Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahun 2018, jumlah Sarjana Menganggur adalah sekitar 8% dari 7 juta itu, dan angka ini terus meningkat dari tahun ketahun.
Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa ternyata titel kesarjanaan tidak selalu menjadi tiket otomatis untuk mendapatkan pekerjaan disuatu perusahaan atau organisasi.
Titel Sarjana untuk Mendapatkan Pekerjaan?
Apakah lalu menjadi sarjana tidak perlu dan tidak penting kalau memang bukan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan?
Pertanyaan inipun sesuatu yang keliru, sehingga tidak perlu dijawab karena pasti jawabannya keliru pula.
Maksudnya adalah mencari pekerjaan itu satu soal, dan menjadi seorang sarjana itu soal lain. Ada hubungannnya, bisa saja ada. Hubungan langsung atau tidak langsung, bisa saja terjadi, tergantung apa yang hendak diungkapkan didalamnya.
Pekerjaan atau job adalah sebuah posisi yang ada dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang membutuhkan seseorang untuk mengisi dan menjalankannya untuk tujuan tertentu.Â
Orang yang mau bekerja bisa mengisi posisi dimaksud dengan sejumlah persayaratan yang ditetapkan oleh si pemilik pekerjaan atau perusahaan. Salah satu persayaratan, biasanya adalah pendidikan tertentu, bisa sarjana, bisa hanya lulusan SMK, atau lulus SDpun bisa. Ingat, masih banyak persyaratan lain yang dibutuhkan untuk dipenuhi, misalnya, persyatan fisik, pengalaman, kepribadian, latar belakang sosial, dan masih banyak lagi.
Jadi, benar bahwa mencari perkerjaan, atau mendapatkan perkerjaan yang terbaik tidak selalu karena titel sarjana itu. Gelar kesarjanaan hanya salah satu persyatan yang dibutuhkan untuk jabatan atau posisi pekerjaan tertentu.
Bila demikian halnya, untuk apa seseorang sekolah mencari gelar kesarjanaan itu bila memang tidak selalu menjadi tiket mendapatkan pekerjaan?
Harus difahami dengan benar dahulu bahwa Titel Sarjana itu, hanya sebagi penanda bagi seseorang telah menuntaskan pendidikannya sampai level tertentu. Misalnya S1, kemudian S2, lalu S3. Ada SH atau SE, kemudian ada MH atau MM, lalu ada Doktor atau PhD.