Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Pemimpin yang Efektif Harus Banyak Mendengar

18 Mei 2019   23:13 Diperbarui: 19 Mei 2019   07:55 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Para pemimpin yang tidak mendengarkan pada akhirnya akan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan." --Andy Stanley

Apabila Anda seorang pemimpin, silakan periksa kebiasaan dalam berkomunikasi dengan karyawan atau pengikut setia Anda maupun dengan siapa saja. Apabila Anda termasuk yang banyak bicara dan sedikit mendengarkan orang lain, maka sesungguhnya Anda sedang berada dalam masalah besar dalam memimpin.

Pesan yang disampaikan oleh Andy Stanley pada kutipan diatas menegaskan sumber kegagalan banyak pemimpin didunia ini, dalam semua bentuk dan jenis organisasi, baik perusahaan maupun organisasi sosial, karena pimpinannya tidak mau mendengarkan karyawan atau bawahan maupun pengikutnya. Maunya di dengar saja dan tidak ada kesempatan karyawan nya untuk menyampaikan sesuatu.

Hasil-hasil penelitian menemukan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang sudah ambruk seperti Blackberry, Kodak dan Nokia menemui ajalnya hanya karena para CEO atau pimpinan yang menolak untuk mendengarkan orang lain, bahkan karyawan nya sendiri. Akibatnya yang dihadapi sangat menyakitkan dan menjadi kasus menarik di dunia bisnis dan industi yang sangat menghebohkan.

Mendengarkan sebagai bagian dari proses berkomunikasi, merupakan salah satu keterampilan paling penting dan mendasar yang dapat di kuasai seorang pemimpin agar peran dan fungsi kepemimpinannya menjadi lebih efisien dan efektif. Itu adalah dasar dari begitu banyak keterampilan dan sifat lain yang membentuk seorang pemimpin. Artinya, seorang pemimpin yang tidak mampu dan terampil dalam mendengarkan, dipastikan akan mempengaruhi begitu banyak masalah yang akan muncul dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab kepemimpinannya.

Di dalam praktek, bila pemimpin tidak menyadari dan melatihnya akan menjadi sulit. Betul, bahwa mengendalikan diri mendengarkan sebagai keterampilan yang sulit untuk di kuasai karena mengharuskan seseorang agar lebih hadir, penuh perhatian, terlibat, terbuka dan fleksibel dengan karyawan atau follower nya.

Situasi ini semakin menjadi sulit dan berat serat rumit, ketika revolusi komunikasi dan teknologi informasi saat ini telah mendorong begitu kencangnya arus informasi yang terus mengalir. Sehingga, keterampilan mendengarkan yang baik di era digital ini menjadi penting dan mendasar, karena informasi yang berlebihan dan rentang perhatian yang sangat pendek, dengan cepat menjadi spesies yang terancam punah tanpa bekas dan jejak.

Arus informasi begitu dahsyat dan besar sehingga ketidakmampuan seorang pemimpin untuk mengolah, menyaring, menyeleksi dan memilih yang benar-benar dibutuhkan dalam waktu tertentu, maka dia akan tenggelam habis dengan semua informasi itu.

Sehingga kuncinya ada dalam keterampilan untuk mendengarkan. Karena sesungguhnya, ketika mendengarkan akan membangkitkan dan melibatkan perilaku komunikasi dalam bentuk isyarat nonverbal, sesuai dengan apa yang dikatakan. Menyerap dan mengolah dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Harus diakui, karena dalam praktek sering sekali ditemui bahwa banyak pemimpin yang bersalah memulai pembicaraan dan menempatkan pemikiran atau pertanyaan di luar sana, tetapi tidak memberikan dirinya kesempatan untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan, hanya karena tidak pernah berhenti berbicara, atau kita begitu sibuk merumuskan jawaban kita untuk apa yang diasumsikan akan dikatakan oleh orang lain.

Pemimpin yang terus sibuk untuk berbicara dan tidak pernah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pikiran dan pendapatnya, maka apa yang diharapkan tidak pernah akan optimal dan efektif adanya.

Bahkan pesan pentingnya mau menegaskan agar "jangan hanya mendengarkan dengan telinga luar Anda saja, tetapi gunakanlah telinga bagian dalam Anda untuk mendengarkan karyawan dan orang lain, dengan maksuda dan tujuan memahami dan bukan untuk dipahami orang lain".  

Pakar Manajamen Peter Druker mengatakan bahwa hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan. Bukan apa yang dikatakan saja, karena dibalik apa yang dikatakan seseorang pasti ada pesan penting yang tidak terkatakan secara verbal tetapi jelas secara tidak langsung.

The most important thing in communication is hearing what isn't said. – Peter Drucker

Ini akan menuntut pengalaman dan keterampilan yang harus dilatih terus menerus hingga seorang pemimpin mampu mengerti apa pesan yang diungkapkan oleh karyawan atau bawahannya walaupun hanya terbatas pada bahasa tubuh, gerak, mimik, ekspresi wajah dan sebagainya.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa proses mendengarkan itu merupakan dasar dari hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan atau pengikutnya.

Sebab mendengarkan orang lain akan  menunjukkan bahwa Anda sebagai seorang pemimpin peduli kepada mereka dan mereka merasa berharga di mata pimimpin.

Dengan sisi pemahaman lainnya bahwa sebenarnya, "empati dan mendengarkan akan berjalan beriringan selalu. Maksudnya adalah seorang pemimpin sangta tidak dapat menampilkan dan memperlihatkan empatinya atau kecerdasan emosional yang dimilikinya apabila dia tidak mendengarkan orang lain.

Kalau demikian pemahamannya, maka dapat diringkaskan makna kunci dan dasarnya adalah bahwa sebenarnya "kualitas kita untuk mendengarkan orang lain, akan menentukan kualitas pengaruh kita kepada orang lain itu."

Para pemimpin harus sadar dan memahami bahwa karyawan Anda menginginkan  di dengar dan mereka ingin dihormati oleh pemimpinnya. Artinya bahwa dengan mengambil sikap untuk mendengarkan akan berusaha untuk mentransmisikan rasa hormat pemimpin dan membangun kepercayaan kepada karyawannya.

Bila seorang pemimpin mampu mengendalikan dan melakukan sikap lebih banyak mendengarkan itu, maka hasilnya akan luar biasa bagi organisasi yang dipimpinnya. Sebab setiap anggota dalam tim kerja akan jauh lebih termotivasi dan berkomitmen lebih tinggi lagi dalam melakukan pekerjaannya setiap saat.

Dalam prakteknya nampak bahwa rata-rata para pemimpin hanya mampu  mempertahankan sekitar 25 persen dari apa yang di dengar, yang disebabkan oleh kesibukan dan kurangnya keterampilan untuk mendengarkan. Artinya lebih banyak sibuk berbicara daripada sibuk mendengarkan.

Mendengarkan sangat penting untuk mendapatkan pemahaman situasi yang lengkap sebelum mengambil keputusan ataupun tindakan. Tanpa pemahaman penuh ini, seseorang dapat dengan mudah menyia-nyiakan waktu setiap orang dengan menyelesaikan masalah yang salah atau hanya mengatasi suatu gejala, bukan akar permasalahannya.

Maka, bila Anda sebagai seorang pemimpin yang mau berhasil dan efektif dalam memimpin, berlatihlah lebih banyak mendengarkan dan sedikit berbicara.

Semakin besar kesuksesan Anda, semakin Anda harus tetap terhubung dengan pendapat dan perspektif baru dan menyambut umpan balik yang jujur dari setiap orang yang dibutuhkan baik karyawan didalam perusahaan maupun orang lain yang harus terkoneksi.

Mendengarkan adalah cara terbaik untuk mengetahui tentang kebutuhan klien Anda untuk membuat strategi yang sukses. Pemimpin yang baik adalah pendengar yang aktif.

Yupiter Gulo, 18 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun