Sayang sekali, apa yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Solok Selatan ini mencederai upaya ini dan pasti semua kelompok difabel ini sangat terpukul. Kecuali kalau si drg Romi ini tidak lolos tahap awal. Dia mencapai skor tertinggi di kelompok itu.
Bila Indonesia mau disebut sebagai negara maju, maka negara harus hadir dalam setiap persoalan kaum difabel ini. Dengan menghilangkan diskriminasi yang ada. Dan harusnya diberi kesempatan kepada drg Romi untuk mengabdi sebagai ASN.
Pertikaian antara drg Romi dengan Pemda Solok Selatan masih terus berlangsung. Termasuk usaha fasilitasi dari kantor Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani sudah turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini. Nampaknya, Kemenko PMK setuju untuk dipulih kesempatan pada drg Romi karena lulus pada seleksi tahap pertama.
Apakah Nasibnya Sama dengan Wuri Handayani?
Drg Romi sudah bertekad untuk terus berjuang agar haknya dipulihkan dan diskriminasi pekerjaan dihapuskan sebagai upayanya membela kaum difabel di Indonesia sekaligus menuntut agar pemerintah tidak boleh lalai melindungi minoritas disabilitas ini.
Kalau upaya fasilitasi oleh kantor PMK gagal, dia akan lanjut melapor ke presiden dan bahkan ketingkat yang lebih tinggi lagi sampai dia puas dengan perjuangan kemanusiaan ini.
Apakah dia berhasil? Bisa ya bisa tidak atau gagal.
Kemudian, dia berjuang ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Â dan tuntutannya dikabulkan dan pemkot Surabaya diminta mencabut surat pembatalan Wuri dan mengikuti test CPNS.
Tapi Pemkot Surabaya naik banding ke PT TUN dengan akhir yang sama, ditolak dan menguatkan keputusan PTUN. Lalu, lanjut tuntutan tingkat MA dengan kasasi oleh Pemkot Surabaya, tetapi pada akhirnya Wuri Handayani tetap memenangkan perkara itu 4 tahun kemudian. Wuri Handayani menang atas Pemkot Surabaya, tetapi tetap dia gagal untuk menjadi PNS, karena ketika keputusan MA keluar usia Wuri sudah lewat batas persyaratan sebagai CPNS.
Akankah upaya, perjuangan dari seorang drg Romi akan berhasil sampai ke Presiden? Atau harus juga menuntut di PTUN dan ke MA? Semoga tidak seperti nasib Wuri, memang menang tetapi usianya sudah lewat dan mimpi untuk jadi ASN tinggal mimpi saja.
Ini soal perlakuan diskriminasi yang nampak terstruktur ada ditengah-tengah bangsa ini. Saatnya untuk meruntuhkan semua diskriminasi ini karena tidak memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan masa depan bangsa ini.