Sebagai contoh yang signifikan adalah awal tahun 2019 tentang ditemukannya beberapa kontener berisi surat suara yang sudah di coblos yang dihembuskan oleh anggota koalsi. Dan pada akhirnya polisi bisa mengungkap habis tentang isu hoaks yang sama sekali tidak benar itu.
Kecolongan inipun harusnya tidak perlu terjadi, karena hanya menggerogoti kredibilitas yang dimiliki oleh Prabowo-Sandi menuju saat Pilpres April 2019.
Keenam, kecolongan yang sangat menyakiti terjadi diawal proses pen-Capresan dan Cawapres, yang dikenal dengan isu "jenderal kardus" yang dilontarkan oleh salah seorang petinggi salah partai koalisi Prabowo. Isu jenderal kardus ini, sangat kental dengan proses Prabowo memilih Cawapresnya, yang semula publik tidak menduga akan jatuh ke Sandiga Uno sebagai pasangan Prabowo.
Kejadian ini dibaca sangat jelas oleh publik tentang pertimbangan yang sangat tidak matang dari seorang Prabowo untuk memilih pasangannya. Dan tentu saja ikut mempengaruhi kredibilitas yang harus diusung selama proses Pilpres.
Ketujuh, perayaan lebaran tanggal 5 dan 6 Juni 2019 oleh publik menunggu dan berharap Prabowo aka nada pertemuan dengan Capres 01, Jokowi tetapi hingga saat ini tidak ada. Walaupun santer terdengar sebelumnya akan ada pertemuan setelah Prabowo kembali ke tanah air.
Publik membaca ini sebagai sebuah kecolongan bagi Prabowo kalau mau resonance dinamika politik kedepan menjadi agenda untuk peranan penting dari partai koalisi yang masih setia bersatu dalam Koalisi Adil Makmur.
Tentu saja bila dirunut kembali kebelakang, masih ada kecolongan lain yang dialami oleh seorang Prabowo sehingga perolehan suara pada Pilpres 17 April yang lalu masih kalah tertinggal ketimbang Jokowi yang berada pada sekitar 55% sekian.
Apakah masih akan ada lagi kecolongan yang akan terjadi sesudah ini oleh Prabowo dan kubu BPNnya? Bisa saja ada dan bisa juga tidak ada. Secara statistik, kalau sejumlah kecolongan ini ada maka kemungkinan besar akan muncul kecolongan baru.