Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menata Pikiran agar Hati Tertata dan Jernih

15 Mei 2019   11:00 Diperbarui: 15 Mei 2019   16:12 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disana ditegaskan tentang pentingnya mengembangkan executor dan performer dalam organisasi perusahaan. Dan untuk mencapai itu perlu budaya kerja yang sesuai, antara lain:

  1. Menghargai inisiatif, bersedia menanggung risiko terhadap kesalahan yang timbul karena inisiatif dan usaha.
  2. Menghargai perbedaan dan mengelola dinamika perbedaan yang ada.
  3. Menghargai kinerja diatas senioritas.
  4. Mengupayakan sebuah disain pekerjaan/jabatan yang menantang dan menarik.
  5. Memperhatikan minat karyawan dan membantu karyawan untuk menyalurkan minat dan passion dalam kerjanya se optimal mungkin.
  6. Menghargai kepentingan individu karyawan dan mendorong fleksibiltas waktu se optimal mungkin

Perhatian untuk meningkatkan efektivitas organisasi perusahaan menurut Deniel Levitin dalam bukunya berjudul The Organized Mind, terdapat 4 (empat) komponen kunci sistem: moda melamun, moda sentral eksekutif, penyaring perhatian dan switching perhatian, yang mengalihkan antara moda melamun, waspada atau konsentrasi pada suatu tugas tertentu.

Menurut hasil penelitian ilmu neuroscience, dengan menggunakan hasil MRI otak yang diteliti, dalam perhatian dan mengerjakan tugas, terdapat bagian-bagian otak yang berbeda dalam menanggapi ke empat komponen tersebut.

Dalam penelitian lain yang lebih menarik, ditemukan juga bahwa multitasking memberi efek lebih jelek dari ganja terhadap kinerja kognitif manusia. Sesuatu yang harus disikapi secara serius dalam menata kegiatan diri.

Dengan pemahaman yang demikian maka difahami bahwa Multitasking secara fisik dan mental akan sangat melelahkan dan dapat menimbulkan disorientasi setelah waktu tertentu. Dan tentu saja untuk jangka panjang tidak menguntungkan bagi seseorang yang memiliki tipe multitasking ini

Di dalam buku The Missing 40 Percent disadari dan ditemukan bahwa apa yang dikatakan tentang Multitasking versus Focusing telah menjadi perhatian serius dan sangat luas dikalangan banyak ahli manajemen human capital. 

Dalam banyak kajian yang sudah dilakukan ditemukan sejumlah pesan-pesan penting yang bisa dijadikan acuan mengelola diri, pikiran, hati dan perilaku, antara lain :

  1. Stop Multitasking. Otak tidak seharusnya bekerja demikian; biasakan menyelesaikan satu tugas; single activity or task.
  2. Write things down. Ini kebiasaan sebaiknya diajarkan sejak remaja. Dari pengalaman penulis artikel ini kemudian meniru manajer-manajer senior, dan mendapatkan manfaatnya. This will help to prioritised the tasks you have to do. Sebaiknya menulis catatan penting itu dengan menggunakan tangan dan pena, karena gerakan otot dan hubungan syaraf ke otak akan meningkatkan kerja otak untuk mengingat dan memilah yang terbaik. Jadi cara zaman now dengan tapping atau mengetik di gadjet/laptop kurang nilainya.
  3. Take Breaks. Tentu tidak berlebihan untuk beristirahat sewaktu aktif menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun sungguh terbukti, bila rapat manajemen untuk membentuk gagasan baru atau menganalisa suatu masalah dan ingin mendapatkan hasilnya dipaksakan dalam waktu yang intense dan berjam-jam, malahan tidak memberi hasil yang optimal. Otak memerlukan restorative time breaks; bahkan ketika melakukan break 20 menit misalnya, pada akhir 20 menit itu timbul gagasaan baru yang fresh. Dahulu orang percaya, dengan break keluar ruang rapat, atau keluar dari kamar kerja untuk merokok, menenangkan pikiran. Cara demikian betul, namun tidak perlu harus merokok; seperti kita ketahui merokok lebih banyak efek jeleknya.

Pikiran ditata, Hati Jernih

Tanpa mempersoalkan mana yang duluan, apakah hati duluan baru pikiran, atau pikiran yang duluan baru kemudian hati.

Pesan kuncinya bagi pengelolaan diri adalah pikiran-pikiran kita harus ditata dengan benar agar fokus dan memberikan hasil yang optimal disetiap kesempatan yang ada. Sebab pikiran yang terorganisir dengan baik, akan menuntun tindakan, action dan perilaku lebih terarah dan jauh dari mubazir.

Bagaimana dengan hati? Dengan pikiran yang tertata, hanya bis dicapai apabila hati itu tetap jernih untuk mampu merasakan secara hakiki mana yang baik dan benar untuk diteruskan menjadi tindakan nyata dalam menjalani keseharian hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun