Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Penyebab Kemarahan Menteri Susi, 13 Kapal Vietnam Ditenggelamkan

6 Mei 2019   15:34 Diperbarui: 7 Mei 2019   21:27 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak kemarahan Menteri Susi terhadap Kapal Ikan Asing, nampak sekali ketika berlangsungnya acara penenggelaman 13 kapal asing berbendera Vietnam yang berlangsung pada hari Sabtu 4 Mei 2019 yang lalu di Pulau Datut, Kalimantan Barat, dan kelihatannya akan berlanjut untuk sekitar 51 kapal ikan berikutnya.

Dan kabarnya di Vietnam sana, mereka tidak bisa menerima perlakuan Indonesia atas penenggelaman kapal-kapal ikan mereka. Dikabarkanpun, di media-media sosial Vietnam, Indonesia di bullying habis-habisan, karena mereka menganggap tidak bersalah.

Mengapa Susi marah? Mengikuti insiden sebelumnya, yang video-video pendeknya beredar luas di sosial media, bagaimana nekatnya 2 buah kapal pengawas milik pemerintah Vietnam menabrak Kapal patroli milik TNI AL KRI Tjiptadi-381, pada sekitar seminggu sebelumnya yaitu 27 April 2019. Hanya untuk membela kapal ikan Vietnam yang sudah ditangkap oleh patroli TNI AL karena mencuri.

kompas.com
kompas.com

Kendati itu berada di wilayah zona perairan Indonesia, tetapi ngototnya kapal Vietnam untuk mengklaim bahwa itu zona kekuasaan mereka. Inilah salah satu sumber kemarahan besar dari Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti.

Pencuri ikan terbanyak dari Vietnam

Mungkin kalau hanya insiden menabrak kapal patroli TNI AL Indonesia saja tidak membuat Menteri Susi marah sekali, tetapi nampaknya, selama ini sejak dipercaya oleh Presiden Jokowi untuk mengurus kelautan dan perikanan negeri ini melalui KKP, Susi menghadapi masalah paling banyak dari kapal-kapal ikan asing ilegal yang mencuri ikan-ikan Indonesia adalah dari Vietnam.

Berdasarkan data yang ada, sejak 2014 sampai tahun 2018, jumlah kapal yang sudah ditenggelamkan oleh Susi sekitar 448 buah kapal dan diantaranya paling banyak kapal yang berbendera Vietnam yang jumlahnya sekitar 60%. Diikuti oleh negara-negara Philipina, Thailand, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, China, Balize, dan kapal tanpa negara (lihat info grafis).

www.bbc.com/indonesia
www.bbc.com/indonesia

Angka angka ini akan terus bertambah, bahkan belum termasuk kapal-kapal ilegal yang sudah ditangkap tetapi belum ikrah. Menunggu keputusan terakhir dari pihak lembaga peradilan. Dan Menteri Susi tidak sabaran lagi untuk menenggelamkannya, sebab diantara kepal-kapal itu masih banyak yang berbendera Vietnam.

Melihat data-data di atas, pencuri-pencuri ikan dari Vietnam sangat militant bahkan termasuk berani dan nekad dalam melakukan aksi-aksi mereka. Susi sebagai orang memiliki pengalaman untuk urusan menangkap ikan di lautan-lautan luas, faham betul betul bagaimana mereka beroperasi dengan sangat militan untuk menguras sumberdaya perikanan di Indonesia.

Menghadapi mereka, nampaknya tidak bisa lagi main-main, setengah-setengah hati, tetapi harus totalitas. Cara Susi untuk menenggelamkannya menjadi shock therapy yang harusnya mereka jera. Tetapi melihat data-data yang ada, mereka menjadi pemain utama dalam pencurian ikan di lautan Indonesia.

Kedaulatan Indonesia melalui Laut

Memahami Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berarti melihat Indonesia dengan sebuah kedaulatan sebagai Negara besar di kawasan Asean misalnya. Tidak saja dari jumlah populasi yang besar, tetapi juga wilayah lautan dan kepulauan yang dimiliki. Yang tentu saja tidak boleh dianggap remeh oleh negara-negara lain dan dengan seenaknya menerobos dan mencuri sumber daya negeri ini.

Suka atau tidak suka, sejak Menteri Susi Pudjiastuti mengendalikan perikanan dan kelautan nusantara ini, maka apa yang selama ini seperti gunung es terbuka lebar-lebar dihadapan publik. Intinya bahwa kekayaan lautan Indonesia, ikan-ikan di laut Indonesia telah menjadi "mainan para mafia" sehingga hasil laut nyaris tak berbunyi, dan tidak memberikan hasil yang berarti bagi perekonomian Indonesia, bagi masyarakat pelaut di Indonesia.

Satu persatu Susi ungkap, dan tangani serta perbaiki. Banyak orang tertawa melihat gaya seorang Susi dengan latar belakangnya yang penuh dengan kontroversi. Tetapi sesungguhnya lebih banyak rakyat yang sangat senang dan menokohkan menteri ini. Bahkan perjuangannya untuk menenggelamkan kapak-kapal asing yang ilegal menjadi trendi dan icon hampir diseluruh dunia.

Melalui laut Susi sebagai contoh yang bagus untuk menegakkan kedaulatan bangsa ini yang sekian puluh tahun menjadi sumber "korupsi para mafia" perikanan dan kelautan demi kepentingan sesaat, kepentingan kelompok dan kepentingan politik. Wajar saja negeri ini tidak juga maju-maju. Karena memang dari dalamnya sendiri digerogoti habis-habisan.

Kalau saja semua Menteri yang ada di dalam kabinet pemerintah yang ada seperti gaya Menteri Susi, maka satu-satu kedaulatan Negeri akan pulih kembali. Negara yang berdaulat berarti mempunyai otoritas penuh untuk mengendalikan semua kegiatan negeri ini demi kemajuan bangsa, rakyat menjadi negara maju dan sejajar dengan negara negara lain.

Kedaulatan berarti tidak mudah diintervensi oleh kepentingan-kepentingan asing yang hanya menggerogoti, mencuri, dan menghacurkan. Namanya saja pencuri, pasti niatnya jahat dan bukan niat baik.

Tantangan-tantangan Internal

Mencermati dan belajar dari pengalaman Menteri Susi Pudjiastuti, nampak bahwa tantangan dan kendala terpenting dari keberhasilan Indonesia untuk maju dan memiliki kedaulatan didalam negeri sendiri adalah yang bersumber dari dalam negeri sendiri. Terutama, begitu kuatnya kepentingan-kepentingan kelompok, kepentingan politik yang menyebabkan percepatan kemajuan yang baik selalu terhambat.

Beberapa hal bisa disebutkan sebagai kajian perenungan saja :

  • Warisan pembangunan selama masa Orde Baru merupakan sebuah sistem yang sudah mengakar sehingga tidak begitu mudahnya mengubahnya. Butuh waktu yang cukup untuk mengubah mindset semua stakeholders agar benar-benar memberikan support bagi perjuangan KKP Menteri Susi mengedalikan perikanan dan laut Indonesia.
  • Perbedaan persepsi dalam kebijakan. Sejak awal Susi menenggelamkan kapal-kapal itu dengan meledakkan dengan tujuan menciptakan efek jera. Sekarang hanya ditenggelamkan saja dengan proses tersendiri. Bahkan sempat diprotes untuk tidak ditenggelamkan tetapi dilelang. tetapi menurut Susi ini tidak baik karena mereka menganggap Indonesia kurang tegas untuk menjaga kedaulatan Indonesia.
  • Harus diakui bahwa banyak para ahli, bahkan akademisi yang menganggap remeh Menteri Susi Pudjiastui, hanya karena latar belakang pendidikan dan akademik-nya yang belum tamat SMA. Ada semacam stigma yang sudah sangat kuat tentang Menteri ini tidak bisa dan tak mampu.
  • Di banyak kalangan masih banyak yang meragukan perubahan hasil dibidang perikanan dan kelautan yang dikelola oleh menteri Susi. Walaupun ada banyak fakta dan data yang memperlihatkan kemajuan yang dicapainya. Data-data ini bisa disearch melalui google.
  • Harus diakui bahwa sektor perikanan dan kelautan selama ini bukan termasuk yang dianggap terlalu penting, sehingga tenaga-tenaga sumberdaya manusia yang handal untuk ini juga masih sangat terbatas. Sementara wilayah kelautan Indonesia masih sangat luas dan potensial.

Menarik melihat bagaimana Menteri Susi tidak pernah lelah dan jera untuk terus menjaga dan memelihara lautan Indonesia ini agar tidak menjadi area penjarahan ikan oleh kapal-kapal ilegal dari negara-negara lain.

Saya masih ingat, setiap pulang kampung di kepulauan Nias bagian barat, dan sering saya mendengar cerita penjaga pantai tentang kapal-kapal nelayan asing yang mencuri ikan di sebelah lautan hindia pulau ini. Dan mereka tidak bisa ngapa-ngapain, apalagi mengejar, karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Tidak punya kapal, teknologi komunikasi tidak ada, sumberdaya orang tidak ada. Jadi begitulah terus menerus dicuri ikan di laut sana.

Sekarang bagaimana, memang mereka tidak ada perubahan yang berarti dari kemampuan, teknologi dan sumber daya manusia, tetapi sudah lama tidak melihat kapal-kapal pencuri itu, karena mereka takut ditenggelamkan oleh Menteri Susi!

Yupiter Gulo, 6 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun