Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Bahaya Jebakan Berpikir Dikotomi bagi Pluralisme

15 Oktober 2018   12:40 Diperbarui: 17 Oktober 2018   00:00 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
clipartcollections.com

Yang terjadi ditataran praksis adalah cara berpikir dikotomi yang terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok tertentu ataupun orang-orang tertentu, yang ketika menjadi pemeluk agama atau kepercayaan tertentu, lalu kelompok yang lain dianggap bukan bagian dari kelompoknya dan karenanya tidak boleh dicampur adukan. Inilah salah satu implikasi bahaya berpikir dikotomi yang tidak terkelola dengan benar.

Betul bahwa setiap orang bebas memilih agama dan kepercayaannya sendiri sejuah tidak mengganggu kepercayaan dan keagamaan orang lain. Karena difahami bahwa kepercayaan dan keberagamaan itu adalah hubungan personal seseorang kepada Sang Ilahi yang diyakininya dalam hidupnya.

Demikian juga dalam tataran yang lebih sekuler, misalnya dalam politik. Ketika kepentingan politik masuk dalam lingkungan pemerintahan misalnya, maka berpikir dikotomi dengan kepentingan partai akan sangat membahayakan bagi bangsa dan negara ini. Artinya, harusnya setelah seseorang menerima tugas menjadi seorang eksekutif dalam pemerintahan, maka kepentingan partai politik tidak boleh lagi hadir didalam tugas dan fungsinya setiap hari.

Mengelola Dikotomi

Sebagai makhluk sosial, siapapun tidak bisa terbebas dari dikotomi dalam hidupnya. Bila tidak memahami dengan benar tentang jebakan dan bahaya dikotomi ini sangat mungkin akan berhadapan dengan banyak masalah yang membuat hidup sehari-hari tidak produktif.

Ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, maka sangat dibutuhkan dan dituntut kemampuan dari setiap warga negaranya menjadi pribadi yang bijaksana dalam mengelola kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.

Bukan mempertentangkannya tetapi mensinergiskannya agar menghasilkan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik. Bekerja sendiri pasti hasilnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bekerjasama dengan orang lain, dan akan jauh lebih awet lagi apabila semua orang bekerja bersama-sama.

Bangsa dan negeri ini hanya mungkin maju dengan kencang ketika kemajemukan rakyatnya berada pada sinergisitas yang tinggi.

Yupiter Gulo, 15 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun