Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Blackout" PLN dan Arogansi Monopoli

8 Agustus 2019   01:45 Diperbarui: 8 Agustus 2019   13:06 3786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190804233456-4-89735/listrik-padam-massal-dirut-pln-minta-pelanggan-ikhlas?fbclid=IwAR25IJ2agVN5PTSlITY20DhwUt-wvIiWDGUpmEskVQRqIO2b7d2idVwbKm4

Di dalam pasar hanya ada satu perusahaan yang menjual produk seperti listrik yang dikerjakan oleh perusahaan listrik negara, PLN. Kereta api juga termasuk monopoli, dan pertamina.

Bila diringkas maka ciri-ciri pasar monopoli itu:  hanya ada satu perusahaan yang menguasai, barang subtitusi atau pengganti yang mirip tidak ada, harga ditentukan sendiri oleh perusahaan dan konsumen hanya pasrah saja menerimanya, tidak ada pengusaha lain yang memasuki pasar tersebut karena ada hambatan.

Pada awalnya pasar monopoli ini muncul karena pertimbangan yang sangat spesifik, antara lain, seperti infrastruktur yang besar dan mahal yang tidak bisa dimasuki oleh pihak swasta, kebutuhan orang banyak yang tidak bisa dibiarkan lepas kontrol, sumberdaya unik.

Monopoli yang Arogan
Keberadaan perusahaan yang monopoli di dalam pasar, memiliki banyak kelemahan yang harus diwaspadai. Karena tidak memiliki saingan sama sekali, maka dipastikan perusahaan seperti PLN tidak teruji efisiensi dan efektifitas pengelolaannya. Apalagi, listrik itu harus dibayar oleh semua warga negara yang mengkonsumsi. Kalau tidak bayar risikonya berat, listrik di putus dan semua aktivitas bisa kacau balau.

Penetapan harga cenderung suka-suka si produsen, sehingga harusnya dia tidak mengalami kerugian sama sekali karena semua biaya dibebankan kepada konsumen.

Nampaknya, keadaan inilah yang selama ini dialami oleh PLN. Begitu enak dan empuknya posisi monopoli yang diberikan oleh negara melalui undang-undang kepadanya. Dan sangat rendah kepekaannya bagi penderitaan rakyat sebagai konsumennya.

Ini nampak sekali dengan peristiwa blackout listrik sejak hari minggu yang lalu. Manajemen PLN seakan berkutat dengan dirinya sendiri saja, dan lebih banyak meminta dipahamai dan dimengerti oleh rakyat, dan terus mencari kambing hitam atas kejadian padamnya listrik selama berjam-jam.

Tetapi, sangat minim perhatian dan kepedulian terhadap penderitaan dan kerugian yang dialami oleh rakyat yang mengalami pemadaman listrik. Ini adalah merupakan indikasi kuat tentang arogansi monopoli PLN yang dipertontonkan kepada konsumen.

Sungguh sangat memprihatinkan, karena hingga hari ini, 4 hari setelah kejadian yang mencederai wibawa pemerintahan Jokowi ini, juga belum ada kejelasan dari manajemen PLN tentang sebab musabab dari blackout listrik ini. Karena terlalu lamban, maka  berbagai isu muncul dan menjadi bola liar dan panas terus bergelinding kemana-mana. Ada kesan sangat kuat, PLN terus menghasilkan kambing hitam penyebab blackout yang terjadi.

Paling tidak ada beberapa alasan yang mesti dicermati sebagai indikator kuat "arogansi" monopoli yang di pertontonkan oleh Manajemen PLN, antara lain :

Satu, Plt Dirut PLN meminta keikhlasan dari masyarakat atas kejadian blackout, menjelaskan secara substansial bahwa manajemen PLN tidak memiliki kepekaan sosial yang benar. Dia menuntut dimengerti bahkan diikhlaskan, sementara penderitaan rakyat tidak peduli dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun