PTN. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Penelitian dan Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti Mohamad Nasir seperti yang diberikan oleh kompas.com dengan judul pemberitaan "Wacana Rektor Asing, Ini 4 Alasan Kemenristekdikti Undang Rektor Asing".
Nampaknya wacana untuk mendatangkan rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi (negeri) di Indonesia sudah bukan main-main lagi, dan akan segera terealisasi di lingkunganWacana menghadirkan Rektor Asing ke Indonesia, sudah juga diwacanakan oleh Puan Maharani sebagai Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan beberapa bulan yang lalu, dengan tema menghadirkan guru dari luar negeri untuk mengajar di sejumlah sekolah di Indonesia. "Kita ajak guru guru dari luar negeri untuk mengajari ilmu-ilmu yang diutuhkan di Indonesia," kata Puan dalam salah atau acara di Musrembang bulan Mei 2019 yang lalu.
Wacana ini menarik sekaligus menjadi menantang untuk mewujudkannya. Kalau sekedar untuk mengundang, atau menghadirkan atau mengimpor rektor asing tidaklah terlalu sulit. Yang menjadi persoalan adalah kesiapan dari perguruan tinggi dengan semua aspek, khususnya mahasiswa dan dosen, untuk mengoptimalkan hasil yang akan di targetkan.
Menristekdikti juga menyadari hal ini, itu sebabnya akan dimulai dengan satu PTN dahulu sebagai uji coba dan akan dilanjutkan dengan PTN lainnya.
"Kita baru mappingkan, mana yang paling siap, mana yang belum dan mana perguruan tinggi yang kita targetkan (rektornya) dari asing. Kalau banyaknya, dua sampai lima (perguruan tinggi dengan rektor luar negeri) sampai 2024. Tahun 2020 harus kita mulai," ungkap Menristekdikti Mohamad Nasir dilansir dari rilis resmi Kemenristekdikti (26/7/2019).
Paling tidak ada 4 alasan utama mengapa Kemeristekdikti mencari Rektor Asing untuk memimpin PTN di Indonesia, kompas.com, yaitu:
Satu, sudah lumrah dilakukan di sejumlah negara. Negara di Eropa dan Singapura di Asia sudah mempraktekan pola ini dan dianggap sangat berhasil.
Kedua, mendorong akselerasi ranking dunia. Terinspirasi kesuksesan NTU di Singapore yang dalam waktu 38 tahun masuk perguruan peringkat 50 dunia karena rektornya didatangkan dari Amerika Serikat.
Ketiga, Pendidikan kualitas dunia. Dengan rektor asing diharapkan ada jaringan, pergaulan dan interaksi komunitas kampus dengan dunia internasional, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di seluruh dunia akan mendorong perubahan mindset dan proses pembelajaran yang standar dunia.
Keempat, masuk dalam peringkat 100 dunia. Meyakini bahwa PTN menjadi salah satu perguruan tinggi peringkat 100 dunia menjadi representasi kualitas perguruan tinggi yang diterima pada level global. Menjadi standar kualitas output yang bisa berkompetisi pada level dunia internasional.
Mencermati 4 alasan yang dikemukakan oleh menteri di atas, harus diakui tidak mudah apalagi mau instan seperti membalik tangan saja, atau seperti menyeduk mie instan langsung di makan. Memahami Visi Indonesia yang di deklarasikan oleh Presiden terpilih 2019-2024 Jokowi, dan mengharapkan kualitas SDM Premium, bahkan kualitas ASN sekaliber world-class sungguh menjadi tantangan yang menuntut kerja keras dari seluruh stakeholders.
Kalau dikhawatirkan apakah bisa terwujud? Jawabannya tentu saja bisa direalisasikan dengan kerja keras yang terus menerus.
Ada 2 hal yang musti dicermati sebagai area yang menjadi sumber masalah kritis yang sangat menentukan keberhasilan mewujudkan mimpi dari Kemenristekdikti di atas, yaitu:
- Penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Bicara peringkat 100 dunia, dan PTN dipimpin oleh Rektor Asing, maka penguasaan bahasa asing menjadi persyaratan mutlak. Seberapa mungkin ini bisa dipenuhi oleh kampus, apalagi dalam jangka waktu yang singkat.
Harus mulai darimana untuk memenuhi persyaratan penguasaan bahasa asing ini. Bukan saja mahasiswa yang harus berbahasa Inggris dalam proses pembelajaran, tetapi juga semua dosen dan staf perguruan tinggi itu. Dipastikan, kalau persyaratan ini tidak terpenuhi, akan menjadi hambatan mengoptimalkan kehadiran rektor asing tersebut.
- Perubahan budaya kampus yang global. Walaupun corporate organization bisa diubah, tetapi tidak bisa dalam waktu singkat. Membutuhkan waktu kalau tuntutannya adalah budaya dunia. Rektor asing harus menghadapi budaya lokal Indonesia yang masih sangat kental dan selama ini dianggap sebagai hambatan bagi PTN mengglobal. Perubahan budaya akademik yang bertaraf internasional, membutuhkan perubahan mindset, behavior dan kepemimpinan. Sangat mungkin, kalau ini tidak dikelola, akan menjadi hambatan yang signifikan.
Tentu saja masih banyak faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan dari wacana menghadirkan rektor asing untuk memimpin PTN di Indonesia. Kata kuncinya adalah kesiapan dari kampus yang akan dijadikan pilot proyek untuk wacana ini.
Ketidaksiapan dari perguruan tinggi negeri yang akan menjadi uji coba, hanya menjadi "bumerang" bagi pemerintah, PTN yang bersangkutan. Bahkan juga bagi rektor asing yang akan dihadirkan.
Selamat datang Rektor Asing, semoga selamat sampai ke tujuan!