Disebut sebagai jebakan boneka, karena pemimpin hanya melakukan apa yang ada diatas kertas kebijakan dan tidak memiliki inovasi dan kreatifitas yang mendorong perubahan yang baik. Disebut jebakan boneka karena semua orang dapat melihat peran yang lakukukannya  sebagai boneka saja.
Kedua, Jebakan Sok-Berkuasa
Jebakan kedua ini sering dikenal dengan istilah "the King-Kong trap", Â atau jebakatan Kingkong, jebakan bagi seorang pemimpin yang tampil sok berkuasa. Ini sebuah perilakuk pemimpin yang merasa dirinya yang paling berkuasa, paling hebat dan yang lain tidak berkuasa, yang lain bahkan bawahannya atau staffnya adalah orang-orang yang inferior yang tidak memiliki nilai sama sekali.
Jebakan ini sangat berbahaya bagi kelanggenngan dan kebehasilan seorang pemimpin. Karena sikap sok berkuasa hanya akan menciptakan orang-orang atau pengikutnya sebagai orang direndahkan, dielecehkan dan dianggap tak memiliki kehabatan. Padahal seorang pemimpin bertugas untuk memberdayakan setiap pengikutnya untuk memberikan kinerja terbaiknya bagi pecapaian tujuan utama perusahaan.
Ketiga, Jebakan Merasa Paling Bisa
Jebakan ketiga ini umum dikenal sebagai "the Superman trap", atau jebakan superman, yang menjelakan sikap seorang pemimpin yang selalu menempatkan dirinya dalam memimpin orang yang paling bisa melakukan semua hal dalam segala situasi dan keadaan.
Perilaku pemimpin yang terjebak dalam sok paling bisa, bak superman, cenderung mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan orang lain atau bawahan dan pengikutnya. Â Dipastikan dia tidak butuh lagi masukan atau feedback dari bawahan atau orang lain dalam perusahaan.
Pemimpin yang mengalami jebakan superman ini sangat menonjol keegoismenya, dan sering mengabiakan kelebihan dan kehebatan orang lain.
Jebakan Superman ini merupakan jalan yang sangat mudah dan cepat menuju kepada kegagalan atau kehancuran kinerja perusahaan.
Keempat, Jebakan Suruhan
Jebakan keempat ini sering dikenal dengan istilah "the taskmaster trap", yang menjalaskan sikap seorang pemimpin yang paling gemar dan suka untuk menyuruh-nyuruh semua orang dalam perusahaan untuk bekerja, melakukan ini dan itu, tanpa henti tetapi dia melupakan untuk memberikan apresiasi atau penghargaan kepada setiap oranag yang disuruhnya terus bekerja.