Protestan maupun Katolik, yang juga pengikut ajaran Kristus, salib memiliki makna spiritual yang sangat hakiki, karena menyangkut kepercayaan dan keyakinan bahkan iman kepercayaan kepada Tuhan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus.
Sebagai simbol keyakinan spiritual, maka ketika salib itu dicederai dan dilecehkan dengan memberikan bobot makna dan pemahaman yang diluar koridor keyakinan, maka orang Kristen pasti merasa tersinggung dan terganggu. Ini adalah sesuatu yang wajar, sebagai manusia yang normal. Akan menjadi persoalan, kalau ketersinggungan itu tidak bisa dikontrol, maka akan menjadi persoalan dalam relasi dengan sesamanya.
Nampaknya, secara spontan, itulah yang terjadi ketika sekitar dua minggu terakhir ini beredar dengan luar biasa hingga viral video dari ustadz Abdul Somad (UAS) yang menyinggung tentang salib orang Kristen itu. Secara manusiawi, orang Kristen pasti sangat terganggu dan merasa tersinggung dengan isi dari tausiah UAS itu
Dari video UAS yang menuai kontroversial di tengah-tengah umat Kristiani, inilah sejumlah kata-kata yang diucapkan oleh Somad: "Saya selalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada Jin kafir. Dari mana masuknya Jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri atau ke kanan? Itu ada Jin di dalamnya," ujar Abdul Somad dalam tayangan video viral itu.
Pertanyaan yang menarik untuk di renungkan adalah apa alasan utama orang Kristiani harus tersingggung dan merasa dinista oleh si UAS?
Pertama, ketika orang Kristen memaknai salib sebagai simbol dari Yesus Kristus sendiri. Maka ketika salib itu di cederai, maka hati dan perasaan dan pikiran pasti tercederai juga. Salib menjadi simbol Yesus, karena di salib itulah Yesus menemui ajalNYA hingga mati. Diyakini dan diimani bahwa itulah jalan salib.
Kedua, ketika salib sebagai kristus dianggap ada jinnya, bahkan disebut sebagai "jin kafir" maka salib sebagai simbol penyelamatan umat manusia atas dosa oleh Yesus Kristus menjadi terlukai perasaannya. Orang Kristen meingimani bahwa disana tidak ada "jin", tetapi sebaliknya adalah salib menjadi simbol keselamatan. Kalau begitu maknanya, pasti orang Kristen merasa tersinggung dan ternista karena simbol penyelamatan dicederai.
Ketiga, gaya tausiah yang dipertontonkan oleh UAS terkesan sangat melecehkan, menghina dan tentu menista dengan kata-kata yang menusuk, peragaan dengan gaya dan gerakan badan dan tangan, serta mimik dan intonasi suara yang sangat. Orang Kristen merasa tidak dihargai sama sama sekali dengan salib yang menjadi simbol keyakinan akan Tuhan yang diimani dalam memandu kehidupan spiritualnya.
Dengan tiga alasan diatas, maka bisa dimengerti mengapa orang Kristen begitu marah dan tersinggung ketika salib itu menjadi memiliki makna yang lain bahkan keluar sama sekali dari apa yang diyakini selama ini. Dan ketersinggungan itu, wajar saja diungkapkan kepada orang yang melakukan pelecehan itu. Sebagai konfirmasi bahwa itu tidak benar, itu keliru dan salah sama sekali dari iman percaya yang turun temurun terus diwariskan.
Oleh karena itu, maka orang Krsiten memberikan makna sangat mendalam terhadap salib sebagai simbol dasar-dasar kehidupan untuk dikelola dari hari ke sehari. Paling ada 3 makna salib kristus yang menjadi semangat hidup yang berkemenangan, yaitu :
- Salib itu sebagai jiwa dari kesetiaan
- Salib itu sebagai refleksi darah yang tercurah
- Salib itu mengenai pengorban bagi keselamatan hidup.
Tidak terlalu sulit memahami ketiga makna salib itu, sebagai cerminan dari apa yang dialami oleh Yesus Kristus diatas kayu salib. Dan sekaligu sebagai satu-satu jalan untuk penyelamatan yang ditugaskan oleh Sang Bapak kepada Sang Anak.
Disana ada kesetiaan yang sangat luar biasa dari Sang Anak, yaitu Yesus untuk melewati jalan penderitaan yang tiada terkira, bahkan tidak ada manusia satupun yang mampu melaluinya. Harus disiksa dahulu dengan berbagai pukulan, cambukan, tusukan, beban salib, tubuh yang berdarah dan hancur dan dipaku di atas kayu salib di bukit kematian Golgota.
Pesan kunci adalah hanya mereka yang memiliki kesetiaan kepada Bapak yang mampu melalui dan melewati penderitaan itu. Dan bahkan ujungnya adalah kematian yang paling mengerikan. Itu adalah contoh kesetiaan yang harus dipedomani oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini. Yesus Sang Anak itu memberikan contoh konkrit dan bukan hanya omongan saja.
Darah yang tercurah dan mengalir dari atas kayu salib menjadi simbol yang sangat mendasar bagaimana Sang Anak mencuci segala dosa, pelanggaran, kebejatan manusia sedemikian rupa sehingga tidak memiliki tempat lagi di Surga. Tetapi dengan darah yang tercurah dari tubuh Yesus itu, semua dosa dan pelanggaran bersih putih bagaikan salju yang bening.
Manusia menjadi memiliki relasi kembali dengan Sang Bapak, karena darah anak yang sudah mencuci segala pelanggaran terhadap titah Sang Bapak.
Demikian pula dengan tubuhnya yang hancur berkeping-keping menjadi simbol penebusan hidup manusia yang selama ini berada, tenggelam dan berkubang dalam dosa kehidupan yang berisi kehidupan maut, maka dengan tubuh Sang Anak yang dikorbankan, menyelamatkan manusia, dan mengangkatnya dari neraka maut kehidupan.
Inilah keselamatan yang sempurna yang sudah sudah lakukan oleh Tuhan sendiri melalui Sang Anak untuk manusia. Bagi yang percaya maka akan diselamatkan ketika melakukan semua hal yang dititahkan dalam keseharian hidup.
Pelecehan yang sudah dilakukan oleh seorang UAS adalah sebuah fakta, dan sangat bisa dimengerti secara manusiawi. Tetapi jiwa dan inti sari penyelamatan yang sudah dilakukan oleh Sang Anak tidak akan terganggu apalagi berkurang sesentipun hanya dengan pelecehan oleh orang yang memang tidak memahami dan mengimani makna salib itu.
Jadi, sesungguhnya, pelecehan yang dilakukan oleh UAS dan UAS yang lain, hanya menjadi bagian kecil sekali dalam rangkaian jalan salib, beban penderitaan hidup yang harus dihadapi oleh orang Kristen itu sendiri.
Sang Anak sudah memberikan contoh dan bukti konkrit, bagaimana dia harus melewati penderitaan di siksa, dianiaya, dinista dan dihina habis-habisan sampai mati di kayu salib. Adakah dia melakukan perlawanan? Tidak sama sekali, karena Sang Anak memahami vis dan misinya bukan untuk melayani orang-orang yang menistanya. Tetapi karena dia paham mereka tak mengerti apa yang mereka perbuat
"Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" - Lukas
Pesan Yesus itu sangat mendasar, sebab kalau mereka memahami apa yang mereka perbuat itu, pasti mereka tidak akan melakukannya.
Demikianlah kehidupan ini, bagi mereka yang tidak memelihara iman dan kebijaksanaan yang dari Sang Bapak maka tidak pernah akan mampu memahami segala sesuatu di dunia ini sebelum semuanya terjadi. Sebaliknya, bagi yang terus memelihara dan menjaga hikmat dari Tuhan, maka mereka memiliki kesempatan untuk mengerti rencana Sang Bapak dalam kehidupannya.
Oleh karenanya, maka menjalani hidup berarti memikul beban dan memanggung salib kehidupan yang sudah dipercayakan kepada kita masing-masing oleh Tuhan.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku ~Matius
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H