Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hobi Korupsi Bupati Kudus M Tamzil Kena OTT KPK

27 Juli 2019   09:09 Diperbarui: 31 Juli 2019   13:10 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sungguh sangat memprihatinkan dan memalukan peristiwa M Tamsil, Bupati Kudus yang terjaring OTT KPK. Bupati di jaring  bersama dengan stafnya, ajudannya serta Kepala Dinas yang akan menempati posisi baru pada Jumat 26 Juli 2019. Dan peristiwa ini semakin membuktikan kalau perilaku korupsi itu sama saja dengan pemakai narkoba yang sudah kecanduan berat dengan daya rusak sangat dahsyat.

Harusnya, M Tamsil ini sadar betul bahwa nama "Kudus" di kabupaten yang di pimpin bukan kebetulan yang menjadi peringatan kepadanya untuk tidak berbuat "Tidak Kudus". Nah, ini malah menodai kekudusan Kabupaten Kudus.

Satu, sangat memprihatinkan, karena di tengah-tengah proses seleksi Pimpinan KPK saat ini yang sedang menjariring orang-orang "kudus" dan kuat menjadi Pimpinan KPK, malah seorang Bupati M Tamsil mempertontonkan "kebejatan" perilaku sebagai seorang Kada di hadapan warga yang dipimpinnya.

Apakah dia tidak sadar dan paham kalau korupsi itu extra ordinary crime dan hukumannya sangat berat?. Ini sangat memprihatinkan, seakan "genderang perang terhadap korupsi bukan untuk dia" dan hanya untuk orang lain. Mana sumpah jabatan yang diikrarkan di depan masyarakat dan juga di depan Tuhan yang disembahnya?

Dua, sangat memalukan dan sungguh memalukan, bukan saja mempermalukan diri sendiri, tetapi juga jabatan tertinggi di sebuah daerah yaitu Bupati. Ah, bikin malu saja di depan ratusan ribu bahkan jutaan warga di kabupaten Kudus.

Atau saya yang keliru memahami, bahwa memang para "bupati" ini sudah kehilangan dan putus urat malunya sebagai Kepala Daerah yang sangat terhormat dengan segala kekuasaan dan kewenangan?. Dan tidak tahu kalau mereka itu "telanjang" di depan warga maasyarakat. Semua warga pasti memperhatikan semua gerak gerik dan perilaku. 

Lalu melakukan perbuatan yang "memalukan". Menerima uang suap dari orang-orang yang akan mengisi posisi kepala dinas yang dikendalikannnya. Dan di tonton oleh semua warganya. Bahkan KPP melaporkan kalau OTT ini dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat Kudus sendiri. Dan setelah di lakukan validasi memang benar adanya, sehingga aksi OTT dilakukan. Memang KPK tidak pernah keliru untuk OTT ini. Bupati Kudus ini memang keterlaluan rakusnya berkorupsi.

Sebagai Kepala Daerah, Bupati itu  sebagai panutan dan model terhadap semua hal yang baik, halal, etis, bermoral, beretika dan menjadi inspirator dan motivator bagi semua warga yang dipimpin.  Lalu yang dipertontonkan "kebejatan dan kerusakan moral" dengan bekorupsiria.

Bahkan diberitakan kalau M Tamsil ini bukan baru sekarang melakukan perbuatan memalukan dan memprihatinkan ini. Di waktu lalu pernah terjerat kasu korupsi. Namun terpilih lagi. Sungguh-sungguh memprihatinkan dan memalukan. Memang aneh juga, kalau selama ini M Tamsil ini doyan korupsi, lalu mengapa masyarakat masih memilih dia ya !?. Aneh sekali kan.

Ketiga, perbuatan korupsi Bupati M Tamsil sama dengan kecanduan narkoba. Telah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilawannya. Dia telah addictive terhadap "narkoba" jenis baru, yaitu korupsi, korupsi dan korupsi.

Begitulah yang dialami oleh artis komedian Nunung yang terjerat dengan narkoba. Dia pengguna lama, walau sudah absen lama, tetapi kebutuhan itu muncul lagi. Dan pakai lagi. Dan terus menggunakannya. Nunung memang tidak malu lagi karena itu kebutuhannya.

Korupsi yang dilakukan Bupati M Tamsil sama saja dengan pengguna narkoba di kalangan artis yang terjerat oleh pihak polisi.

Korupsi Gunung Es

Begitulah pandangan kita ketika seseorang kepala daerah terjaring OTT KPK karena korupsi, yaitu menegaskan dan menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya praktek korupsi ini bagaikan gunung es yang kelihatan diatasnya hanya OTT satu orang Kada, pada hal di bawahnya lebih dahsyat dan lebih gila serta lebih besar lagi.

Sistem birokrasi yang dimiliki oleh bangsa dan negeri ini yang diwariskan oleh Sistem Pemerintahan Orde Baru dibawah kendali Soeharto sebernanya Birokrasi Koruptif. Dalam segala lapisan dan di semua area.

Dan sistem ini belum berubah, kendati reformasi sudah di gelar sejak kejatuhan orde baru 1998. Mentalitas sistem birokrasi masih melekat kepada aparat birokrasi itu sendiri. Dan sesungguhnya inilah yang merusak bangsa ini serta menjadi hambatan yang sangat kuat bagi kemajuan Indonesia kedepan.

Betul bahwa sudah ada Kemenpan dan Reformasi Birokrasi, tetapi dampaknya masih sangat artifisial dan belum menyentuh akar dari mentalitas korupsi dalam sistem birokrasi republik ini. Memang sungguh memprihatinkan.

Bukti dari pemahaman seperti ini, maka korban dari OTT KPK akan terus berjatuhan dan ketangkap. Lihat saja, sudah ratusan orang Kepala Daerah terkena OTT KPK. Ini menjadi sangat merisaukan masa depan dari Indonesia.

Bila dianalogikan dengan kecanduan narkoba di kalangan artis saat ini, dengan Nunung dan Jefry yang baru ketangkap polisi, maka sebenarnya masih sangat banyak artis yang memang sudah menjadi kecanduan barang haram itu. Hanya saja Nunung yang apes ketahuan polisi dan ditangkap.

Lihat saja dari penampilan para artis di sejumlah acara entertainment. Tidak masuk akal saja, seseorang bisa terus menerus tampil tanpa jedah dalam acara yang betul betul menguras segala energi yang dimilikinya. Mengapa bisa kuat dan bertahan? Karena menggunakan pemacu adrenalin yaitu narkoba.

Dahsyatnya Daya Rusak Korupsi

Karena perilaku korupsi ini sangat besar daya rusaknya, maka sebelum dia merusak bangsa ini, maka mereka harus dihukum berat agar betul betul menjadi bersih dan tidak lagi menjadi virus bagi orang lain.

Lihat saja Setnov, pelaku mega korupsi e-ktp, yang merugikan negara triliunan rupiah, masih merasa hebat dan suci saja dan karena memiliki uang banyak seakan seenaknya saja mengibulin petugas lapas.

Kabarnya diberi hukuman sebulan di lapas gunung sindur bogor. Dan dalam sebulan dianggap sudah berubah menjadi lebih baik, dan dikembalikan ke Lapas Sukamiskin Bandung. Lha, ini dagelan apa lagi? Masak dalam sebulan sudah berubah. Apakah Anda percaya?

Artinya, karena Setnov ini memang mentalitasnya adalah koruptor maka kemanapun dia berada pasti kelakuannya koruptif. Dan inilah yang dimaksud dengan perusak yang menyebar kemana-mana. Untuk menghentikannya, harus dengan hukuman yang berat dan super berat.

Beranikah Indonesia belajar dari Cina untuk mengenakan hukuman mati bagi koruptor? Kalau tidak maka, sudahlah.. kisah Bupati Kudus M Tamsil hanya akan menjadi pertunjukan didepan rakyat ini dari waktu ke waktu. Bisa saja minggu depan atau bulan depan akan ada OTT KPK baru. Kita tunggu saja !

YupG. 27 Juli 21019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun