Dua bulan setelah dihantam dan diporak porandakan oleh Gempa Bumi, bumi Lombok seakan lumpuh dan sepi dari kunjungan wisatawan yang biasanya tidak pernah sepi dikunjungi oleh ribuan pengunjung dari dalam maupun dari manca negera. Telebih wisata pantainya menjadi tempat favorit para pelancang dari seluruh dunia.
Sangat bisa dimengerti, karena gempa Lombok, tidak saja bangunan yang hancur tetapi juga menelan korban jiwa lebih dari 600 orang, menyebabkan trauma bagi siapa saja yang mengalaminya, terutama turis yang sempat terjebak dalam situasi gempa pada waktu itu.
Suasana itulah yang juga saya alami ketika dua hari yang lalu, Selasa 23 Oktober 2018 mendarat di Lombok bersama dengan sejumlah teman untuk mengahadiri Konferensi Nasional yang akan diadakan selama 3 hari di Universitas Mataram Lombok. Cuaca yang sangat terik, merupakan puncak panas yang terjadi di tanah bumi Rinjani ini, semakin menambah kesan kuat tentang sepinya kunjungan wisata di Lombok.
Jala-jalan yang sangat bagus dan rapi terasa lengang saja, sehingga kendaraan bisa melaju dengan kencang bagai jalan tol. Rumput dan pohon terasa kering dan rontok bagaikan tanpa penghuni dilingkungannya. Ya, pada umumnya orang menunda keinginannya untuk ke Lombok sementara situasi gempa bumi belum betul-betul aman.
Namun demikian, selama satu minggu ini suasana kota Mataram agak beda dan terasa ramai dengan kehadiran sekitar 300an para akademisi dari sekitar 50-an perguruan dari dari seluruh Indonesia untuk menghadiri Konferensi Nasional tentang Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility selama tiga hari penuh, yaitu 23 sd 25 Oktober 2018. Dan membahas sekitar 309 judul makalah sebagai hasil riset dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi di lembaga masing-masing.
Lombok Sangat Aman
Mewakili Pemerintah Daerah Propinsi NTB, dalam sambutannya, Sekda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menegaskan bahwa sesungguhnya Lombok sangatlah aman saat ini dan tidak perlu ada kekuatiran bagi masyarakat dan juga bagi para akademisi yang akan berpartisipasi dalam Konferensi Nasional ke 4 PKM-CSR ini.
Dijelaskan bahwa gempa yang dialami oleh Lombok pada bulan Agustus 2018 telah membawa trauma ditengah-tengah masyarakat, bahkan hingga sekarang masih ada yang tinggal di tenda-tenda dan belum berani masuk kerumah, khususnya di Lombok Utara yang menjadi pusat terjadinya gempa. Gempa mulai terjadi tgl 4 Agustus sebsar 6,4 SR, 5 Agustus sebesar 7 SR, 9 Agustus sebesar 6,2 SR, dan masih terjadi lagi tgl 19 Agutsus sebesar 6,9 SR. Dan oleh BMKG mencatat lebih dari 2000 kali gempa terus terjadi susul menyusul.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan gempa yang melepaskan energinya, menyebabkan Lombok menjadi relative aman saat ini dan diharapkan dimasa yang akan datang.
Menyaksikan kota Lombok, masih bisa dilihat sejumlah bangunan yang rusak, retak disana sini dan bahkan ada yang rubuh dan belum diperbaiki akibat dari gempa bumi tersebut. Penanganan korban dari situasi darurat juga masih terus berlanjut untuk mengembalikan mereka kedalam keadaan normal.
Kehadiran KONAS-4 PkM dan CSR menjadi bukti bagi public, khususnya wisatawan bahwa Lombok sudah relative aman dan bisa dikunjungi lagi untuk berwisata.
KONAS-4 PkM dan CSR, Peduli Lombok
Konferensi Nasional ke-4 ini tentang Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility yang merupakan agenda tahunan bagi insan akademisi di lembaga pendidikan tinggi, sudah lama direnanakan di kota Lombok dengan Panitia Lokal pihak Universitas Mataram, jauh sebelum terjadinya Gempa Bumi bulan Agustus ini.
Panitia sempat ragu untuk meneruskan Konas ini di Kota Mataram Lombok, tetapi setelah dilakukan kajian dengan mendalam, tidak berubah tepat diadakan sesuai rencana baik waktu maupun tempat.
Blessing is disguisted bagi Lombok, artinya kehadiran Konas -4 ini sekaligus menjadi bukti bahwa Lombok aman, sehingga para peserta Konferensi yang akan menbahas dan mendiskusikan sekitar 309 judul makalah tidak was-was dan tetap bersemangat.
Untuk itu, salah satu agenda penting dalam Konas -4 ini adalah melakukan kunjungan ke korban gempa Lombok di Dopang, Mataram NTB dengan tema kunjungan "Peduli Lombok". Kehadiran para akademisi disana pada hari ini bukan sekedar untuk memberikan donasi atau bantuan kemanusiaan tetapi juga kehadiran peserta menjadi bagian dari memberikan dukungan moril psikologis untuk mendapat pemulihan yang lebih baik dan cepat.
Selama kpnferensi nasional berlangsung, dinamika dan interaksi yang terjadi selalu diwarnai oleh pengalaman tentang bencana gempa bagi masyarakat Lombok. Kisahnya  menjadi sangat mencekam bagaimana kepanikan ditengah masyarakat saat bencana gempa hadir.
Menjadi menarik, karena pembelajaran tentang mitigasi bencana alam ini harus dilanjutkan karena kebutuhan mendesak. Penting ketika dilihat Indonesia berada dalam ring of fire, atau cincin api pasifik yang setiap saat bencana bisa datang.
Pengalaman kebencanaan lebih efektif untuk merubah perilaku manusia ketimbang yang lain. Walaupun demikian kita semua tidak berharap terus terjadinya bencana alam dulu agar manusia berubah. Pergumulan bangsa ini mulai sekarang, bagaimana edukasi kebencanaan lebih ditingkatkan lagi mulai dari anak-anak hingga orangtua. Kalau tidak maka semua yang dikerjakan akan menjadi sia sia belaka karena akan dimakan dan dihancurkan oleh bencana alam yang bisa saja datang setiap saat tanpa memberitahukan dulu kepada manusia.
PKM dan CSR : Jembatan Dunia Akdemik dengan Dunia Usaha
Konferensi Nasioanl tentang Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility, disingkat PKM-CSR, merupakan keempat kalinya diselenggarakan sejak diluncurkan pada tahun 2015. Konas 1 tahun 2015 diadakan di Universitas Multimedia Nusantara dengan peserta 120 orang, Konas-2 tahun 2016 diadakan di Universitas Bung Hatta di Padang Sumatera dengan peserta 152 orang, dan Konas  ke-3 diadakan tahun 2017 di UNS Solo dengan peserta sekitar 200 orang.
Tahun ini diadakan di Universitas Mataram sebagai Panitia Lokal dengan situasi kebencanaan yang sedang dialami. Menjadi moment yang sangat penting untuk menguji kepedulian dunia kampus dan perusahaan terhadap korban kemanusiaan di Lombok.
Paling tidak ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama dari Konas ini, yaitu (i) Sarana bertukar informasi dan berdiskusi terkait program pengabdian kepada masyarakat  yang dikerjakan oleh setiap lembaga pendidikan maupun CSR yang dikerjakan oleh dunia usaha, (ii). Menciptakan sinergis antara PKM lembaga pendidikan tinggi dan CSR dunia bisnis untuk pemberdayaan yang berkelanjutan, dan (iii). Menjadi forum ilmiah mempertemukan para akademisi, peneliti, dan dunia usaha, NGO dan institusi pemerintahan baik pusat maupun daerah.
Tujuan ini nampak sebagai jembatan antara dunia akademik dengan dunia bisnis dalam menolong dan memperdayakan masyarakat, khususnya masyarakat yang masih membutuhkan support dan bantuan untuk bisa maju, berkembang dan lepas dari jeratan keterbelakangan bahkan kemiskinan dalam segala aspek kehidupan.
Ini sesuatu yang selama ini begitu mewah dirasakan karena tidak pernah bertemu dengan sinergis. Kenyataan yang ada selama ini adalah terpisah dan berjalan sendiri sendiri. Forum Konas PKM-CSR menjadi media menjembatani keduanya.
Nampaknya akan menjadi agenda tahunan untuk mempertemukan semua insan akademisi dengan dunia perusahaan.
 309 Judul Makalah Didiskusikan
Konas-4 kali ini sungguh mendapatkan respons yang luar biasa dari akademisi kampus. Ini nampak dari ada 309 judul makalah yang masuk dan disajikan serta didiskusikan dalam 8 kelas parallel selama beberapa hari di UniversitasMataram Lombok. Banyaknya makalah yang masuk sebagai bukti begitu pentingnya forum ilmiah ini.
Dari 309 judul makalah, diikuti oleh sekitar 230an orang pemakalah, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok. Nampak ada beberapa orang yang membawakan lebih dari satu makalah untuk disajikan dalam forum yang sungguh meriah  ini, walaupun lokasi dan tempatnya sungguh sangat sederhana mengingat bangunan banyak yang jadi korban gempa bumi sebulan yang lalu.
Response ini juga diperlihatkan dengan hadirnya lebih dari 50an lembaga pergurusn tinggi dengan variasi yang lengkap, yaitu ada Univeristas, Sekolah Tinggi, Akademi, Institusi, Swasta maupun Negeri. Ini bukti bahwa wadah Konas PKM CSR ini benar-benar menjawab kegelisahan dan kebutuhan yang selama ini belum terjembatasi.
Melihat berbagai topik dan judul makalah yang dibahas, manjadi sangat menarik dan meriah. Karena sangat bervariasi, mulai dari hal-hal sepele sampai pada hal-hal yang berat. Misalnya saja seorang pemakalah menyajikan hasil kajiannnya bagaimana merubah kotoran ayam menjadi pupuk tanaman jahe merah sebagai obat. Atau seorang penyaji makalah menyampaikan kajian kelompoknya bagaimaha membantu audio di sebuah Musholla agar lebih baik ketika adanya cermah yang dilakukan setiap saat. Ada juga kajian tentang meningkatkan makan kambing agar menghasilkan varietas unggulan bagi anak-anak kambing di Bogor.
Mengikuti Konas -4 ini tidak saja menghibur karena variasi isu penelitian dan PKM yang sangat menarik juga karena interaksi yang sangat sosiabel ditengah-tengah peserta Konas. Ada keakraban yang sangat signfikan sebagai kembatan untuk membangun kerjasama PKM, Penelitian dan CSR antara dunia pendidikan dan dunia perusahaan.
What Next
Nampaknya kegiatan Konas PKM dan CSR ini akan terus berlanjut dan akan terus mendapatkan tempat yang besar ditengah-tengah masyarakat, khususnya dunia akademik dan dunia bisnis.
Diyakini akan banyak hal yang bisa dilakukan ketika dua dunia ini bersatu untuk memberdayakan masyarakat agar kesejahteraan dan keadilan bisa diwujudnyatakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Yupiter Gulo, Lombok-Mataram, 25 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H