Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Catatan Kritis Pemindahan Ibu Kota dengan Anggaran 446 Triliun Rupiah

8 Mei 2019   17:04 Diperbarui: 8 Mei 2019   18:56 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan itu sebenarnya adalah apakah pemerintah akan mengutang hanya untuk memindahkan Ibu kota dengan dana segede gajah itu? Bukankah dana sebesar itu bisa membangun hal-hal yang jauh lebih menjawab persoalan kebutuhan masyarakat miskin, masalah pembangunan, masalah pendidikan, kesehatan dan pekerjaan?

Bagian ini tidak bisa dipungkiri banyak benarnya. Kalau saya rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan tidak akan rela uang sebesar 446 trilun hanya habis untuk memindahkan Ibu kota ke luar Jawa.

Bayangkan saja, kalau RAPBN Indonesia sekitar rp 2.500 triliun maka biaya pemindahan ini sekitar 20%, wow...

Selama seminggu terakhir ini, Presiden Joko Widodo sudah menjamin bahwa anggaran pemindahan Ibu kota tidak akan mengganggu RAPBN, dan sedang diminta Menteri Keuangan untuk membuat skema pembiayaan pemindahan Ibu kota negara ini.

Juga oleh Kepala Bappenas menjelaskan bahwa pembiayaan pemindahan ini akan dianggarkan dalam lima tahun anggaran negara. Berarti, kalau total biayanya sekitar 500 triliun, maka setiap tahun akan ada anggaran sekitar 100 triliun untuk proses pemindahan Ibu kota Negara Indonesia ini.

Hmm..masuk akal juga. Tetapi, tetap kita tunggu seperti apa skema pembiayaan ini yang katanya akan melibatkan juga pihak swasta. Atau dalam istilah Presiden Joko Widodo, proses pemindahan Ibu kota harus inklusif dan tidak boleh eksklusif. Artinya akan transparan, terang benderang bagi masyarakat Indonesia.

Kalau demikian, apalagi yang ditunggu. Saya sendiri tidak sabar untuk melihat sebuah kota baru yang akan di sulap menjadi Ibu kota Negara RI di luar Jawa. Mungkin di Kalimantan.

Dan saya sendiri tidak sabar melihat bagaimana dampak dan multiplier effect yang akan terjadi bagi pembangunan di wilayah yang baru itu. Pasti disana akan ada pemerataan yang selama ini ditunggu-tunggu oleh publik.

Saya sendiri juga tidak sabar untuk menyaksikan Jakarta menjadi sebuah kota yang akan berubah fungsinya. Saya tidak tahu jadi apa. Tetapi bisa menjadi pusat bisnis, pusat hiburan, pusat perdagangan atau yang lain.

Semoga semua mimpi ini menjadi kenyataan untuk Indonesia maju menuju 2030 dan 2045 dengan suatu saat Presidennya seorang milenial!

Yupiter Gulo, 8 Meu 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun