Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Berdonasi Atasi Masalah Kemanusiaan Akibat Gempa

14 Maret 2019   14:25 Diperbarui: 17 Maret 2019   17:01 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Abaikan Donasi

Banyak orang tidak menyadari bahwa memberikan donasi, sumbangan, persembahan, bantuan atau apapun istilahnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat atau hebat untuk mengatasi masalah kemanusiaan yang muncul akibat bencana alam, seperti gempa bumi, gelombang tsunami, banjir, longsor, badai gemlombang laut.

Pemahaman berdonasi terletak pada kesadaran sebagian besar orang untuk mmiliki empati yang kuat dengan menyisihkan sebagian dari uang yang dimiliki atau asset yang dipunyai untuk membantu saudara-saudara yang tertimpa bencana alam itu. Jadi, kekuatan berdonasi itu bukan pada besarnya jumlah sumbangan seseorang, tetapi terletak pada jumlah orang yang berniat untuk berdonasi itu.

Sebagai contoh sederhana, kalau donasi yang diberikan adalah Rp. 1000,- perorang, dan diberikan oleh 1 juta orang maka jumlah donasinya Rp 1.000.000.000. Kalau untuk membangun sebuah HUNTRA, Hunian Sementara, bagi korban bencana alam, dengan harga Rp. 17.000. 000 pere HUNTARA, maka akan berdiri sekitar 59 buah HUNTARA.

Kalau yang mendonasi 5 juta orang maka jumlah donasi terkumpul Rp. 5 miliard. Dan kalau dinaikkan donasinya menjadi Rp. 2000,- maka akan tersedia uang sebanyak Rp 10 miliar untuk berdiri sebanyak 589 buah HUNTARA. Sesuatu yang yang sangat berguna untuk melanjutkan hidup bagi para korban bencana, tetapi nilai Rp 2000,- sesuatu yang hanya menjadi uang titip bagi polisi cepek disimpang jalan Jakarta.

Indonesia Rawan Bencana

Sejak terjadinya bencana gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias tahun 2004/2006 yang menelan banyak korban jiwa, dan kehancuran total infrastruktur kehidupan disana, maka Indonesia termasuk pada wilayah rawan bencana alam, fire of ring karena patahan-patahan bumi ini sebagian ada di negeri yang sangat subur ini.

Kesimpulan ini semakin diyakini ketika retentan bencana gempa dan gelombang tsunami terus terjadi setelah Aceh dan Nias. Lihat misalnya gempa Yogyakarta, Padang, Papu, NTT, Maluku, Jawa Barat, Lombok-NTB, Sigi di Palu Sulawesi Tengah, dan yang terkahir adalah Selat Sunda sebagai akibat dari pertumbuhan gunung anak krakatau. Dan tentu saja, sangat mungkin akan muncul berbagai bencana lainnya.

Pesan kuncinya adalah bahwa semua publik republic ini harus terus meningkatkan kesadaran tentang keadaan kritis bencana ala ini. Dengan kesadaran yang tinggi akan mempengruhi perilaku setiap hari agar awas bencana. Bukan berpikir bahwa tidak akan kena bencana tetapi orang lain yang kena. Tetapi selalu berpikir kalau bencananya saya hadapai.

Kesadaran ini akan membantu meminimalkan dampak negatif, korban jiwa atau korban harta. Dan hendaknya menjadi budaya hidup berbudaya resiko bencana alam. Seperti yang dialami oleh masyarakat Jepang yang setiap hari selalu mengalami gempa bumi. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan skill untuk meminimalkan korban.

Gempa Sigi dan Lombok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun