Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Cerita tentang Dosen dan Mahasiswa

2 Mei 2019   14:58 Diperbarui: 3 Mei 2019   01:43 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun hari ini 2 Mei 2019 bukan libur nasional, maka untuk mengingat dan memperingati hari pendidikan nasional saya mau berefleksi sedikit tentang dunia kampus, dunia mahasiswa dan dosen. Paling tidak sebagai catatan penanda buat saya sebagai seorang insan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kampus sejak 1985 silam.

Rentang waktu 34 tahun menikmati profesi sebagai dosen sungguh sebuah kisah dan cerita panjang yang tiada habis dan tentu penuh dengan up and down dalam segala hal. Sebab, di dalam jangka waktu itu melewati secara lengkap generasi ke genearasi, dari satu mashab ke mashab berikut, dari abad 20 ke abad 21.

Menarik bila diingat, mulai dari generasi Y, X dan Z nan generasi milenial yang menjadi pemilik bonus demograsi di Indonesia yang bakal mulai efektif pada tahun 2030 nanti. Mereka akan mendapatkan bentuk dan peran penting dalam percaturan pembangunan di Indonesia.

Lalu, ditimpali kencang dengan dilahirkan oleh Profesor Clayton M Christensen dari Harvard Business School tentang Teori Disrupsi Inovasi di tahun 1995 tetapi belakangan baru mendapatkan bentuk yang konkrit ditengah-tengah dinamika perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri.

Bahkan diwarnai pula dengan kencangnya dampak masif dari Revolusi Industri 4.0 dengan Robotisasi di segala bidang usaha dan kehidupan.

Menjadi dosen dalam era revolusi industri 4.0 dan era disrupsi sekarang ini tidaklah mudah, karena suka atau tidak suka, seorang dosen harus mengubah seluruhnya mulai dari mindset, cara atau metode mengajar, pemanfaatan sumber ajar, dan sebaginya. 

Bila tidak maka dosen hanya akan menjadi "patung" yang tiada bernyawa yang tidak mampu membuat perubahan bagi  mahasiswanya.

Berikut ada tiga buah cerita tentang dosen dalam menjalankan tugas di kelas perkuliahan:

Cerita pertama:

Saat makan siang hari ketika makan siang di kantin kampus yang berbaur dengan banyak mahasiswa, lalu saya mendengar obrolan mereka tentang kuliah yang baru saja mereka alami dengan dosen salah satu mata kuliah.

Sambil menikmati kudapan siang, mereka bercerita dan sedikit mengeluh sambil bernada protes tentang si dosen mereka yang mengajarkan mata kuliah Manajemen Keuangan.

Mahasiswa sebanyak 45 orang hadir semua, namun setelah 15 menit berjalan perkuliahan satu-satu persatu mahasiswa keluar, dan yang hanya dua baris depan yang maih tertinggal mengikuti perkuliahan. Yang lain pergi nongkrong di kantin sambil menunggu rekan-rekan yang mengikuti sampai selesai.

suciwuland.blogspot.com
suciwuland.blogspot.com
Pasalnya adalah si dosen mengajar tanpa mempedulikan mahasiswa dan suasana kelas, belum lagi suaranya yang tidak terdengar, dan sama sekali materi yang diajarkan tidak difahami dengan baik. Mahasiswa lebih mengandalkan belajar sendiri saja saat sesuai referensi yang ada.

Menarik juga, karena si dosen ini selalu memberikan nilai yang terbaik bagi sebagian besr mahasiswa, kendati simahasiswa merasa tidak belajar dengan baik, atau sesungguhnya tidak menguasai bahan yang diujikan.

Cerita kedua:

Dalam sebuah forum blog untuk profesi dosen saya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana yaitu: seberapa setuju Anda kalau mahasiswa dibebaskan untuk menggunakan smartphone dan tentu saja juga laptop ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung?

Setelah saya rekap respons dari rekan-rekan dosen, sebagian besar, sekitar 70% mengatakan dengan tegas sekali bahwa tidak setuju mahasiswa membuka smartphone dan bermain laptop saat berlangusng kegiatan belajar mengajar di kelas. Tentu saja alasannya macam-macam, tetapi di sini saya tidak membahas alasannya.

duniadosen.com
duniadosen.com
Yang menarik adalah dari responden itu yang menjawab tidak setuju sebagian besar adalah dosen-dosen muda, yang boleh dikategorikan sebagai generasi milenieal, yang usianya dibawah 35 tahun.

Bagi saya ini menarik karena seharusnya mereka menjawab setuju dengan mahasiswa memanfaatkan smartphone itu.

Cerita ketiga:

Ketika saya menjadi seorang peserta Bimtek di salah satu LL Dikti yang pesertanya sekitar 40-an orang semua dosen senior, lalu saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada seorang narasumber yang kebetulan membahas tentang Teknologi Pembelajaran di kelas.

Pertanyaan saya adalah bagaimana cara mengendalikan para mahasiswa di kelas agar mereka tidak bermain gadget dan laptop selama saya mengajar?

Jawabannya sungguhnya mengagetkan saya, tentu saja juga saya senang dengan jawaban beliau. Dia mengatakan bahwa harusnya mahasiswa dibebaskan untuk menggunakan smartphone dan tentu saja laptop selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Seorang dosen harus mampu mengelola alat teknologi ini untuk mengefektifkan dan optimalkan capaian pembelajaran.

Tanggapan narasumber sungguh menggembirakan, paling tidak buat saya, karena selama ini saya mengerjakan hal yang sama. Untuk diketahui, si narasumber ini seorang ahli dan PhD dibidang teknologi pembelajaran, dan masih tegolong generasi milenial.

berliner-zeitung.de
berliner-zeitung.de
Tiga buah kisah di atas, hanya sedikit dari banyak sekali cerita yang dialami oleh teman-teman dosen dan juga mahasiswa di kampus yang berbeda-beda dan karakteristik yang spesifik masing-masing. Dipastikan semangat dari kejadian yang ada semuanya memberikan inspirasi.

Saya memberikan catatan penting dari 3 kisah diatas, yang kejadiannya masih sangat baru, setahun terakhir 2018/2019, sebagai perenungan tantangan yang harus disadari dan dikelola oleh seorang dosen, siapapun dia dan di mana pun dia mengajar.

1. Revolusi industri 4.0 dan Era Disrupsi

Masih banyak dosen yang masih belum siuman dari zona nyamannya selama ini, bahwa sekarang manusia di muka bumi ini sedang mengadapi revolusi industri 4.0 dan era disrupsi yang tidak bisa dihindari, dan harus mampu menyesuaikan diri, dan mampu memanfaatkan semua peluang yang muncul dari era ini.

Kalau disederhanakan tentang dua hal ini, Revolusi Industri 4.0 dan Disrupsi, maka ceritanya begini.

Peradaban manusia berturut-turut melalui 3 revolusi, yaitu revolusi industri pertama saat mesin uap ditemukan, lalu diteruskan oleh revolusi industri kedua ketika listrik ditemukan, dan ketika penemuan elektronik dan teknologi informasi dan otomasi. Semuanya menyentuh langsung proses industri yang ada di pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan.

Dan sekarang Revolusi Industri 4.0 yang jiwa dan isinya adalah teknologi robotika, machine learning, dan artificial Intelligence atau yang dikenal dengan kecerdasan buatan, lalu diwarnai oleh IoT, kemudian ada prinring 3-Dimensi atau 3D.

Kemudian pemahaman era disrupsi adalah sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan yang luar biasa dari revolusi industri itu. Dinamika proses pekerjaan yang dilakukan oleh manusia mengalami interupsi yang luar biasa. Interupsi berarti mampu menghilangkan pola kerja lama dan digantikan oleh pola dan model yang baru.

Mudah melihatnya dengan teknologi transportasi. Taxi sekarang ini mengalami masalah penurunan pendapatan mereka karena terintrupsi dengan taxi online. Dan kedepan taxi online atau taxi aplikasi akan terinterupsi dengan taxi driverless, yaitu taksi tanpa supir yang diyakini akan segera masuk dalam industri.

Seorang dosen harus memahami ini dan mengadaptasi dalam kegiatan belajar dan mengajar. Karena mahasiswa yang diajarkan, menjadi output yang akan memasuki dunia industri yang sudah berevolusi seperti sekarang ini. Artinya, metode pembelajaran harus diubah.

2. Mahasiswa itu generasi milenials 

Susah bagi seorang dosen kalau tidak mengerti siapa yang diajarkannya, seperti cerita nomor 1 diatas. Karena semua mahasiswa sekarang ini termasuk dalam generasi milenial yang sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Dengan memahami karakteristik khsusnya maka proses pembelajaran harus disesuaikan agar tujuannyaa tercapai dengan efektif.

toeicspeakingmsngoc.com
toeicspeakingmsngoc.com
Paling tidak ada 4 ciri khusus para mahasiswa sekarang ini, yaitu:
  1. Dianggap sebagai genearasi yang selalu terhubung, atau dalam istilah kerennya aalways connected. Kemana saja mereka berada, dan kapan saja, generasi ini harus terhubung dengan internet agar bisa berhubungan dengan dunia maya.
  2. Generasi milenial selalu bahkan sangat aktif bersosial, melalui sosial media dan dunia maya lainnya. Tanpa bersosial mereka merasa tidak berarti
  3. Generasi milenial menyukai dan menggemari apa yang disebut aplikasi. Application happy menjadi karater khusus yang selalu mewarnai hidup generasi ini. Aplikasi gaming, apikasi online shoping, aplikasi entertainment dan sebagainya.
  4. Mahasiswa sekarang termasuk smarthphone - dependent, yang berarti mahasiswa sekarang ini sangat tergantung pada gadget atau telepon pinter-nya. Kemana saja mereka pergi dan berada harus membawanya. Hidup terasa kosong atau missing link tanpa HP.

3. Mahasiswa menjadi self-learning.

Cara dosen mengajar yang kuno atau tradisional adalah semuanya bersumber dari dosen itu sendiri. Seakan-akan dosen itu adalah perpustakaan hidup. Apa saja yang dibutuhkan oleh mahasiswa tentang mata kuliahnya dosen menyediakannya sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih banyak one-way traffic communication saja.

Dosen sebagai satu-satunya sumber belajar tidak bisa lagi diandalkan pada era revolusi industri 4.0 dan era disrupsi inovasi ini. Karena mahasiswa pasti tidak akan tetarik dan membuat merekan akan bosen dan sangat menyiksa seperti cerita nomor 1 diatas.

Hingga kini pendekatan yang dianggap cocok adalah Student Centered Learning, yang menegaskan bahwa mahasiswalah yang belajar bukan dosennya, dan karenanya mahasiswalah yang aktif mencari sumber belajar, mengolahnya, menyajikannya dan menemukan sesuatu di dalam sumber belajar itu.

Ini sangat mungkin karena pada umumnya generasi milenial ini menekankan pada asumsi self-leraning, kemauan untuk belajar sendiri.

Kecenderungan ini sangat kuat, dengan banyaknya pembelajaran online melalui aplikasi youtube misalnya dengan mudah, gampang, murah dan diakui oleh penyelenggara dengan sertifikasi.

Dosen harus mampu mengelola metode mengajar dengan menggunakan berbagai aplikasi yang memang sangat digandrungi oleh mahasiswa yang generasi milenial semua.

4. Fokus pada pembentukan soft-skill

Melihat arah dari perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan sudah mulai muncul Revolusi 5.0, serta merangsetnya era disrupsi inovasi saat ini, maka orientasi dari pengelolaan univeristas dan perguruan tinggi harus diubah, yaitu menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri, dan lebih fokus pada soft-skill.

Hardskill relatif bisa dicapai melalui berbagai sumber pembelajaran dengan mengandalkan self-learning mahasiswa, maka yang dilatih dalam kelas adalah soft-skill yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri.

  • Ada banyak hasil survei akhir-akhir ini yang menemukan sejumlah softskill yang harus dimiliki oleh SDM milenial, antara lain:
    Problem solving
  • Adaptability
  • Collaboration
  • Leadership
  • Creatiivity 
  • Inovation

Di dalam kelas mahasiswa harus dilatih agar mampu memiliki kemampuan-kemampuan soft itu, seperti menyelesaikan masalah, mememiliki daya suai yang tinggi, kerjasama atau kolaborasi, kepemimpian hingga inovasi.

Seorang dosen harus mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong mahasiswa terlibat dalam pembahasan kasus-kasus sehingga terlatih soft skill yang dibutuhkan.

Semoga catatan perenungan ini mengingatkan tentang pentingnya proses pendidikan yang berkelanjutan sebagai salah satu wilayah yang mempersiapkan sdm-sdm yang mampu menjawab tantangan tantangan zaman yang terus berubah.

Selamat Hari Pendidikan Indonesia, 2 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun