Untuk itu perlu adanya sumber daya yang memadai, baik hard skills maupun soft skills.
Pentingnya pembelajaran sangat penting dari "studi kasus The GE Way, yang ditangani Jack Welch ketika dia menjabat sebagai CEO, di tahun 1990-an dengan memberhentikan manajer, supervisor dan karyawan yang tidak masuk kriteria mengahdapi perbaikan; yang memberikan label dia sebagai CEO yang brutal. Dan dia sangat berhasil ketika itu.
Dalam penanganan perbaikan juga harus sungguh-sungguh dilaksanakan kesamaan bahasa yang jatuh dalam ranah ilmu komunikasi yang efektif.
Sebenarnya proses komunikasi yang efektif sederhana, seperti alur komunikasi yang dibakukan oleh Harold Laswell: Dari Komunikator, menyusun materi yang akan disampaikan, melalui media yang bersih, tidak terdestorsi yang terimbas oleh hoax.
Kemudian disampaikannya dalam kode bahasa sederhana namun baku atau kode non-verbal hingga dapat diterima oleh yang dikomunikasikan.
Ikutilah alur ini dengan mendengarkan kembali umpan balik, memahaminya dan memberi respons.
Komunikasi demikian menjadi komponen utama dalam mitigasi risiko, juga apabila terdeteksi "bahaya krisis" maka pemahaman: Be Prepared -- Be Available dan Be Credible harus dikuasai oleh pucuk pimpinan/direksi dan semua manajer divisi dengan timnya. Semoga!
Artikel khusus disiapkan dan dikirimkan oleh Ludwig Suparmo: Lead Trainer Manajemen Krisis, Isu, dan Risiko; juga Manajemen Kepatuhan; dengan Ref khusus dari: Mengenai Ryanair, sebagian mendapat referensi dari Risk Management for Airlines – Financial Risks (slideshare.net)
Yupiter Gulo, 11 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H