Buruh = Faktor Produksi
Terjadi perubahan yang sangat drastis dalam melihat dan mengelola unsur orang di dalam suatu perusahaan, terutama dalam perusahaan manufaktur, pabrik-pabrik yang didominasi oleh mesin-mesin sebagai penggerak pabrik.
Ada masa yang sangat panjang ketika manusia atau orang dianggap sama saja dengan faktor produksi lainnya dalam menghasilkan barang barang. Manusia dianggap sama saja dengan mesin, bahan baku, bahan penolong, modal. Hal ini ini tercermin dengan manusia dianggap sebagai tenaga kerja saja, karena hanya tenaganyalah yang dihargai dan bukan kemanusiaannya.
Konsekuensi dari pemahaman demikian, maka orang-orang yang bekerja dalam sebuah pabrik nilainya tidak lebih besar dari bahan baku saja. Bahkan apabila tidak dibutuhkanpun, maka mereka tinggal dikeluarkan saja dari pabrik, atau "membuangnya" begitu saja. Istilah buruh menjadi refleksi dari manusia yang tidak memiliki nilai strategis dalam perusahaan.
Boleh disimpulkan, masa-masa itulah yang paling sulit bagi orang yang bekerja dalam suatu pabrik. Sebagai buruh memiliki posisi bargainning yang sangat lemah menghadapi pengusaha ataupun majikan pabrik. Buruh, memperoleh upah yang sangat rendah dan nyaris jauh mencukupi dari kebutuhan minimal hidup yang layak.
Era manusia sebagai faktor produksi telah berlalu, dan sudah berubah sangat jauh terutama sejak tahun 1900-an dan memasuki 2000-an, dan hingga sekarang terus berubah menjadi lebih baik.
The Man Behind The Gun/System
Manusia yang bekerja sekarang tidak lagi dipadang sekedar sebagai faktor produksi, atau setara dengan bahan baku produk, maupu sekedar pelengkap mesin saja.
Perubahan ini mulai nampak dengan berubah istilah yang digunakan dari Manajemen Personalia, menjadi Manajemen Sumber Daya Manusia/MSDM, atau Human Resources Management. Tidak hanya itu, istilah Human Capital and Human Investmant, menjadi indikai kunci manusia memegang peranan kunci dalam dinamika sebuah perusahaan. Bahkan dianggap sebagai penentu keberhasilan perusahaan itu sendiri.
Ini bisa difahami, karena secara hakiki, manusia berbeda dengan unsur faktor produksi lainnya, seperti mesin, bahan baku, uang, informasi, bahkan teknologi sekalipun. Yang lain itu, pada dasarnya merupakan benda atau barang mati tak bernyawa, tertapi unsur manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki berbagai sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan.
Kalau ada pameo "the man behind the gun", maka senada dengan itu adalah pameo "the man behind the system". Artinya, unsur manusialah yang menentukan segala sesuatu sebagai makhluk hidup dan bukan makhluk mati. Hanya mungkin berfungsi sumberdaya ekonomi lainnya kalau unsur manusia berfungsi dengan efektif.