Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

4 Alasan Mengapa Anda Harus Kembali Kepada Tuhan

3 Januari 2019   00:11 Diperbarui: 6 Januari 2019   14:05 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
situsangkakala.blogspot.com

Sebuah kisah klasik yang menceritakan bagaimana seorang anak muda yang meninggalkan bapaknya setelah meminta harta yang menjadi bagiannya, pergi jauh mengembara dan menikmati hidupnya dengan bersenang-senang dengan harta yang dibawanya.

Namun, setelah harta yang dimiliki habis tanpa bekas dia mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum setiap hari. Dia mencoba berbagai cara termasuk menjadi karyawan rendahan sekalipun seperti buruh tani dan ternak.

Ternyata tidak mudah mendapatkan sesuap nasi, sampai-sampai bagian dan sisa makanan ternakpun dimakannya hanya sekedar untuk bisa bertahan hidup dan tidak mati kelaparan. Kemudian, dalam perjuangan, kesulitan, pergumulan dan penderitaannya tiba-tiba dia sadar dan ingat kembali bapaknya.

Dia sadar bahwa di rumah bapaknya makanan banyak, semua kebutuhan tersedia, tanpa harus bekerja keras menjadi buruh ternak dan tinggal ditempat yang tidak layak. Dia sangat sadar bahwa kelakuannya sungguh tidak benar dan tidak bisa dimaafkan, dan akibatnya dia menderita hingga hampir mati kelaparan.

Dengan kesadaran yang penuh, anak muda ini memutuskan untuk kembali kepada Bapaknya dirumah walaupun dalam keadaan sekarat tanpa memiliki apa-apa dalam hiduonya, dan rela siap untuk diberi sanksi oleh bapaknya atas kesalahan yang dibuatnya meninggalkan rumah dan Bapaknya sendiri.

https://www.amazon.com/Return-Prodigal-Poster-Rembrandt-Overall/dp/B000YP29N2
https://www.amazon.com/Return-Prodigal-Poster-Rembrandt-Overall/dp/B000YP29N2
Kisah klasik ini menjadi representasi kehidupan manusia yang berjuang untuk hidup menghadapi segala macam persoalan dan pergumulan hidup dengan mengandalkan diri sendiri, kemampuan dan kepintaran sendiri untuk menghadapi dan melewati semua perjalanan hidup yang panjang.

Sangat mungkin perjuangan manusia terus bertumbuh, maju, berhasil dan sukses namun merasa sangat kelelahan dan merasa tidak sanggup menlanjutkan sendirian semua perjalanan hidup yang masih tersisa. Belum lagi, kalau kisahnya bukan keberhasilan tetapi kesulitan bahkan kegagalan atau kehancuran.

Tidak ada jalan lain ketika diri sendiri sudah merasa mentok, kekuatan sudah habis, waktu juga sudah menipis, sementara perjalanan hidup masih panjang. Pesannya adalah kembali kepada Tuhan, balik kepada Allah, pulang kerumah Sang Pemilik Hidup yang diyakini dan berserah kembali kepadanya. Hanya dengan cara itu, kedamaian akan dirasakan, surga akan menjadi jalan ujung kehidupan yang ada didalam rumah Sang Bapak sendiri.

Melalui kisah klasik diatas, paling tidak terdapat 4 alasan mengapa seseorang memutuskan untuk kembali kepada Bapaknya, Tuhan yang diyakini dan dipercayainya sebagai pengendali dan bahkan sumber dan alasan kehidupan yang dimilikinya, yaitu:

1. Merasa sudah sangat lelah dengan hidupnya

Fahami dan sadarilah dengan sungguh-sungguh bahwa ketika Anda lepas dari Bapakmu, Tuhanmu dan Allahmu, maka Anda merasa sendirian dalam hidup. Semua akan tergantung hanya kepada dirimu sendiri, karena seakan-akan dirimulah Tuhanmu sendiri. Dan itu artinya dirimu akan penuh dengan kelelahan.

Manusia akan merasa cepat lelah, habis tenaga saat merasakan dia sendiri yang menjadi sumber kekuatannya dan bukan dari Allah, Sang Bapak. Hal yang sangat berbeda ketika seseorang merasa berada dalam lingkungan, hubungan, dan interaksi dengan bapaknya, maka dia tidak akan pernah kelelahan hingga mampu menyelesaikan semua pekerjaan dan tanggungjawabnya.

Saat terhubung dengan Sang Bapak maka sumber energy ekstra tiada batas akan terus mengalir  dan mengalir sepanjang tarikan nafasmu setiap hari. Dan kelelahan yang dialami bukanlah kelelahan yang mematikan tetapi kelelahan yang merevitalisasi kehidupan selanjutnya.

Jawabannya sederhana, ketika Anda merasa kelelahan dalam hidupmu itu artinya Anda sudah lepas dari hubungan dengan Sang Bapak, Tuhan yang Anda yakini. Dan karenanya Anda harus kembali kepada Bapakmu yang setia menunggu dan siap memelukmu.

2. Mengakui dan bertobat atas segala dosa-dosanya

Kehidupan yang benar adalah yang dijalankan dengan berpedoman dan berpatokan pada norma, aturan dan hukum kehidupan yang ada. Sebaliknya, pelanggaran atas norma, hukum dan ketentuan hidup adalah penyimpangan dari apa yang seharusnya dimintakan.

Manusia harus hidup dengan norma yang memang diperuntukkan bagi hidupnya, karena menjadi jaminan keselamatan untuk bisa sampai pada tujuan ilahi dan abadi yang menjadi alasan mengapa hidup harus dijalani.

Pelanggaran terhadap norma Allah adalah dosa, dan pengampunan dosa hanya mungkin terjadi kalau ada pertobatan hidup. Pertobatan hidup artinya kembali ke jalan yang benar, sesuai norma dan aturan yang ditetapkan oleh sang pemilik kehidupan Anda.

Kembali ke jalan yang benar, berarti meninggalkan jalan yang lama yang sesak dan penuh ranjau kehancuran hidup, berarti kembali kepada Allah, Tuhan Sang Pencipta kehidupan, sebagai jaminan untuk sampai ke tujuan akhir.

https://tirto.id/memaafkan-orang-yang-sudah-meninggal-crpd
https://tirto.id/memaafkan-orang-yang-sudah-meninggal-crpd
3. Menyerahkan kendali hidupnya kepada Tuhan

Manusia, siapapun dia pasti memiliki keterbatasan sesuai yang ditetapkan dan dikehendaki oleh Sang Pencipta itu sendiri. Walaupun dalam kenyaataan ditemukan sejumlah kasus, dimana orang merasa memiliki kemampuan super yang menyamai yang disebut Tuhan. Dengan demikian maka kendali hidupnya adalah bukan ada di tangan Tuhan tetapi ada di tangan dan pikiran serta kemampuan manusia itu sendiri.

Namun, juga fakta memperlihatkan bahwa sehebat dan sepintar apapun seseorang memiliki keterbatasan, secara fisik, mental maupun psikologi kejiawaannya. Dan lihat, ketika keterbatasan itu muncul, maka yang dialami manusia adalah penderitaan yang sangat menyakitkan. Semakin merasa diri kuat dan tidak butuh Sang Pencipta maka penderitaannya akan semakin berat.

Kembali kepada Tuhan, menyerahkan kendali hidup hanya didalam kuasa Ilahi, Tuhan Sang Pemilik hidup maka pendiritaan itu akan menjadi ringan dan bisa diatasi. Sebab Tuhan akan menolong dengan caraNya sehingga manusia itu tetap sampai ke tujuan akhir hidup yang diinginkan oleh Tuhan Sang Pencipta.

4. Merayakan transformasi hidup yang dialami

Dalam kisah klasik diatas memperlihatkan terjadinya transformasi atau perubahan total dalam diri si pemuda, sehingga secara total dia berbalik kepada Sang Bapak di rumah untuk kembali pada keadaan dan kehidupan yang normal sesuai yang dikehendaki oleh Bapaknya.

Transformasi hidup merupakan karya besar Ilahi yang dialami oleh seseorang, karena meminggalkan jalan yang tidak benar, hidup yang penuh dengan dosa dan kembali kepada Tuhan dengan hidup yang benar dan menjauhi segala perbuatan dosa yang bertentangan dengan kehendak Sang Bapak.

Kendati tidak mudah melalui dan melewatinya, karena banyk orang gagal di bagian ini, makanya orang yang mengalami transformasi harus merayakan perubahan hidup itu. Merayakan transformasiu hidup merupakan bagian dari hak setiap orang, sebagai upayanya meneguhkan komitmen untuk tetap berada dalam rumah Sang Bapak, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Merayakan perubahan hidup yang benar menjadi jawaban untuk selalu berada hubungan dan relasi dengan Sang Bapak di Surga agar hidup yang dititipkan oleh Tuhan tetap di jalan yang benar hingga ajal menjemputnya.

Kembali ke rumah bapak memang tidak mudah jalannnya, karena harus meninggalkan segala hal yang duniawi, tetapi hasil akhirnya sungguh sangat indah dan damai senantiasa.

Walaupun faham dan sadar, namun banyak orang terus membiarkian hidupnya berada di kandang ternak, dan tidak mau pulang kerumah bapak. Akibatnya hidupnya tetap menderita dan tidak pernah sampai ketujuan akhir yang Tuhan sediakan baginya.

Sesungguhnya, ketika memutuskan untuk pulang ke rumahnya, Anda akan disambut dengan  pesat yang besar dan bukan disambut dengan hukuman karena melanggar hukumNya. Di rumah bapakmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun