Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Pendengar Kreatif dalam Kebisingan Politik

7 November 2018   14:00 Diperbarui: 8 November 2018   09:01 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam sebuah diskusi kelompok yang serius, seorang Ibu mengajukan pertanyaan sambil menarik nafas yang berat dan bernada mengeluh mengatakan "sekarang ini kita tidak boleh lagi sembarangan bicara bahkan bertanya juga tidak boleh lagi, karena kalau bertanya bisa saja dipenjarakan seperti seorang Ibu di Sumatera Utara, hanya gara-gara bertanya tentang suara yang terlalu keras maka dia harus dipenjara sekian tahun!?" Mungkin kita lebih baik diam dan menjadi pendengar yang baik saja tanpa bicara dan bertanya, demikian ibu ini melanjutkan dan didengar dengan serius oleh peserta diskusi.

Apa yang ditanyakan oleh seorang Ibu diatas, semua bisa merasakan hal yang sama sekarang ini. Kebebasan berbicara, berkicau di sosial media, dan menyampaikan apa saja yang menjadi unek-unek akan bisa menjadi masalah yang berujung di kantor polisi, di kantor pengadilan bahkan di penjara juga sebagai akibat terbukti melanggar undang-undang yang berlaku.

Polemik dan "kasus" pidato seorang Capres 2019 yang viral dengan tagar "tampang boyolali" juga telah menjadi bumerang tersendiri bagi yang bersangkutan dan timnya, tetapi juga sudah menjadi cenderung "reseh di tengah-tengah publik yang tidak proporsional, bahkan seperti menjadi "dagelan" yang dianggap sah-sah saja dalam dan menjelang tahun politik pemilu tahun depan.

Apapun analisis yang dibuat oleh para ahli, pengamat dan para cendekiawan yang hendak dikatakatan bahwa inilah kondisi empirik dari masyarakat negara ini, yang masih "belum dewasa" dalam mengelola dinamika yang sedang dihadapi. Ketidakdewasaan ini tidak saja dari sisi masyaraktnya sendiri tetapi juga bagi aparat penegak peraturan yang berlaku.

Masyarakat negeri ini masih harus bekerja keras lagi untuk mencapai kedewasaan dalam berbangsa dan bernegera. Kultur sebagai  masyarakat negara maju masih belum nampak dalam segala aspek kehidupan. Kemajemukan yang dianggap kekayaan bangsa, malah dijadikan alasan untuk saling memarginalkan, mendominasi dan bukan berupaya membangun harmonisasi yang dinamis dan bertumbuh.

Dalam berkomunikasi, publik masih sangat miskin dan sangat tidak toleran terhadap kesalahan dan  penyimpangan yang sesungguhnya tidak bermaksud untuk memojokkan pihak yang lain.

Dengan keragaman suku, kepercayaan dan latar belakang sosial, masyarakat harus belajar lebih terampil untuk saling mendengar dengan efektif dan produktif.

Paling tidak ada 4 cara atau tips  yang bisa diterapkan untuk menjadi pendengar yang baik di tengah-tengah kemajemukan yang sensitifitasnya sangat tinggi, yaitu:

1. Tahan diri Anda dari menghakimi dan mengkritik
Jangan mengevaluasi sampai Anda sudah mendengar dan memahami segalanya. Harus diakui bahwa hal ini tidak lazim dilakukan orang. Karena ketika orang lain berbicara dan Anda mendengar sesuatu yang tidak Anda setujui, maka Anda pasti tergoda untuk berkata, "Tunggu dulu! Berhenti dulu! Mari bersama satukan pemahaman dahulu sehingga dengan begitu Anda tidak akan pernah melangkah lebih jauh lagi.

Sikap yang tidak mampu menahan diri dari menghakimi dan mengkritik merupakan sumber konflik yang sering dihadapi ditengah-tengah masyarakat, dan bisa berakibat fatal ketika  setiap orang tidak mampu menahan diri pada langkah selanjutnya.

Yang dibutuhkan agar menjadi pendengar yang hebat adalah yang sebaliknya, Anda perlu mendengar orang itu dahulu. Pesan bijaksana mengatakan, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya."

2. Tetap tenang
Pesannya adalah usahakan agar Anda jangan defensif. Ada pesan bijak berkata bahwa "Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran." Jika Anda sabar, maka Anda akan menjadi seorang yang bijaksana. Harus berlatih bagi Anda untuk harus sabar dengan orang yang kurang dewasa dalam berkomunikasi dan berinteksi dan orang yang salah menilai Anda. Anda harus tetap tenang dan jauhi sekuat mungkin godaan untuk memberi reaksi yang tidak bermanfaat.

3. Jadilah pendengar yang aktif
Pendengar yang aktif sangat sederhana  yaitu dengan mencoba mengajukan pertanyaan-pertanyaan kreatif yang bisa merangsang pemikiran dan padangan kreatif dari pihak lain, tanpa harus memojokkan atau menyakahkan orang lain. Pesan bijaksana mengatakan, "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya."  Pesan ini menggambarkan bagiamana hati manusia yang sebenar-benarnya. Seseorang yang pengertian akan mampu menarik orang lain lebih dekat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.

4. Parafrase dan rangkum
Bagian ini paling sulit tetapi sesungguhnya bagian ini paling baik dan menentukan agar Anda mampu memberikan kendali dalam sebuah dinamika percakapan publik atau kelompok, yaitu untuk menjadi seorang pendengar yang baik, Anda harus mampu mengatakan kembali apa yang dikatakan lawan bicara Anda sebelum Anda mengatakan keperluan Anda. Sebelum Anda berbagi sisi cerita Anda, maka Anda perlu membiarkan orang lain tahu bahwa Anda memahami dari mana dia berasal. Parafrase kembali apa yang pernah mereka katakan kembali kepada mereka.

Cara ini merupakan cara yang sangat baik dalam mendinamisir dinamika percakapan secara produktif dan menantang. Orang dipaksa harus saling mengerti dan memahami, bukan mencari kesalahan tetapi fokus pada tujuan akhir atau tergat akhri secara bersama-sama.

Anda mungkin menganggap Anda adalah pendengar yang baik. Namun ada perbedaan besar antara mendengar dan mendengarkan! Mendengar adalah getaran yang terjadi di dalam telinga Anda.

Mendengarkan adalah cara Anda mengartikan getaran-getaran tadi yang terjadi di otak Anda. Sering kali saya mendengar istri saya, anak-anak saya, atau seseorang di gereja mengatakan sesuatu --- tetapi saya tidak mendengarkan.

Dengan kesadaran dan pemahaman yang benar, disertai dengan latihan yang terus menerus maka peran sebagai pendengar yang baik, dan kreatif akan dapat dicapai dengan mudah. Hasilnya sangat luar biasa baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Yupiter Gulo, 7 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun