Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengenali Praktik "Abuse Keuangan" dan Target Korbannya

19 Desember 2018   11:01 Diperbarui: 19 Desember 2018   18:40 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terminologi Financial Abuse, yang sering disederhanakan dengan pelecehan keuangan, sudah sangat umum dikenal oleh publik karena maknanya yang negatif, bahkan cenderung dianggap sebagai kejahatan dalam dunia keuangan dan investasi.

Kata abuse sendiri berarti penyalahgunaan, salah pakai. Terjadinya perilaku ketika seseorang dengan sengaja menyalahgunakan, memanfaatkan, memperlakukan orang lain secara tidak pantas dan tidak wajar tanpa memperdulikan perasaan sehingga merendahkan martabat dan keberadaan orang lain.

Abuse keuangan sebagai sebuah kencenderungan kejahatan dengan target-target korban yang sangat terencana, yang menurut hasil-hasil penelitian menunjukkan kerugian hingga mencapai 37 miliar dollar AS setiap tahun. 

Ini sebuah perkiraan saja, karena sesungguhnya banyak yang tidak terdeteksi karena tidak dilaporkan oleh para korban dengan berbagai alasan, antara lain merasa malu karena sudah tertipu.

https://airfreshener.club
https://airfreshener.club
Nampaknya, kecenderungan fanincial abuse ini akan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan dengan modus dan cara yang semakin canggih. Ini sangat difahami karena semakin canggihnya kemajuan teknologi informasi, komunikasi, media sosial, internet dan peralatan digital lainnya.

Kejahatan-kejahatan ini tidak saja muncul dari masyarakat kelas bawah, tetapi justru awalnya lahir dan dikembangkan dari negara-negara yang sudah relatif maju, tetapi korbannya pada umumnya adalah masyarakat yang sangat minim pengetahuan, literasi dan pengalaman dibidang keuangan dan investasi.

Percaya atau tidak percaya, hasil-hasil pengamatan memperlihatkan bahwa orangtua yang tergolong lansia, bahkan jompo, merupakan target empuk bagi para pelaku abuse keuangan ini. Terutama dinegara-negara yang sudah maju, dimana orangtua lanjut usia pada umumnya memiliki aset keuangan yang mudah "dikerjain" oleh para pelaku abuse ini.

Secara sederhana ada beberapa alasan mengapa orangtua yang sudah berusia lanjutlah  yang menjadi korban paling banyak dari praktek abuse keuangan ini, yaitu:

  • Not technically savvy.
  • Trusting.
  • Emotionally vulnerable.
  • Available.

1. Tidak paham secara teknis.
Orang-orang tua yang sudah tergolong lanjut usia mungkin lebih cenderung jadi korban untuk penipuan melalui internet, dengan mengklik tautan yang mencurigakan, atau gagal memeriksa alamat situs web yang aman sebelum memasukkan informasi pribadi.

Orang tua biasanya tidak memahami dengan baik bahwa ada banyak jebakan saat membuka situs tertentu. Dengan ikon tertentu dalam sebuah situs, seseorang yang mengklik akan dibawa ke dalam sebuah arena penipuan yang memaksakan semua data dan infiormasi pribadi diserahkan.

Dan ketika data pribadi sudah terekam oleh situs web, maka proses abuse ini dilakukan. Apabila si korban masih belum sadar maka sulit baginya untuk bisa keluar dari jebakan maut.

2. Mempercayai.
Tidak semua orang segera curiga terhadap permintaan uang dari seseorang yang mengaku mewakili entitas yang terdengar resmi atau bahkan anggota keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun