Bagi seorang Prabowo yang sudah bebas dari penyanderaan kekuatan PA 212, harusnya tidak boleh disia-siakan. Dan harus segera mengambil keputusan politik yang strategis. Yaitu hendak menjadi oposisi atau berkoalisi dengan Jokowi dalam kebinet kerja jilid II.
Keputusan apakah pendulum mengarah ke oposisi murni, oposisi setengah, atau opisis seperempat, atau full koalisi akan menjadi indikator strategi bagaimana Prabowo melihat dinamika politik menuju 2024.
Fakta menjelaskan bahwa Gerinda sebuah kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh, walaupun secara perolehan suara masih belum menjadi nomor satu, tetapi peran sebagai katalisator dinamika politik menjadi penting.
Pilihan menjadi oposisi murni yang benar, akan menolong agar kinerja Presiden bisa lebih baik dan terkontrol menuju Indonesia yang lebih maju. Tentu saja ini bukan persoalan apakah selalu memenangkan proses pengambilan keputusan politik di dalam parlemen nantinya. Yang utama adalah kualitas kontrol yang dibawa oleh Gerinda akan dicermati oleh masyarakat yang memang pro kepada kepentingan rakyat untuk jangka panjang.
Dan lebih utama lagi adalah bagaimana Gerinda mempersiapkan diri untuk agenda Pemilu pada tahun 2024 yang banyak orang menduga akan jauh lebih seru daripada yang sekarang. Karena saat itu, Jokowi tidak lagi bisa masuk di dalam bursa Capres 2024.
YupG. 14 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H