Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Haruskah Prabowo Kecewa?

28 Juni 2019   08:12 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:27 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan karenanya, perlu sebuah sikap yang sama dalam menanggapi hasil keputusan MK. Bagian ini juga wajar-wajar saja sebagai agenda di masa yang akan datang. Sebab, jumlah suara sekitar 68 jutaan atau 44,50% bukan main-main.

Ketiga, secara psikologis pernyataan kekecewaan sesungguhnya cerminan dari sikap seseorang yang tidak menerima sebuah kenyataan yang ada. Artinya, tidak rela kalah, dan merasa benar adanya. Artinya pula bahwa Prabowo dan timnya merasa sudah benar dalam menggugat hasil Pilpres di dalam sidang. Artinya, ada kebenaran yang sangat diyakini tetapi orang lain tidak mau mengerti, sehingga merasa kecewa.

Keempat, kekecewaan ini menjadi awal agenda politik yang baru kedepan, misalnya mempersiapkan Pilpres 2024, atau Pilkada-pilkada lainnya diseluruh Indonesia. Perjuangan belum selesai dan akan diteruskan.  

Pesan ini benar adanya, karena pernyataan Prabowo juga menggaris bawahin akan berkonsultasi dengan tim hukumnya untuk langkah-langkah hukum dan konstitusi selanjutnya.

Beberapa teman melalui GWA bertanya kepada saya, apakah seorang Prabowo harus kecewa seperti itu?

Pertanyaan yang sangat menggoda. Dan saya harus berterus terang, bahwa harusnya Prabowo tidak perlu kecewa, apalagi kekecewaan itu diungkapkan didepan publik seluruh Indonesia yang memutuskan memilih siapa sebagai Presiden bagi RI.

Ada 3 alasan mengapa Prabowo tidak harus kecewa di depan publik:

  1. Sebagai Calon Presiden RI, dan itulah seorang Calon Pemimpin Nomor 1 di Negara RI yang besar ini. Harus memiliki jiwa  kepemimpinan yang tangguh dan kokoh  dan tidak boleh memperlihatkan didepan umum sikap lemah seperti kecewa itu.
  2. Mengatakan kekecewaan di depan umum hanya akan memperlihatkan bahwa dia tidak gentleman rupanya. Hipotesa publik menjadi terbukti, misalnya "hanya siap menang tetapi tidak siap kalah". Harusnya statement yang gentleman adalah mengucapkan selamat kepada Capres 01, yang sesungguhnya ditunggu oleh publik.
  3. Sebagai calon Presiden harusnya membangun opini yang bisa menyatukan seluruh potensi rakyat negeri ini, dan bukan hanya pada kubu yang mendukung dirinya sendiri. Ini sangat menjadi concern dari publik. Dan tentu saja akan menjadi hambatan bagi  dia dimasa yang akan datang. Apalagi bila masih merencanakan untuk berlaga pada Pilpres 5 tahun kedepan.

YupG. 28 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun