Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Heroisme Johanis Andi Kalla dari Desa Silawan di 73 Tahun Kemerdekaan Indonesia

18 Agustus 2018   13:16 Diperbarui: 18 Agustus 2018   15:09 1618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://penatimor.com/wp-content/uploads/2018/08/IMG-20180817-WA0064.jpg

Kemerdekaan itu selalu berisi kisah dan cerita heroisme nan kepahlawanan yang menjadi tokoh kunci yang membebaskan dalam situasi genting antara hidup dan mati. Kata MERDEKA dan Kemerdekaan maknanya identik dengan perjuangan, pertarungan dan perebutan harga diri, moral kemanusiaan dan masa depan yang gemilang.

Tidak ada kisah kemerdekaan yang penuh dengan lemah gemulai, tidak ada perjuangan hidup atau mati yang penuh dengan ketawa ketiwi, tetapi penuh ketegangan, penuh pertumpahan darah, dan penuh pengorbanan dan kerelaan berkorban. 

Itulah sesungguhnya makna kemerdekaan itu. Setiap upacara memperingati kemerdekaan, sesungguhnya yang diingat adalah heroisme dan kepahlawanan para tokoh yang sudah merelakan hidupnya untuk membebaskan bangsa dan negara dari penjajahan. Kisah dan cerita para pahlawan inilah yang terus dihidupkan dan dipelihara sepanjang perlajanan bangsa dan negara.

Itulah kisah nyata yang hampir semua orang di negeri ini saksikan melalui video yang viral luar biasa. Kisah seorang HERO- PAHLAWAN yang menyelamatkan sebuah "Acara Perayaan HUT Kemerdekaan RI 73" di daerah perbatasan dengan Negara Tentangga, Timor-Timur, sehingga walaupun tertunda 30 menit pengibaran bendera, namun bisa diselamatkan oleh seorang bocah berumur 14 tahun, secara spontan dan tanpa perintah dari siapapun, kendati dia sedang sakit perut dan sedang istirahat di tenda yang sudah tersedia.

Pahlawan ini bernama Johanis Andi Kalla, dipanggil Joni Kalla, siswa kelas VII SMP Negeri 1 di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur.

Tali Bendera Putus, Joni Memanjat Tiang Bendera dan Menyambungnya

Berdasarkan cerita yang bisa dibaca diharian PenataTomor, bermula pada saat pengibaran bendara merah putih terhenti karena tali benderaa putus sehingga setuasi menjadi tegang dan ada suara hiruk pikuk. 

Si bocah Joni yang sedang tidur istirahat di tenda karena sedang sakit perut, sehingga keluar barisan upacara, secara spontan bangun dan keluar kemudian membuka sepatu lalu memanjat tiang bendera yang lumayan tinggi.

Seperti ada sesuatu yang menggerakkannya, walau masih tahan sakit perut, naik dan memanjat tanpa pengaman sama sekali, dan orang-orang semua melihat dengan terpaku seorang Joni terus naik naik. Kata Joni, ditengah sempat berhenti karena lelah dengan sakit perutnya, tetapi semangatnya menyuruhnya untuk terus naik dan naik. Hingga di puncak lalu menyambung tali yang putus, dan turun sehingga bendera sang saka merah putih bisa naik berkibar.

Tidak terlalu lama, hanya 30 menit tertunda proses menaikkan bendara, tetapi 30 menit yang sungguh menegangkan, antara hidup dan mati, terutama bagi bocah Joni yang tidak menggunakan pengamanan sama sekali.

Perjuangannnya tidak sia-sia. Dia menyelamatkan sebuah momen bersejarah bagi bangsa ini yaitu mengingat perjuangan heorisme dan perjuangan para pahlawan bangsa ini mengusir penjajah 73 tahunan yang lalu. 

Bocah Joni telah memperlihatkan sikap dan tindakan penuh kepahlawan tanpa merasa takut dan lelah, kecuali satu tujuan "menyambung tali yang putus agar bendera merah putih tetap berkibar di perbatasan Atambua -- Timor. Dan dia berhasil melakukannya. 

Semua orang disana bertepuk tangan dan bergembira. Dan semua orang yang menonton videonya juga tegang, senang, bahagia, terinspirasi, dan semua bangun dari tidur lelap panjangnya, bahwa setiap orang harus berjuang untuk merdeka.

Pahlawan Mendapatkan Penghargaan 

Ini era digital, ini zaman sosial media, ini dunia keterbukaan, ini era komunikasi, era teknologi informasi. Nyaris tak ada yang tersembunyi lagi dibelahan dunia manapun, semua orang bisa langsung tahu dan lihat.

Kisah kepahlawan bocah Joni, dalam waktu hitungan menit tersebar menjadi berita viral yang luar biasa. Bahkan Preiden Jokowi pun langsung bertindak, dan mengudang bocah Joni berserta orangtuanya untuk datang ke istana menyaksikan pembukaan Asian Games 2018 besok. Sebuah momen yang bagi bocah Joni tak pernah terlintas dalam pikiran, mimpi ataupun cita-citanya.

Tak hanya itu, bocah Joni menjadi pusat perhatian Indonesia yang sedang heboh-hebohnya merayakan 17an. Joni mendapatkan apresiasi yang luar biasa, PLN langsung memberikan beasiswa untuk Joni hingga selesai S-1, Kapolda NTT langsung bertindak memerintahkan untuk merenovasi rumah orangtua bocah Joni, Dandim dan Kapolres langsung memberikan penghargaan. 

Bahkan Istri Gubernur terpilih Viktor Lesikodat tidak mau kalau memberikan hadiah, bahkan Pengacara Kondang Hotman Paris Hutapea tidak mau ketinggalan membagi buat bocah Joni Rp 25 juta, katanya, buat jajannya Joni. Dan masih banyak lagi hadia, fasilitas dan sebagainya yang bakal diterima oleh bocah Joni dihari-hari depan ini.

Pahlawan memang harus diapreasiasi dengan setimpal dan proporsional. Tentu saja bukan sekedar materi semata tetapi lebih dari itu adalah sikap menghormati dan menghargai sebuah pengorban yang berdampak kepada semua orang.

http://penatimor.com/wp-content/uploads/2018/08/IMG-20180817-WA0064.jpg
http://penatimor.com/wp-content/uploads/2018/08/IMG-20180817-WA0064.jpg
Menghargai pahlawan merupakan sikap kepemimpinan yang harus dibangun, dipelihara dan dikembangkan, karena akan menjadi motivasi yang sangat efektif untuk memompa semangat kinerja prestasi setiap orang. 

Itulah yang disebut dengan Teori Ekspektasi yang harus dimiliki oleh setiap pimpinan dalam setiap organisasi. Orang akan terus memberikan prestasi yang terbaik ketika dia manyadari bahwa pimpinan mengharapkan dan menghargainya.

Indonesia Butuh Banyak Joni

Melihat reaksi dan tanggapan dari netizen dan publik lainnya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang seperti Joni ini. Seseorang yang dalam usia sangat belia, mampu menunjukkan sikap dan tindakan cepat, tepat, berisiko, penuh keyakinan, dan membuat perubahan. 

Tindakannya amat tepat dan menolong situasi genting menjadi situasi penuh sukacita. Bukan bocah yang merepotkan, mengacaukan dan membingungkan. Bocah Joni tidak membuat masalah tetapi menyelesaikan masalah.

Sungguh ini sebuah pembelajaran yang sangat mahal bagi siapapun yang menyaksikan heroisme bocah Joni ini. Banyak orang merasa malu, merasa tidak memiliki makna dan merasa berdosa bagi bangsa ini karena belum memberikan yang terbaik bagi bangsa ini dibandingkan dengan tindakan heroisme Joni yang sama sekali tidak memperhitungkan kerugiannya, atau risiko jatuh dan celakanya. Tujuannya menyelamatkan Bendera Merah Putih.

Bangsa ini hanya mungkin bisa berubah dan cepat maju mengejar ketertinggalannya apabila perilaku seperti bocah Joni dapat ditiru dan dilakukan. Negeri ini membutuhkan bocah Joni lebih banyak lagi. 

Bangsa ini harus memproduksi lebih banyak lagi bocah Joni, dan bukan memproduksi para pengangguran yang lebih banyak menyusahkan dari pada menolong situasi.

Memang betul yang selalu dikobarkan oleh Presiden Soekarno dengan mengatakan : "berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ini."

Hi Pemuda Indonesia apakah Anda sudah siap mengguncangkan dunia ini? Merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun