Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kita Membutuhkan Pemimpin Pembelajar

4 Desember 2018   19:18 Diperbarui: 4 Desember 2018   23:37 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: relaxitblog.com

Siapa bilang bahwa menjadi pemimpin itu gampang? Kalau sekedar menjadi pemimpin tentu banyak orang kepengen menjadi pemimpin. Tapi, menjadi pemimpin yang benar-benar pemimpin tidaklah mudah menemukannya. Dan semakin tinggi level posisi seorang pemimpin semakin sulitlah mencarinya.

Kalau dahulu mencari pemimpin tidaklah sulit, bahkan orang-orang dari golongan biasa-biasa saja bisa menjadi pemimpin yang berhasil.

Namun, sekarang tidaklah demikian. Tidak saja sulit menemukan orang mampu, tetapi juga tidak begitu mudah bagi seseorang untuk menerima tanggungjawab sebagai pemimpin.

Perubahan yang terjadi saat ini meenjadi penyebab mengapa tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin. Perubahan yang terjadi secara luar biasa, sangat dinamis, penuh dengan turbulensi, guncangan, bahkan ancaman dari mana mana menyebabkan sulit menemukan pemimpin yang mampu dan hebat.

Manjalani era sekarang yang diwarani oleh revolusi industri 4.0, gejolak disrupsi yang sulit diterka arahnya, teknologi digital yang melabrak semua aturan-atuaran main kehidupan, teknologi informasi berbasis internet dan online mem-by passing semua proses, dan prosedur tanpa fisik dan memporak porandakan mekanisme manajemen pengambilan keputusan, revolusi perbankan dan keuangan yang menihilkan proses administrasi fisik.

Kata kuncinya adalah perubahan, perubahan dan perubahan. Change, change and change. Dan karenanya hanya seorang pemimpin yang mampu mengelola perubahanlah yang bisa memimpin generasi dan peradaban perubahan kini dan seterusnya.

Perubahan menuntut setiap orang termasuk pemimpin untuk "terus belajar, dan belajar terus". Belajar terus dan terus belajar artinya siapapun pemimpin harus memiliki sensitifitas yang tinggi untuk mengantisipasi semua arah perubahan yang terjadi.

Kalau seorang pemimpin tak mampu melakukannya maka dia akan tertinggal dan ditinggalkan, dan perannya sebagai pemimpin menjadi tak berfungsi.

Edgar Shein, pakar Budaya Organisasi, dalam bukunya Organizational Culture and Leadership (2017), menyebutnya sebagai The Learning Leader and Learning Culture.

Seorang pemimpin harus menjadi pembelajar, ya, menjadi Pemimpin Pembelajar, dan Pembangun Budaya Belajar dalam perubahan.

Dalam konteks yang demikian, Edgar Shein mengidentifikasikan ada 10 karakteristik dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang Pemimpin untuk mampu memahami kebutuhan masa depan dan untuk menerapkan perubahan yang diperlukan agar dapat bertahan hidup.

Ke-10 karakteristik dan ketrampilan yang dimaksud adalah :

  1. A proactivity assumption
  2. Commitment to learning to learn
  3. A psoitive assumption about human nature
  4. The assumption that the Environment can be dominated
  5. Commitment to truth through pragmatism and inquiry
  6. Orientation toward the future
  7. Commitment to full and open task relevant communication
  8. Commitment to diversity
  9. Commitment to systemic thinking
  10. Commitment to cultural analysis for understanding and improving the world

1. A proactivity assumption

Suatu budaya belajar harus mengasumsikan bahwa cara yang tepat bagi setiap orang untuk berperilaku dalam hubungannya dengan lingkungannya adalah menjadi pemecah masalah dan pembelajar yang proaktif.

Apabila budaya dibangun diatas asumsi hanya menerima secara pasif saja, maka pembelajaran akan semakin sulit karena laju perubahan lingkungan cepat sekali berubah meningkat.

Dalam menghadapi kompleksitas yang lebih besar maka ketergantungan seorang pemimpin pada orang lain untuk mendapatkan solusi akan semkin meningkat pula.

Sehingga proses belajar pada akhirnya harus menjadi bagian dari budaya itu, dan bukan hanya solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2. Commitment to learning to learn

Pemahaman bahwa setiap anggota dalam organisasi harus memegang asumsi bersama bahwa belajar adalah hal yang baik adanya untuk diinvestasikan dan merupakan keterampilan untuk dikuasai dengan baik.

Pembelajaran harus mencakup perubahan dalam linkungan eksternal dan juga lingkungan internal.

3. A psoitive assumption about human nature
Seorang pemimpin pembelajar harus memiliki kepercayaan bahwa manusia dapat dan akan belajar jika mereka mampu menyediakan sumber daya dan keamanan psikologis yang dibutuhkan.

Pembelajaran menyiratkan beberapa keinginan untuk bertahan hidup dan perbaikan berdasarkan sifat manusia.

4. The assumption that the Environment can be dominated
Adaptasi atau kemampaun menyesuaikan ke lingkungan yang berubah perlahan lahan juga merupakan proses pembelajaran yang dapat dilakukan.

Sehingga, mengahruskan suatu budaya suatu organsisasi harus kuat menghadapi lingkungan yang beruba, dan para pemimpin akan melakukan beberap level control atas lingkungan yang diharapkan.

5. Commitment to truth through pragmatism and inquiry 
Dalam proses pencaharian itu harus dibangun secara fleksibel sebagai cerminan sifat dan perubahan lingkungan yang dihadapi.

Apa yang harus dihindari dalam budaya pembelajaran adlah asumsi otomatis bahwa kebijaksaan dan kebenaran berada disalah satu sumber atau metode.

Saat masalah yang ditemui berubah, maka demikian pula dengan metode pembelajaran harus berubah, dengan tetap fokus orientasi tujuan.

6. Orientation toward the future
Seseorang harus berpikir cukup jauh kedepan untuk mampu menilai konsekuensi sistemik dari berbagai bagai tindakan berbeda, namun harus tetap orientasi pada waktu kini dan jangka pendek untuk kepentingan solusi masalah sekarang.

Sebab, waktu itu memiliki begitu banyak makna simbolik dan sangat penting bagi perilaku keseharian, sebab pemimpin yang terombang ambing dan melayang laying itu harus sangat faham dan sadar akan anggapannya sendiri tentang waktu dan membuat hal itu eksplisit bagi orang lain.

7. Commitment to full and open task relevant communication
Harus dibangun dan berdasarkan asumsi bahwa komunikasi dan informasi merupakan pusat kesejahteraan organisasi dan karenanya harus menciptakan sistem komunikasi yang multisaluran, multichannel, yang memungkinkan setiap orang untuk terhubung dan dapat berkomunikasi dan bahwa beranggapan bahwa setiap orang menngatakan hal yang baik dan benar menjadi aspek psositif dan diinginkan.

8. Commitment to diversity
Komitmen didalam keberagaman memunculkan lingkungan yang lebih beragam. Kemungkinan besar bahwa organisasi yang beragam tersebut akan memiliki upaya untuk diprediksi

Artinya keberagaman akan mencipatak level budaya dalam organsasi, baik pada level kultural, subcultural maupun yang paling rendah.

Untuk itu dituntut untuk saling terus belajar menghargai dan terus berupaya memahami tipe bahasa masing-masing level budaya.

9. Commitment to systemic thinking
Komitmen pemikiran secara siustematis untuk memahami dan mengetahui kekuatan dan memahami efek sebab akibat antara mereka satu dengan lainnya.

Pemikiran sistematik akan membantu setiap orang untuk tidak terjebak pada aspek akibatnya yang seharusnya fokus pada penyebabnya.

Dengan sistemik berpikir akan sangat membantu agar masalah bisa dikelola secara efektif tanpa menciptakan masalah yang baru.

Sebab keberagaman pada dasarnya merupakan jiwa dan substansi dari budaya organisasi. Dari kebergamanlah lahir berbagai asumsi bersama untuk melakukan sinergisitas anatara anggotanya.

10. Commitment to cultural analysis for understanding and improving the world
Harus memiliki kemitmen terhadap analisis budaya didunia ini untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian dan meningkatkan budaya pembelajaran harus mampu memahami konsep budaya tersebut dengan baik.

Komitment terhadap budaya dunia sesuatu yang tidak bisa dihindari ketika dunia telah menjadi sebuah desa global saat ini. Seakan menjadi kecil saja dan menyatukan semua bangsa bangsa didunia ini menjadi sebuah komunitas.

Kondisi ini menjadi menarik dan sekaligus menantang karena menyatu dari keberagaman budaya masing-masing. Harus menyatu walaau berbeda untuk menghasilkan sebuah kreatifitas spektakuler bagi kemanusiaan itu sendiri.

Dengan memahami ke 10 tuntutan ketrampilan diatas, maka harus diakui bahwa menjadi seorang pemimpin dalam konteks perubahan yang sangat dinamis tidaklah mudah.

Namun, tidak berarti tidak bisa membentuk pemimpin yang mampu.

Sebab, ketika kontek budaya perubahan itu menjadi paradigm yang harus diterima, maka Leadership Style-nya juga harus bergaya sebagai Learning Leader dalam konteks Learning Culture.

Seorang pemimpin harus memahami dan mengerti bahwa budaya itu bersasumsi bahwa :

  • Dunia ini dapat dikelola dengan baik'
  • Menjadi peneyelesaian masalah atas relaitas dalam upaya mencari kebenaran
  • Sifat manusia pada dasarnya baik dan dalam hal apapun manusia bisa berubah
  • Informasi harus lebih akurat untuk mengelola perubahan.

Dengan demikian, seorang pemimpin pembelajar menjadi kebutuhan dan tuntutan pada era penuh dengan perubahan.

Karena seorang pemimpin harus berperand dalam situasi yang berubah, yang oleh Shein disebut sebagai Leadership in Culture Creation.

Artinya, apapun situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin harus mempu mengelola dan menyesuaikan diri dengan budaya yang berubah.

Dengan demikian, bukan menentang perubahan, apalagi membenci dan menjauhi perubahan, tetapi merangkul, mengelola, bermain dan berdansa dengan perubahan.

Itulah hakekat Pemimpin Pembelajar !

Yupiter Gulo, 4 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun