Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Antara Nilai Kepercayaan atau Teknologi Digital

2 Februari 2019   23:21 Diperbarui: 3 Februari 2019   02:38 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kopywritingkourse.com

Kepuasan di tempat kerja berkembang dari keinginan dasar manusia akan pengakuan, seperti sejak lama dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam analisisnya bahwa setiap individu berdasarkan pada pengakuan terhadap diri sendiri, yang semula merupakan segitiga runcing (dalam perspektif "Hierarchy of  Needs"), ternyata dikemudian hari diakui bahwa sifat dasar itu ingin mendapatkan pengakuan pada diri sendiri, self actualization.

Dalam perjalanan diskusi dan analisis para psycholog dan ahli manajemen lain dinyatakan bahwa self actualization seharusnya bukan di puncak segitiga, melainkan di dasar segititga, yang merupakan kebutuhan hakiki,  dasar kebutuhan manausia.

Setiap manusia berusaha agar martabatnya diakui oleh manusia lain. Dorongan tersebut begitu dalam dan fundamental sehingga merupakan penggerak utama pada proses keberlanjutan kehidupan.

Oleh beberapa psycholog dorongan dari dalam diri manusia itu disebut ego juga dikatakan sebagai egoism yang sebenarnya merupakan keinginan diri sendiri untuk diakui dan hal demikian sesungguhnya merupakan nilai positif dalam bekerja.

Kritik terhadap konsep Hirarchy of Needs Maslow karena tidak benar bahwa kebutuhan bagi masyarakat miskin, kurang berada, harus dipenuhi terlebih dahulu agar seseorang dari golongan ini bisa maju.

Baru saja kita membaca dan mengikuti berita meninggalnya Eka Cipta Wijaya, yang seorang migran Tiongkok miskin, berjuang maju terus hingga sukses besar baik dalam materi lebih lagi dalam pengabdiannya memberikan kontribusi kemajuan ekonomi Indonesia. Ini merupakan acuan bahwa disiplin, kemauan keras dan nilai-nilai keunggulan mental disadarinya.

Bagi masyarakat Indonesia kisah nyata Eka Cipta Wijaya yang baru saja meninggal sesungguhnya merupakan konsep HOTS -- Higher Order Thinking Skills, meskipun dia tidak pernah menempuh pendidikan formal.

Dari pembahasan di Google dapat juga dibaca kritik terhadap faham Self Actualization Maslow yang berada dipuncak segitiga, di tampik dengan kenyataan bahwa banyak artis seperti Rembrant, van Gogh, yang hidupnya nestapa; juga komponis pencipta lgu klasik terkenal Ludwig von Beethoven yang hidup dalam pengungsian dari Jerman ke Austria dalam suasana  miskin.

Disini ingin dibuktikan  bahwa sesorang dengan mental kuat tidak perlu harus melalui tingkatan-tingkatan tepat menurut hidup biologisnya yang digambarkan dalam segitiga; namun sudah bisa langsung terbentuk ketika seseorang berada di tingat paling rendah; basic needs, belum terpenuhi.

Maka dari itu kritik yang diauraikan ini membuktikan bahwa sesungguhnya manusia yang berbudi itu sudah langsung merasakan kebutunhan self-actualization;  pengakuan diri pribadi.

IV. Menurut Francis Fukuyama  (1995) dalam bukunya Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity, yang dikutip oleh William J. Byron (2010) dalam bukunya The Power of Principles, kegiatan ekonomi menampilkan bagian yang menentukan dari kehidupan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun