Abdul Somad Mengakui
Ditengah-tengah pro dan kontra yang terus meningkat akhirnya UAS, Ustadz Abdul Somad memberikan tanggapan dan jawaban atas hiruk pikuk video tausiahnya yang sedang viral ditengah-tengah publik. Dari tanggapan yang merupakan klarifikasi antara lain  UAS mengakui tentang video ceramahnya itu, walaupun mengakuinya tetapi Somad merasa tidak bersalah.
Pengakuan ini disampaikan secara resmi oleh UAS melalui kanal YouTube milik FSRMM TV pada hari Minggu tanggal 18 Agustus 2019, seperti yang di lansir oleh cnnindonesia.com yang juga bisa ditonton langsung video lengkap yang dikemas dalam sebuah acara ceramah sang Ustadz.
Berdasarkan klarifikasi tanggapan yang disampaikan oleh UAS itu, beberapa hal menjadi penting untuk dicatat, yang juga di beritakan oleh Cnn Indonesia, antara lain:
Pertama, UAS mengakui bahwa video yang menjadi viral itu, yang ditengah-tengah publik dikenal sebagai Salib dan patung, atau Jin Kafir dan Salib dan beberapa istilah lainnya, merupakan ceramahnya sekitar 3 tahun silam di sebuah Mesjid di Pekanbaru.
"Pertama, itu saya menjawab pertanyaan, bukan saya membuat-buat untuk merusak hubungan. Ini perlu dipahami," kata UAS dalam video tersebut yang diakses CNNIndonesia.com, Minggu (18/8).
"Itu pengajian di dalam masjid tertutup, bukan di stadion. Bukan di lapangan sepak bola, bukan di TV. Tapi untuk internal umat Islam menjelaskan pertanyaan tentang patung dan tentang kedudukan nabi Isa AS untuk orang Islam dalam Alquran dan sunnah Nabi Muhammad SAW," kata dia.
Pengakuan UAS ini menjadi sangat penting dan mendasar, yaitu video yang beredar itu bukan video liar atau rekayasa dari orang lain. Tetapi betul-betul rekaman dari tausiah UAS dalam sebuah acara internal umat Islam.
Walaupun video yang beredar itu dengan durasi 1 menit dan 54 detik, merupakan penggalan dari tausisah keseluruhan dari UAS.
Kedua, Â UAS juga mengakui bahwa bagian yang membahas tentang Salib dan Patung itu diperuntukkan untuk memberikan tanggapan atau jawaban dari pertanyaan seorang anggota Jemaah pada ketika itu.Â
Dan dia mengakui tidak mempunyai maksud dan motif untuk "menistakan" agama lain, atau membuat kekacauan misalnya, seperti di kabarkan oleh ccnindonesia.com bahwa "UAS menjelaskan bahwa ceramah yang mengundang polemik itu dilakukan di Masjid An-Nur Pekanbaru sekitar tiga tahun lalu. Ia menjelaskan substansi ceramah tersebut hanya untuk menjawab pertanyaan dari jamaah tentang patung dan kedudukan Nabi Isa AS yang tertera dalam Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW."
"Kenapa diviralkan sekarang, kenapa dituntut sekarang? Saya hanya serahkan ke allah SWT. Sebagai warga negara yang baik, saya tidak akan lari, saya tak akan mengadu, saya tak akan takut, karena saya tak merasa salah dan saya tak ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa," kata UAS.
Pengakuan UAS bahwa ini hanya untuk kepentingan internal saja tanpa mempunyai motivasi mengganggu keutuhan masyarakat menjadi sangat penting dicatat. Karena sesungguhnya, hal yang sama juga sering terjadi di berbagai tempat atau forum keagamaan internal lain.
Yang mungkin saja oleh si pembawa ceramah akan memberikan penjelasan yang sifatnya improvisasi agar pesan utamanya dapat di mengerti oleh pendengar. Dan tentu saja akan menjadi berbeda makna dan pesan yang disampaikan ketika yang direkam dan disebarluaskan hanya penggalannya saja. Sangat mungkin orang yang tidak mendengar keseluruhan ceramah itu melihat dari sisi yang salah atau keliru.
Itu sebabnya, salah satu butir penting dari pesan MUI terkait dengan video USA yang viral itu adalah agar pihak polisi melacak dan mencari siapa yang merekam dan menyebarkan untuk pertama kali video ini yang akhirnya menciptakan "kegaduhan" tersendiri.
Tak Merasa Salah
Sekarang video tausiah UAS sudah beredar luas dan menjadi kontroversi ditengah-tengah publik, baik yang beragama Kristen maupun non Kristen. Dan mereka yang disebut dalam isu jin kafir dan patung salib itu merasa dilecehkan, diejek, dan dinista. Dan tentu saja begitu banyak pikiran dan perasaan yang berkembang menjadi tidak nyaman berada di tengah-tengah keragaman yang menjadi eksistensi negeri ini.
Perasaan dan sikap yang dilecehkan dan dinista dengan ceramah dari sang UAS telah diungkapkan banyak di berbagai media sosial dan media daring. Para pendeta, pastor dan petinggi umat memberikan tanggapan yang secara umum menyesalkan isi dari ceramah UAS tersebut.
Bahkan MUI sendiri mengeluarkan 5 point kunci untuk mendapat perhatian publik, pemerintah dan polisi terkait isi dari video tausiah UAS yang sudah kemana-mana beredarnya. Ke 5 point seruan dari MUI seperti yang diberitakan oleh jpnn.com, adalah :
- MUI meminta kepada aparat kepolisian untuk mengusut pengunggah pertama video yang diduga mengandung konten SARA tersebut untuk mengetahui motif, maksud dan tujuan dari pelakunya.
- MUI mengimbau kepada semua pihak untuk menahan diri, tidak terpancing, dan jangan terprovokasi oleh pihak-pihak yang sengaja ingin menciptakan keresahan di masyarakat dengan cara mengadu domba antarumat beragama.
- MUI memahami masalah keyakinan terhadap ajaran agama adalah sesuatu yang bersifat sakral, suci dan sensitif bagi pemeluknya, sehingga hendaknya semua pihak menghormati dan menghargai keyakinan agama tersebut sebagai bentuk penghormatan dan toleransi dalam kehidupan beragama.
- MUI mengimbau kepada semua tokoh agama khususnya umat Islam untuk bersikap arif dan bijaksana dalam menyampaikan pesan-pesan agama, menghindarkan diri dari ucapan yang bernada menghina, melecehkan dan merendahkan simbol-simbol agama lain.
- MUI menyarankan agar para pihak menempuh jalur musyawarah dengan mengedepankan semangat kekeluargaan dan persaudaraan.
Seruan yang sangat menyejukkan dari pihak MUI ini sangat baik untuk menjadi rujukan bagi setiap tokoh organisasi keagamaan untuk mencermati dan melaksanakannya. Sebab, urusan keyakinan dan kepercayaan kalau sudah dibawa di ruang terbuka, apalagi diperdebatkan maka ceritanya tidak pernah akan selesai dengan baik. Malah akan saling menyakiti dan membuat tembok-tembok pemisah yang sangat merusak.
Pertanyaan yang menarik untuk di jawab dengan beredarnya video ini, apakah seorang UAS bisa memiliki empati terhadap umat yang merasa tersinggung, terlecehkan bahkan merasa terhina dengan isi ceramahnya itu?
Bukan lagi menjadi pertanyaan siapa yang mengedarkannya. Tetapi fakta bahwa itu sudah beredar, dan diketahui oleh semua orang, dan dampaknya seperti demikian.
Seorang tokoh keagamaan yang memiliki empati dan harus memiliki empati terhadap sesama dan orang lain, mestinya bisa meresapi perasaan orang lain. Dan kalau dia merasakan sakitnya hati sesame, harusnya dia juga mampu menyembuhkannya.
Bukan dengan cara terus membela diri, mencari kambing hitam, tetapi berempati kepada mereka yang tersakiti atas ujaran yang disampaikan, walaupun itu di dalam ruang tertutup diungkapkan, tetapi telah keluar di ruang terbuka.
Menarik sekali mencermati sikap dari seorang UAS, karena dia merasa tidak bersalah. Dan karenanya, dipastikan dia tidak peduli dengan perasaan sesama yang merasa terluka dan tersakiti.
Pembelaannya hanya karena ceramah itu disampaikan dalam ruang tertutup, dan tidak bermaksud melecehkan apalagi memecah kesatuan bangsa, rasanya tidak lagi nyambung dengan situasi yang ada dengan beredarnya video itu.
Memang, menjadi tokoh agama yang disegani tidak mudah memiliki kerendahan hati untuk menghargai orang lain yang sudah tersakiti secara spiritual. Akibatnya, bukan menanan kedamaian tetapi menanam "kebencian" yang akan memperanakkan permusuhan dan pertentangan.
Semoga UAS semakin bijaksana dalam memberikan tausiah dan ceramah didepan umat, walaupun itu dalam ruang tertutup, tetapi bukan alasan untuk lalu mencederai hati dan perasaan orang lain.
Demi Indonesia yang maju dan berkembang dalam kekayaan kemajemukan dan keragaman. Merdeka !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H