Artikel saya berjudul "Pilih Pemimpin Transformasional, Karismatik, Koalisional, atau Machiavelis", tanggal 13 Januari 2019 yang lalu, mendapat response yang sangat ramai di sejumlah group WA yang saya ikutin.
Perdebatan begitu ramai dan cenderung menjadi sengit bahkan debat kusir, terutama ketika artikel itu dipakai untuk menilai capres 2019 yang sedang dan akan berkontestasi pada 17 April 2019 yang akan datang. Artinya, dalam berbagai group WA memiliki pengikuti yang sangat fanatik terhadap dua capres 2019. Saking fanatiknya sehingga tidak mau capresnya dianggap jelek, dan tetap mempertahankan bahwa capresnya yang terbaik.
Bagi saya ini menarik, karena memperlihatkan kepedulian politik yang sangat tinggi diantara publik, walaupun terbatas pada GWA tertentu yang jumlahnya bergerak antara 80an orang hingga 350 orang. Ini penting, karena memperlihatkan keterwakilan publik sebagai indikasi kuat bahwa dalam kenyataan juga itu tercermin.
Tulisan saya tentang 4 macam gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu Transformasional, Karismatik, Koalisional dan Machiavelis, sama sekali tidak menyinggung gaya kepemimpinan dua kubu Capres 2019 yang sedang berlaga. Artikel tersebut betul-betul murni menyajikan teori secara sederhana dan garis besar tentang 4 gaya kepemimpinan yang ada dilapangan, baik didalam perusahaan, organisasi sosial maupun politik bahkan sebuah negara.
Baca:Â Pilih Pemimpin Transformasional, Karismatik, Koalisional, atau Machiavelis
Saya tulis untuk memenuhi permintaan sejumlah teman sejawat dosen yang minta disajikan perbedaan simpel keempat gaya kepemimpinan itu. Dan lebih penting lagi disadari bahwa keempat gaya kepemimpinan tersebut, dipilah dan dipilih dengan dasar utama "penggunaan pengaruh oleh sang leader".Â
Artinya, bila dicermati apa gaya kepemimpinan seseorang, bisa diamati dari sisi bagaimana dia menggunakan dan mengelola pengaruh terhadap followernya. Sebab, ada banyak style kepemimpinan dengan penekanan dasar lainnya, misalnya komunikasi, pengambilan keputusan, partisipasi atau yang lain.
Dalam debat kusir yang terjadi disejumlah GWA itu, berhenti pada pertanyaan mereka , sesungguhnya dari dua Capres RI 2019, siapa diantara mereka yang termasuk Machiavelis? Ini pertanyaan yang sangat menggoda sekaligus menantang untuk diamati. Ada kecenderungan yang sangat kuat ditengah publik bahwa Pemimpin yang tergolong Machiavelis itu tidak baik, dan harus dihindari, dan karenanya tidak mau Capres jagoannya di-cap sebagai Machiavelis.
Sangat bisa dimengerti mengapa orang tidak senang bila pemimpinnya adalah seorang Machivelis, karena selain bukan dan tidak cocok dengan zaman sekarang, tetapi karena gaya ini sangat berbahaya bagi kehidupan komunitas yang demokratis.
Machiavellian-Style Leadership
Nama lengkapnya Niccol Machiavelli yang lahir di Italia tanggal 3 Mei 1469 dan meninggal pada 21 Juni 1527. Nama Machiavelli, kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk, yang menghalalkan segala macam cara untuk mewujudkan dan berusaha mencapai tujuan. Itu sebabnya orang-orang yang memimpin sebuah organisasi atau komunitas dan meniru cara dan gaya dari Machiaveli ini, mereka disebut sebagai makiavelis.