Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Emosi Memanipulasi Anda, Berhati-hatilah!

16 Januari 2019   13:07 Diperbarui: 17 Januari 2019   06:52 2280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Emosi itu bukan pikiran, walaupun sangat dekat dengan pikiran. Apa yang dirasakan tidak selalu benar dan menjadi kenyataan, sehingga siapapun harus sangat hati-hati agar tidak diperdaya dan dimanipulasi oleh emosinya sendiri. Kelolah dan latihlah emosi  agar Anda sukses!

 Apa itu emosi?

Emosi itu merupakan perasaan yang sangat intens yang ditujukan pada seseorang atau pada sesuatu. Emosi itu merupakan reaksi terhadap seseorang atau sesuatu kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika seseorang merasa senang mengenai sesuatu, atau menjadi marah pada seseorang, atau bahkan takut terhadap sesuatu.

Para ahli membedakan antara emosi dan suasana hati, dimana, diyakini bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam bahkan untuk waktu yang lebih lama lagi.

Antara pikiran dan emosi sepertinya beda-beda tipis saja, karena sesungguhnya semuanya itu diolah oleh otak manusia dengan bagian-bagiannya. Hanya saja orang sering salah kaprah melihatnyanya, seakan-akan antara emosi dan pikiran itu terpisah jauh. 

Dalam prakteknya, kehidupan emosi adalah penting terhadap pemikiran yang rasional, sebab emosi itu pada dasarnya bertugas memberikan sinyal atau informasi yang penting bagi orang tentang pemahaman pada lingkungan dunia sekitarnya.

Dalam organisasi misalnya, seseorang yang mengambil keputusan, maka harusnya menempatkan pemikiran dan perasaan atau emosinya dalam suatu wadah pengambilan keputusan. 

Pemahaman ini sangat mendasar dan menjadi kunci, karena banyak keputusan yang diambil tidak seimbang antara emosi dan pikirannya, dan biasanya kualitas keputusannya juga tidak baik.    

Dalam diri setiap orang aspek emosi itu biasanya akan bertumbuh dan berkembang seiring waktu yang dijalani seseorang untuk membantunya dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Kegunaan emosi itu adalah aspek yang memotivasi seseorang agar mau terlibat dalam tindakan-tindakan yang penting supaya bisa bertahan hidup. 

Tindakan-tindakan yang dimaksudkan, seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Dengan demikian, emosi itu sangat mempengaruhi dan menentukan perilaku manusia baik diri sendiri maupun orang lain.

Tidak semua perasaan Anda benar

Aspek emosi seseorang berkaitan dengan keadaan psikis atau kejiwaan seseorang.  Sehingga bisa difahami bahwa  berlatih dan belajar mengelola dan mengatur emosi diri sendiri merupakan kunci dari ketenangan jiwa. Kedamaian, perasaan semuanya baik-baik saja merupakan indikasi dari keadaan emosi yang sedang dihadapi.

Ketika seserang merasakan suasana yang tidak nyaman, gerah, marah ataupun aspek-aspek negative lainnya, itu sebagai petunjuk bahwa emosi sedang berada dalam keadaan yang tidak baik, atau negative. 

Dan karenanya, apapun yang dikerjakan dan dilakukan oleh seseorang dalam keadaan emosi yang tidak baik, hasilnya tidak baik dan maksimal, bahkan sangat mungkin akan gagal adanya.

Walaupun ada berbagai faktor yang mendorong maupun menyebabkan suasana tertentu, emosi tertentu, maka seseorang harus menyadari bahwa dialah yang mampu mengendalikan dan mengelola emosinya dan bukan orang lain. Dibutuhkan keterampilan yang tinggi untuk mengelola emosi sendiri.

Perbedaan setiap orang dapat dilihat dari kemampuannya mengelola dan mengendalikan emosinya, ketika diperhadapkan sebuah situasi problematic, atau masalah kehidupan. Artinya pula, bahwa masalah yang sama bisa saja diresponse secara emosi yang berebeda oleh orang-orang yang berbeda-beda. Dam hasilnya juga dipastikan berbeda-beda.

Persoalan yang dihadapi seseorang adalah ketika salah membaca dan menerjemahkan apa yang dirasakan dengan apa yang sesungguhnya terjadi dan menjadi kenyataan. 

Maksudnya, tidak selalu apa yang dirasakan adalah sebuah kebenaran. Nah, kalau yang dirasakan itu keliru dan salah, lalu direspons secara berlebihan, maka akibatnya bisa sangat fatal.

Prinsipnya adalah tidak selalu apa yang dirasakan itu merupakan kebenaran. Bisa jadi, yang dirasakan tidak ada dalama kenyataan yang sesungguhnya.

Terdapat 4 alasan yang sangat mendasar dan penting mengapa Anda perlu belajar menghadapi apa yang Anda rasakan.

1. Perlu belajar mengelola emosi Anda karena itu seringkali tak bisa diandalkan. 

Difahami bahwa pikiran menjadi pemandu keseluruhan aktifitas keseharian setiap orang. Bahkan seorang tokoh spiritual, Joyce Meyers mengatakan bahwa tubuh Anda akan pergi dibawa oleh pikiran Anda, bukan tubuh yang membawa pikiran. Jadi, apabila pikiran itu keliru maka kacaulaulah tubuh itu, dengan melakukan hal yang salah.

Oleh karenanya, pikiran itu membutuhkan keterampilan mengelolanya agar tubuh dan fisik, bahkan diri seseorang tdiak salah dalam bertindak. Sebab, dalam kenyataannya pemikiran Anda seringkali salah, dan bisa jadi tersesat dan jatuh berkeping-keping kehidupan Anda.

Bagaimana dengan aspek intuisi yang dimiliki? Sesungguhnya sama saja dengan pikiran yang dimiliki, artinya intuisi Anda seringkali bercacat cela, dan sangat mungkin dia akan memberikan arah yang keliru dalam bertindak, berpikir, berbicara dan bertindak.  Oleh karenanya, intuisipun harus dilatih dan diolah dari hari ke hari agar tidak menyesatkan Anda.

Dan ketika seseorang tidak melatih dan berlajar mengelola emosi yang dimiliki, maka emosi Anda seringkali menuntun Anda kepada jalan buntu. Pesannya, jangan selalu mengandalkan emosi dalam mengambil keputusan dan dalam menyelesaikan masalah. Karena hanya dengan emosi bisa saja ujungnya "buntu".

Jadi, pesan kuncinya adalah seseorang disarankan untuk tidak bisa bergantung pada semua yang di rasakan saja, tetapi harus dikombinasikan dengan pikiran yang rasional yang mampu menganlisis logic tidaknya sebuah situasi, dan kembangkan emosi untuk merasakan secara real lingkungan yang dihadapi. Ini semua butuh latihan yang terus menerus !

"Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut" -- Amsal

Anda tidak harus sepakat dengan semua yang Anda rasakan, karena tidak semua yang Anda rasakan itu benar. Yang dirasakan diperlakukan sebagai masukan untuk diolah secara empiric sebelum mengambil keputusan akhir

2. Perlu belajar mengelola emosi sendiri agar Anda tidak dimanipulasi.

Sangat tidak menyenangkan ketika seseorang dimanipulasi atau termanipulasi oleh emosinya sendiri. Diperdayakan oleh perasaannya sendiri artinya, apa yang dirasakan sesungguhnya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, dan sesuatu yang semu itu akan terus menghantui dan mengendalikan seluruh perilakunya.

Tidak ada jalan lain, seseorang harus belajar mengelola emosinya sendiri agar tidak dipedaya oleh emosinya sendiri. Jika Anda tidak mengendalikan emosi Anda, maka itu akan mengendalikan Anda, dan Anda akan dimanipulasi oleh suasana hati Anda.

Dampak emosi bisa membutuhkan waktu yang lama sampai hilang dan pulih. Oleh kerannya, latihan yang dikerjakan harus mendorong seseorang cepat mengenali akan kebenaran dari perasaan yang muncul dengan melakukan konfirmasi tentang kebenaran yang dirasakan.

Perasaan bimbang dan ragu merupakan bentuk penampakan dari keadaan emosi serseorang. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh dibiarkan berlarut dalam diri sendiri. Sebab,  jika Anda selalu dibimbing oleh perasaan Anda yang tidak selalu benar, maka orang lain akan mengambil keuntungan dari Anda yang cenderung labil, gamang dan tidak tegas dalam bersikap.

Dan yang terburuk dari itu semua itu adalah ketika emosi yang negatif itu bisa menjadi sarana atau alat kesukaan Setan dan Iblis, kuasa kegelapan. Dia akan memakai rasa takut Anda, dendam dalam diri sendiri, dan perasaan khawatir yang berlebihan untuk mendatangkan malapetaka dalam hidup Anda.

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." -- Pesan Rasul Paulus

3. Belajar mengelola emosi, karena Anda ingin menyenangkan Tuhan

Setiap orang yang beriman kepada Tuhan, meyakini bahwa hidupnya merupakan anugerah dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan karenanya, telah diperlengkapi olehNYA dengan seluruh unsur dan aspek kehidupan yang dibutuhkan seutuhnya.

Jadi, sesungguhnya setiap orang secara personal diciptakan oleh Tuhan untuk maksud yang agung dan mulia dan bukan untuk hal-hal yang buruk dan merusak. Dan karenanya, Tuhan mau agar hidup sesetiap orang menjadi wadah untuk menyenangkan Sang Ilahi itu sendiri.

Melalui tubuh dan jiwa yang dimiliki setiap oranglah, Tuhan mengikatkan diriNya sendiri agar selalu memiliki hubungan yang dekat dengan setiap orang. Tuhan tak dapat berkuasa atas hidup Anda apabila emosi yang memimpin hidup Anda tidak benar dan terkendali dengan baik.

Apabila Anda mengambil keputusan berdasarkan apa yang Anda rasakan, maka Anda telah menjadikan perasaan Anda sebagai tuhan, dan oleh karena itu Tuhan tidak bisa menjadi Tuhan atas hidup Anda. 

Emosi maupun perasaan hanya sebagai sarana yang harus dikelola dengan benar untuk memiliki hubungan yang selalu dekat dengan Tuhan yang diyakini. 

"Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah."

4. Perlu belajar mengelola emosi Anda, sebagai jalan berhasil dalam hidup.

Berbicara tentang kesuksesan dan keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan, bukan saja bidang bisnis tetapi juga bidang-bidang sosial, penelitian demi penelitian telah menunjukkan bahwa kecerdasan emosional jauh lebih penting dibanding IQ Anda. 

IQ yang tinggi tidak selalu menjadi jaminan seseorang akan berhasil dalam bidang yang ditekuni. Tetapi bila dikombinasi antara kecedasan intelgensia dan emosi, maka peluang berhasil menjadi sangat tinggi

Dalam banyak kasus dan kejadian memperlihatkan hal-hal yang mencengangkan. Cermati dan lihat disekitar Anda, hitung berapa banyak orang yang Anda kenal yang telah merusak reputasi hidupnya, karirnya dan pekerjaannya karena sesuatu yang mereka ucapkan dalam kemarahan? Atau melewatkan kesempatan bekerja karena kurangnya penguasaan diri?

Ada sejumlah orang terpaksa dipecat dari pekerjaan atau diturunkan dari jabatannya hanya karena emosi yang tidak terkendali, kemarahan yang berlebihan, berkonflik dengan orang lain. Ini contoh dari ketidakmampuan mengelola dan belajar mengelola emosinya sendiri.

 "Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat."

Ketika Anda memilih untuk menerima dengan benar mengikut nasehat Sang Pencipta anda, artinya Anda juga menyerahkan perasaan Anda kepada Tuhan anda. Karena itu, ketika Anda berkata, "Aku memberikan hatiku kepada Tuhan," serahkan emosi Anda kepada-Nya sehingga Dia bisa mengelolanya.

"Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah"

Hidup yang dimiliki hanya sekali seumur hidup, dan hidup yang dijalani tidak pernah akan kembali lagi kebelakang, sebab hidup akan terus maju kedepan tanpa kompromi, maka hidup yang dimiliki harus dilihat sebagai anugerah dan kesempatan langka dari Sang Ilahi -- Pemilik Kehidupan itu. Kelolalah secara bijaksana, benar dan tepat agar hidup yang akan terus mengalir tiba diujung waktu dengan semua hal baik yang sudah dilakukan sebagai sebuah legacy Anda !

Yupiter Gulo, 16 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun