Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Nilai Rupiah Semakin Tertekan, Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan?

10 Oktober 2018   14:37 Diperbarui: 11 Oktober 2018   09:32 4355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa AS terus menaikan rate dollarnya? Publik di seluruh dunia paham bahwa perbaikan ekonomi dalam negeri AS semakin kuat, menyebabkan dia terus menggunakan kebijakan pengetatan ketimbang pelonggaran nilai dollarnya, sebagai upayanya untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi.

Penguatan ekonomi dalam negeri AS juga tidak bisa dipisahkan dengan "perang dagang" yang sedang dihadapi dengan negara China saat ini dengan kebijakan saling menaikkan tarif pajak import masing-masing. Persaingan dagang antar kedua negara besar ini dipastikan berdampak langsung kepada perekonomian global, termasuk Indonesia sendiri.

Nampaknya, situasi ini akan mendorong semua negera-negera di dunia untuk melakukan berbagai upaya, taktik dan strategi untuk tidak terjebak dan kejeblog dengan dampak yang dari perubahan kurs mata uangnya masing-masing. Akan ada berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk melindungi ekonomi dalam negerinya.

Kemampuan setiap negara berkembang untuk menghadapi, mengantisipasi dampak yang akan dialami tentu akan berbeda-beda. Tergantung kekuatan dari fundamental ekonomi yang dimiliki.

Pada bulan September yang lalu Indonesia meyakinkan publik bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat dan solid, sehingga tidak perlu takut atas melemah atau terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar AS. 

Yang ditakutkan adalah ketika angka defisit neraca perdagangan negatif yang dimiliki Indonesia. Walaupun angkanya minus 3,04%, tetapi karena capital-inflow sangat kencang maka defisit ini bukan ancaman yang ditakutkan. Angka defisit yang lebih rendah dari itu pernah terjadi namun tidak menjadi problem dan bisa diatasi.

Masih ada 3 bulan menuju akhir tahun 2018, dan The Fed akan (kemungkinan) menaikkan lagi rate dollar AS, maka menarik untuk dicermati bagaimana kekuatan ekonomi Indonesia untuk menahan laju pelemahan nilai rupiah itu.

Seberapa mungkin rupiah akan menembus angka psikologis berikutnya, yaitu 16.000 rupiah per dollar.

Siapa yang Untung?

Ketika rupiah melemah dan tertekan terus maka nilai barang yang akan diimpor akan semakin mahal dari sisi rupiah ketika harus dibayar nilai impor itu sendiri. Sedangkan nilai ekspor akan semakin besar nilainya ketika menerima pembayaran dalam bentuk dollar AS.

Ini artinya, yang paling diuntungkan dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar adalah para pengusaha ekspor yang menjual produknya ke luar negeri. Dari sisi eksportir, semakin melemahnya nilai rupiah, bila perlu menembus angka 18.000 rupiah, maka mereka akan semakin senang dan bangga karena keuntungannya akan semakin tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun