Sesungguhnya, publik faham betul, bahwa sedang terjadi tawar menawar, transkasi politik dari dua kubu yang ada. Paling tidak kalah jadi Presiden, tetapi sejumlah kepentingan politik kelompok Capres 02 dapat dipenuhi.
Mulai dari jabatan di Legislatif dari pusat hingga ke daerah, jabatan birokrasi mulai dari Kabinet 2019-2024 hingga ke daerah-daerah, kesempatan untuk mewadahi sejumlah kepentingan kelompok yang cenderung dilarang oleh pemerintah selama ini, atau bahkan tarik menarik untuk memulangkan sejumlah tokoh-tokohnya yang ada di luar negeri dan kembali ke tanah air.
Dan nampak bahwa masih sangat biasa tuntutan yang menjadi tawar menawar untuk dijadikan pokok diskusi dalam grey area yang sekarang sedang gencar-gencarnya didorong terjadi.
Ini dapat dimengerti dengan terang benderang, karena sesunggugnya indikasi hasil pemilu sudah agak jelas dengan dua hal utama yaitu :
- Pilpres akan kemenangan di Capres 01
- Legislatif akan dikuasai, mayoritas oleh Parpol pendukung Capres 01.
Tetapi, Capres 02 memiliki satu hal mendasar bahwa sekitar 45% pemilih dari sekitar 150-an juta pemilih, ada di pihaknya, yang mungkin angkanya menjelang angka 70-an juta suara.
Inilah modal dan asset politik yang dimiliki oleh Capres 02, sebuah jumlah yang sangat besar. Ada peningkatan yang signifikan dibanding pemilu tahun 2014 yang jumlahnya sekitar 62 juta suara.
Secara politis, angka 45% inilah yang membuat gemasnya Capres 02 untuk menjadi orang nomor 1 di republik ini. Iyalah, masak sih gak bisa dapat tambahan suara sedikit lagi untuk mengalahkan petahana? Bigitu kurang lebih gemasnya publik melihatnya.
Tapi, inilah realitas politik. So, capres 02 lupakan saja untuk menjadi RI-1, tetapi fokus kepada tawar menawar dengan pemenangnya.Â
Sejumlah agenda pasti sudah disiapkan. Dan dengan begitu tekanan-tekanan pasti akan berjalan terus dengan serius demi sebuah perjuangan bagi siapa saja yang diatasnamakan.
Adakah rekonsiliasi setelah pemilu serentak 2019 dan sebelum KPU mengumumlan hasil akhirnya pada akhir Mei 2019?
Jawabannya ada rekonsiliasi. Tapi, macam apa rekonsiliasi yang akan terjadi? Jawabannya adalah dagang sapi. Artinya, mari kita berekonsiliasi tetapi ada syaratnya. Kalau syaratnya tidak bisa dipenuhi maka kita akan terus berusaha berekonsiliasi.