Tidak benar apa yang sering ditulis Don't look a book from its cover! Karena sebenarnya cover buku merupakan tampilan nyata yang terlihat di rak buku, baik di toko buku, maupun di perpustakaan.
Tentu saja ungkapan diatas tidak bermaksud membandingkan dengan ungkapan motivasional yang berbunyi "don't judge a book by its cover", namun ungkapan bahwa "jangan menilai sebuah buku dari kulitnya" memang tak selamanya benar dan tepat. Bahkan justru rancangan cover sebuah buku menjadi pertarungan gagal atau suksesnya penjualan buku itu di pasar.
Serupa dengan pemikiran ahli periklanan dan komunikasi visual, merancang bungkus dan kemasan produk agar menarik pembeli dan indah layak dipajang merupakan seni yang sangat diperlukan.
Mereka yang ahli dan berpengalaman untuk bekerja di biro iklan, advertising agency, akan bertanggung jawab sebagai Creative Director, suatu jabatan sangat menentukan agar produk-produk biro iklan "laku" bahkan mendapat penghargaan "award" dan menaikkan citra serta reputasi biro iklan.
Demikian pula di usaha penerbit, seorang dengan tanggung jawab sebagai perancang sampul, cover designer, memegang peran sangat penting agar buku laku atau disukai oleh peminat.
Dalam industri penerbitan tentu juga seorang ahli lay-out atau penata letak, sama pentingnya berperan agar buku yang diterbitkan serasi dengan isi buku dan enak untuk dibaca.
Mereka yang bergelut dalam penerbitan, perpustakaan dan kita sebagai pembaca, selain penulisnya yang ingin kita ketahui, tentu terlebih dulu membaca synopsis, isi singkat buku, dan ini disiapkan baik oleh penulis buku maupun harus melewati editan editor buku yang seyogyanya menguasai bahasa baku baik bahasa Indonesia maupun bahasa internasional lainnya.
Seorang yang akan membeli buku atau meminjam buku dari perpustakaan pasti melihat terlebih dahulu cover depan, kemudian meneliti cover belakang.
Oleh karena itu 4 hal utama  yang harus diperhatikan untuk memilih sebuah buku hendak dibeli atau sekedar dibaca saja, yaitu :
- Cover buku, baik tampilan depan maupun belakang, akan sangat menentukan daya tarik pembelinya.
- Sinopsis dari isi buku tersebut yang biasanya ditaruh dibagian cover belakang buku itu. Atau kadang-kadang di halaman dalam cover baik depan maupun belakang.
- Penulis buku sangat menentukan apakah buku itu perlu dibeli atau dibaca. Penjelasan siapa penulis harus ditampilkan, dibagian cover belakang atau dibagian terakhir halam dalam.
- Penerbit buku sangat menentukan kualitas buku untuk dipilih, sebab ada sejumlah penerbit yang hanya mencetak dan menjual buku-buku berkualitas.
- Daftar pustaka atau referensi sering menjadi pertimbangan penting untuk menilai kualitas sebuah buku untuk dibeli atau dibaca.
Demikian pula di tahun 2017 diterbitkan oleh Grasindo, buku yang menantang pendekatan ke ilmuwan yang baru berjudul Governance, Risk Management, and Compliance, tulisan Leo J.Susilo; di cover belakang menulis: Buku ini mengemban misi untuk mencoba membuat jelas pengertian Governance, Risk Management, and Compliance (GRC), menjabarkan dalam bagian-bagian yang mudah dicerna dan di mengerti.
Namun, tidak hanya penerbit yang sudah memiliki nama seperti penerbit dari Kompas Gramedia Group yang "jago" menerbitkan buku-buku bagus.
Seorang entrepreneur muda yang dahulu hanya bekerja sebagai karyawan sales biasa, di salah satu penerbit anak perusahaan percetakan besar, memulai usaha sendiri dan rajin mengunjungi kampus-kampus mengumpulkan naskah buku akademik dan di tahun 2018 berhasil menerbitkan buku-buku ajar yang sangat dibutuhkan.
Salah satu buku laris yang diterbitkannya adalah Manajemen Krisis, Isu, dan Risiko dalam Komunikasi (2018).
Di cover belakang lengkap dijelaskan bahwa isi buku ini tidak hanya sangat diperlukan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi karena salah satu mata kuliah utama adalah Manajemen Krisis, tetapi juga sangat bermanfaat bagi pengetahuan tambahan Fakultas Bisnis dan Manajemen.
Selain itu merupakan keharusan bagi berbagai industi memahami bagaimana mengahadapi krisis dalam menjalankan komunikasi instansi atau perusahaan yang prima dengan banyak studi kasus. Penerbit baru yang dimotori seorang sarjana ilmu komputer ini adalah Campustaka.
Lain lagi dengan sebuah judul buku yang baru terbit Januari 2019 ini menimbulkan pertanyaan yaitu "The Missing 40 Percent". Sebuah judul yang sangat menggoda, bukankah pembaca ingin lebih tahu "apa itu yang missing?". Menarik sekali ketika mencermati buku ini yang covernya dicetak dalam warna coklat, mungkin sesuai dengan penerbitnya yang bernama Sawo Andal Prima (buah sawo warna coklat, bukan?)
Cover belakang buku ini sangat padat dengan synopsis isi  buku dan sekaligus dapat membaca siapa penulisnya (bahkan dilengkapi dengan adanya foto penulisnya). Cara tampilan cover buku ini pasti "menggoda" untuk menyimak isi buku ini.
Saat mendapatkan buku yang istimewa ini yang nampak berbeda dengan buku terbitan lain dari lain; yang biasanya membuka bagian belakang mencari Daftar Pustaka, sebagai sumber ilmu yang didapatkan oleh seorang penulis buku, ternyata dari halaman 231 "Referensi Utama" hingga halaman 264 memuat resensi beberapa buku dengan tampilan cover buku depan terbitan luar negeri; sebanyak 13 buku.
Menarik sekali membaca daftar literatur yang dipakai oleh si penulis karena bisa merupakan bonus dapat mengetahui buku-buku terbitan luar negeri yang judulnya semua baru dan menantang untuk diketahui.
Rasa penasaran untuk melahap isi buku yang ditulis oleh seorang yang produktif ini, buku "The Missing 40 Percent" oleh Gde Suardhika, Â mengantar pikiran ini ke sejumlah halaman khusus yang topiknya menarik. Ketika membaca halaman 260-261 synopsis salah satu diantara 13 buku referensi utama Primed to Perform: How to Build the Highest Performing Cultures through the Science of Total Motivation, Lindsay McGregor dan Neel Doshi.
Buku ini mengupas dan menjawab habis pertanyaan mengenai hal-hal yang dapat mendorong kinerja luar biasa dari sebuah organisasi telah menjadi bahan ulasan dari puluhan atau bahkan ratusan buku lainnya.
Buku ini sampai pada kesimpulan yang out of the box, namun tetap didukung oleh berbagai penelitian mutakhir. Buku ini membahas apa faktor utama yang mendorong kinerja optimal.
Fondasi dasar dari budaya kerja yang optimal adalah rangkaian motivasi tertentu yang disebut Tomo (wuah: Pak Tom, nama seorang Indonesia yang terkenal? Bukanlah...) Tomo = Total Motivation. Tomo terdiri atas Direct Motive: Play, Purpose & Potential; serta Indirect Motives: Emotional Pressure, Economic Pressure & Inertia (keharusan).
Direct dan Indirect Motives tidak bekerja satu arah. Untuk kinerja optimal, kedua jenis motivasi tersebut justru perlu bergerak berlawanan arah. Budaya kinerja optimal akan muncul bila Direct Motives tinggi, orang dapat terlibat dalam bekerja (play), dapat menemukan makna (purpose) dan mengembangkan potensinya (potential).
Sementara itu disisi lain motivasi bekerja karena kekhawatiran/ketakutan (emotional pressure), tekanan ekonomi (economic pressure) dan keharusana (inertia) tidak besar.
Primed to Perform kemudian menunjukkan korelasi yang kuat antara adanya Tomo dengan kinerja organisasi di berbagai industri.
Manajemen Produktivitas Diri (MPD) menjadikan buku ini buku utama yang memberikan kerangka penerapan MPD didalam organisasi.
Terutama karena spirit dan value yang dibawa antara MPD dan Primed to Performed.
Sumber bacaan penulis buku The Missing 40 Percent menjadikan "ilham" dalam mengulas kenyataan dalam organisasi industri/perusahaan di Indonesia yang dicetuskan penulis buku dalam Bab "Antara Tactical & Adaptive Performance" (halaman171-172), karena adaptive performance hanya bisa dicapai bila karyawan merasa ada keterkaitan antara kepentiangan diri pribadi dan perusahaan.
The Missing 40 Percent sesuai bacaan referensi Primed to Perform adalah antara lain kesenjangan antara optimum produktivitas diri dan kinerja organisasi saat ini. Banyak yang masih akan didapkan dari buku The Missing 40 Percent ini.
Artikel khusus disiapkan oleh sahabat yang baik Ludwig Suparmo, seorang Lead Trainer Value Consult: Crisis Management juga Compliance Management
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H