Yang dihadapi kini dengan Pemilu serentak 2019, petanya menjadi berubah total. Karena baik Pilpres maupun Pileg dikuasai oleh kubu Capres 01, Koalisi Adil Makmur. Sementara data dari KPU diketahui bahwa sekira 67% kursi di legislatif berada di pihak Koalisi Kabinet Kerja, dan sisanya adalah di kubu Koalisi Adil Makmur.
Koalisi yang dibangun sejak awal oleh kubu Capres 02 Prabowo Subianto tidak semulus yang dialami oleh kubu Capres 01. Terutama ketika mulai mencari pasangan yang akan menjadi Cawapres yang akhirnya jatuh pilihan kepada Sandiaga Uno. Diakui melewati pro kontra dalam kubu koalisinya. Sehingga isu tentang "jenderal kardus" menjadi awal yang tidak menyenangkan dalam proses awal koalisi berjalan.
Demikian seterusnya dalam proses kampanye dengan ketidak setujuan SBY konsep kampanye akbar capres 02 di GBK, lalu juga sikap yang berbeda antara PD dan Gerinda tentang hasil QC, dan sikap terhadap dugaan kecurangan Pilpres 2019.
Memang ada Parpol lain dalam koalisi ini tetapi relatif aman-aman saja, kendati petinggi PAN sudah lebih dahulu bersikap apresiatif terhadap pengumuman hasil KPU bagi kemenangan Jokowi. Tetapi agak berbeda halnya dengan Demokrat dan Gerinda, sehingga hari ini Minggu 9 Juni 2019, muncul wacana membubarkan koalisi oleh Wasekjen PD.
Kalau demikian, siapa yang betul-betul berisik dalam kubu koalisi ini, apakah Demokrat atau Gerinda? Ini akan menjadi wilayah dinamika baru yang akan dicermati oleh publik dengan seksama.
Rasanya koq lebih bijaksana apabila koalisi yang sudah dibangun sejak awal tidak boleh tercerai berai di tengah jalan apalagi saling meninggalkan. Sebab inilah sebuah role model berpolitik yang perlu dijadikan pembelajaran bagi generasi muda bangsa ini kedepan.
Walaupun dalam dunia politik semua sah-sah saja terjadi untuk masuk atau keluar, bertahan atau bubar atau yang lain.
YupG. 9 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H