Pertumbuhan BEI
Bila diperhatikan 5 tahun terakhir ini, perkembangan Pasar Modal Indonesia, khususnya Bursa Efek Indonesia memperlihatkan pertumbuhan  yang signifikan. Tidak saja dilihat dari kapitalisasi nilai transaksi setiap hari, IHSG yang terus meningkat, tetapi juga dalam inovasi produk dan jasa, serta jumlah investor yang terus bertambah.
Mimpi besar agar investor-investor lokal menjadi tuan pada Bursa Efek Indonesia menjadi tantangan yang semakin menampakkan dari hari ke hari. Sebab selama ini, pasar modal Indonesia lebih banyak di dominasi dan dikendalikan oleh investor asing, baik dalam jumlah investor dan terutama investasi dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan data dari IDX Jakarta, dengan transaksi pada hari Jumat 26 April 2019 memperlihatkan IHSG sudah mencapai angka 6.401,080 rupiah (naik 28,3 point atau 0,44%) dengan nilai transaksi sebesar Rp. 8,177 triliun rupiah, dan volume perdagangan pada angka 12,351 miliar saham, serta frekuensi transaksi pada angka 363.152 kali.
Kalau angka ini dianggap sebagai rata-rata, maka setiap hari perdagangan mencapai nilai sekitar 8 trilun rupiah, yang kecenderungannya naik dari tahun ke tahun sebagai indikasi perkembangan yang sehat dari bursa efek indonesia
Masalah Utama : SDM Profesional
Salah satu persoalan mendasar mengapa lambannya perkembangan pasar modal Indonesia adalah karena kekurangan tenaga-tenaga professional di bidang pasar modal, serta lemahnya literasi terkait pasar modal dikalangan masyarakat yang sangat potensial menjadi pelaku di bursa efek.
Mengapa perkembangan bursa efek Indonesia lebih banyak terjadi di Jakarta, atau beberapa kota besar lainnya, karena kekurangan tenaga profesional di bidang pasar modal itu sendiri.
Sebab, bagi anggota bursa, sebutkan misalnya perusahaan-perusahaan yang go public, para emiten, memerlukan tenaga professional minimal untuk mengisi struktur organisasi yang disyaratkan oleh Bursa Efek Indonesia. Demikian juga apabila membuka cabang, semacam kantor pemasaran atau perwakilan di wilayah kota atau propinsi lainnya, maka dibutuhkan tenaga profesional yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di bagian inilah sesungguhnya masalah yang dihadapi oleh industri pasar modal di Indonesia. Berdasarkan data yang ada, saat ini dibutuhkan paling tidak sekitar 60.000 an orang tenaga tenaga profesional di bidang pasar modal, mulai dari tenaga professional Wakil Penasehat Investasi hingga para tenaga profesional di bidang pemasaran efek yang masih bercabang lagi ke berbagai jenis efek yang diperdagangkan.
TICMI, Lembaga Pencetak SDM Profesional Pasar Modal
TICMI atau singkatan dari The Indonesia Capital Market Institute, merupakan sebuah lembaga yang didirikan oleh Bursa Efek Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tenaga profesional pasar modal.
Lembaga TICMI menjadi sangat familiar, tidak saja di dunia pasar modal, tetapi juga dilingkungan akademisi, kampus, mahasiswa karena dalam kiprahnya lebih dikenal sebagai pusat referensi, edukasi, dan sertifikasi Pasar Modal di Indonesia yang memiliki misi meningkatkan jumlah profesional di pasar modal yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya.
Setelah berjalan hampir satu decade, pada hari Rabu 24 April 2019 yang lalu, TICMI mewisuda 2.480 orang tenaga-tenaga professional yang sangat dibutuhkan dan ditunggu-tunggu oleh AB dan pelaku pasar di bursa efek.
Wisuda akbar ini merupakan wisuda ke-7, dan secara keseluruhan TICMI telah memproduksi  sebanyak 14.108 orang lulusan yang tersebar diseluruh Indonesia di berbagai perusahaan emiten maupun lembaga-lembaga perusahaan efek yang menjadi pelaku di bursa efek Indonesia. Termasuk juga para akademisi yang menjadi dosen atau instruktur bagi mahasiswa di lingkungan kampusnya.
Dalam siaran persnya, terkaita acara Wisuda Akbar ke-7 ini, TICMI menjelaskan bahwa lulusan kali ini terbagi dalam 6 kategori profesional yaiitu :
- WPPE -Wakil Perantara Pedagang  Efek,  sebanyak 3.305 wisudawan
- WPPE-P - Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran, sebanyak 8.035 wisudawan
- WPPE-PT - Wakil Perantara Pedagang Efek-PT, sebanyak 1.119 wisudawan
- WMI - Wakil Manajer Investasi, sebanyak 1.548 wisudawan
- WPEE - Wakil Perantara Emisi Efek, sebanyak 174 wisudawan
- ASPM - Â Ahli Syariah Pasar Modal, sebanyak 147 wisudawan
Dengan ke-6 bidang profesional itulah TICMI mempunyai tugas dan tanggungjawab yang tidak ringan, terutama untuk kualifikasi yang harus dipenuhi oleh setiap peserta.
TICMI seakan menjadi mesin pencetak tenaga-tenaga profesional yang masih sangat besar kebutuhannya. Bedasarkan laporan Direksi BEI pada saat acara Wisuda Akbar ke-7 tersebut, dijelaskan bahwa kebutuhan tenaga profesional yang masih harus diisi sekitar 60.000 orang. Sebuah jumlah yang sangat besar. Dan satu-satunya lembaga atau institusi yang dipercayakan untuk ini adalah TICMI sendiri.
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Direktur TICMI pada acara istimewa ini, salah satu strategi yang dilakukan oleh TICMI adalah dengan kolaborasi antara Universitas, untuk memberikian kesempatan pada mahasiswa yang berminat menjadi tenaga profesional di industri pasar modal.
Hingga saat ini sudah puluhan Universitas/Sekolah Tinggi/ Institusi yang bekerjasama dengan Ticmi dalam menyiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga profesional pasar modal. Â Bahkan yang diwisuda ini, sebagian besar adalah mahasiswa yang masih fresh sedang berkuliah di masing-masing perguruan tingginya.
Galeri Investasi
Kolaborasi perguruan tinggi dengan Ticmi sesuatu yang baik dan menarik tetapi juga menantang. Karena harus ada perubahan yang signifikan dari kampus untuk mengubah proses belajar mahasiswa dengan tuntutan profesional kebutuhan pasar modal.
Sejumlah kampus yang menyambut dengan antusias kolaborasi ini menjadi sebuah icon di masing-masing lingkungan kampus. Terutama ketika program atau proyek Galeri Investasi menjadi bagian tak terpisahkan dengan program edukasi pasar modal bagi mahasiswa.
Sangat luar biasa, bukan saja mahasiswa mendapatkan sertifikasi profesional pasar modal, tetapi mereka bisa menjadi pelaku pasar yaitu sebagai investor melalui Galeri Investasi di kampusnya masing-masing.
Nampaknya, cara ini sangat efektif untuk mengkampuskan pasar modal, memahasiswakan bursa efek Indonesia dan membangun tradisi menabung saham dikalangan mahasiswa walau hanya dengan uang kecil sebagai bagian dari uang jajan atau uang bulanan kiriman dari orangtua. Bagian ini ada banyak kisah sukses di masing-maing kampus.
Tantangan Kedepan
Diakui bahwa salah satu indikasi kemajuan ekonomi suatu negara adalah perkembangan dan pertumbuhan pasar modalnya. Gerak gerik dan dinamika pasar modal akan menjadi penunjuk apakah  sehat atau tidak suatu perekonomian suatu negara.
Ketika investor lokal dalam suatu negara menjadi tuan dalam pasar modalnya, artinya baik dari sisi banyaknya investor maupun besarnya investasi harus terus menerus bertumbuh tahun ke tahun dengan jumlah yang segnifikan.
Melihat populasi penduduk Indonesia yang sudah mecapai 269 jutaan orang, maka 10% saja yang akan ikut berinvestasi dalam bursa efek Indonesia, maka keajaiban akan terjadi.
Per 28 Februari 2019, data jumlah investor di pasar modal BEI sebanyak 1,7 juta investor. Dan diantaranya khusus investor di saham sebanyak 997.524 investor. Sebuah jumlah yang tidak sedikit dibandingkan sekitar 5 tahun yang lalu, yang masih berada pada angka 500.000-an investor secara total.
Artinya, peluang pasar masih sangat besar untuk mengajak penduduk Indonesia berinvestasi di saham. Ya, kalau 5% saja dari 269 juta populasi maka angkanya menjadi  ada sekitar 13,5 juta orang. Kalau dikurangi dengan jumlah investor sekarang yang berjumlah sekitar 1,7 juta investor maka peluang pasar bagi AB sangat besar.
Inilah tantangan yang harus dijawab kedepan sebagai bagian dari membangun negeri ini secara benar dan bertanggungjawab.
Yupiter Gulo, 29 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H