Cuci otak faham Komunisme juga diajarkan oleh Engels, seorang rakyat jelata, yang diteruskan kepada Stalin yang memerintah Rusia ketika itu. Di China terjadi juga cuci otak faham komunis China semasa pemerintahan Mao Tje Tung.
Dalam bukunya Brain-Washing in Red China, Edward Hunter mengemukakan bahwa cuci otak oleh jajaran Mao di kerjakan melalui hypnosis terkontrol dengan paksaan. Cuci otak demikian dikenal juga sebagai "mengganti otak" yang menurut penulis Hunter, merusak pemikiran orang.
Buku tersebut menceritakan kisah seorang siswa diindoktrinasi faham komunis melalui hypnosis, setiap hari dengan indoktrinasi faham komunis. Selanjutnya juga dikisahakan bagaimanai "hatred campaign" terhadap Amerika Serikat yang merupakan perang psikologis yang dilancarkan oleh Red China dalam cuci otak melawan faham dunia bebas.
Dalam tahun politik 2019 di Indonesia lebih sering kita mendengan disiarkannya berita hoax, yang dianggap bagian dari gerakan tertentu mempengaruhi pikiran calon pemilih.
Menuding penggunaan istilah propaganda melalui pengulangan kekurangan atau kekeliruan digoreng tanpa data masuk dalam ranah ilmu komunikasi politik.
Kata "propaganda" juga menjadi populer dalam "perang" pemilihan presiden di Amerika Serikat beberapa tahun lalu dengan istilah "Propaganda Rusia".
Namun istilah cuci otak tidak dikenal dalam ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP). Ilmu NLP yang mulai dikembangkan di tahun 1970-an lebih benar dan lebih mulia dengan mendalami "membingkai ulang" atau reframing untuk mengubah tingkah laku dan cara berpikir suatu kejadian.
Dalam pendalaman ilmu agar tidak stres, istilah reframing juga dianjurkan; agar tidak mengeluh rubahlah cara pandang dari pada memandang segi negatif jadikan pandangan/pemikiran yang positif, sesuai ajaran mulia setiap agama agar bersyukur.
Cuci otak yang dikenal sebagai usaha mengubah pemikiran sesorang di dalam ilmu NLP tidak pernah digunakan; namun sangat mulia pelajaran NLP mengajarkan "mengubah frustrasi menjadi fleksibilitas", "mengubah kesadaran diri", juga "menyelaraskan diri" (sesuaikan keadaan agar beradaptasi secara positif).
Marilah  kita mengikuti yang terbaik dan agar tidak menerima faham "cuci otak".