Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mega "Dipaksa" sebagai Ketum PDIP, Indikasi Kegagalan Kaderisasi?

8 Agustus 2019   13:12 Diperbarui: 8 Agustus 2019   13:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saja, dalam Kongres ke V PDI-P di Bali ini memilih Ketum yang baru dan bukan Megawati, maka Megawati memiliki kesempatan untuk mengawal, menjaga dan mendukung kepemimpinannya selama 5 tahun kedepan.

Hal ini akan sangat berbeda kalau terjadi pada 5 tahun kedepan, yaitu 2024 nanti. Karena pada saat itu, belum tentu Presiden terpilih nanti adalah dari kubu PDI-P. Sehingga menjadi pertempuran baru bagi semua partai. Tentu saja berharap PDIP akan memenangkan lagi kompetisi pada 2024.

Bila saat ini Megawati digantikan oleh Ketum yang baru, maka bisa bekerja sama dengan penuh sumber daya mengokohkannya dengan support penuh dari Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Pun akan didukung penuh oleh wilayah legislatif di Senayan sebagai koalisi pemenang di DPR.

Bila analisis ini benar dan mendekati kondisi obyektif, hendak menjelaskan juga bahwa di dalam tubuh organisasi PDI-P sendiri masih belum ada soliditas 100%. Sangat mungkin, disana ada kelompok-kelompok yang sangat ketat juga bersaing menjadi kelompok yang dekat dengan pengambil keputusan akhir.

Artinya pula, bahwa yang mampu menghadapi kelompok-kelompok kepentingan yang bersaing dalam tubuh partai, hanya megawati sendiri. Yang tidak ada, dan mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.

Ini sesuatu yang wajar dalam sebuah dinamika partai politik, tetapi bila PDI-P hendak menjadi partai yang semakin kuat, modern dan selalu update, harusnya kelompok-kelompok kepentingan dalam partai diminimalkan.

Kelanjutan kepemimpinan partai politik di Indonesia selalu menjadi titik dan area kritis untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. Itu sebabnya, jarang ada parpol yang terus menjadi pemenang karena kegagalan mereka dalam kaderisasi pimpinan tertinggi partai. Kecuali Golkar (tapi dia bukan parpol) yang eksis selama kepemimpinan Soeharto sebagai penguasa Orde Baru.

Jadi, yang hendak dikatakan terkait dengan keputusan Kongres ke V PDI-P yang saat ini sedang berlangsung di Bali adalah ada dua, yaitu :

  1. Kalau tetap Megawati dipaksa oleh seluruh peserta kongres menjadi Ketua Umum untuk ke lima kali, maka selama 5 tahun kedepan akan menjadi "miliknya" PDI-P, tetapi memasuki tahun 2024, kemungkinan akan menjadi milik PDIP lebih rendah.
  2. Kalau saat ini Megawati akan mencari Ketum yang baru menggantikannya untuk lima tahun kedepan, maka peluang bagi PDI-P untuk tetap menjadi pemenang pada Pemilu tahun 2024 lebih besar ketimbang yang pertama.

Ini adalah hanya sebuah analisis dan pikiran liar saja, dan akan menjadi sangat menarik untuk mencermatinya. Namanya juga politik, segala kemungkinan pasti saja ada. Bisa saja Megawati mengambil keputusan untuk tidak mau jadi ketua umum lagi. Siapa tahu !

YupG. 8 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun