Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Paradigma Usang Pemimpin yang Gagal, Segeralah Pindah ke Paradigma Baru

9 Juli 2018   23:44 Diperbarui: 12 Juli 2018   09:42 4123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak mudah menjadi seorang pemimpin dalam era digital dan milenial saat ini. Oleh karena perubahan yang terjadi begitu cepat, dan sulit dideteksi apa yang akan terjadi besok atau bulan depan, maka dituntut kemampuan extra dari seorang pemimpin untuk mengelola perubahan yang terjadi itu.

Era sekarang sering digambarkan dengan isu-isu global yang mengarahkan perubahan yang terus terjadi, yaitu Sosial Media, Globalisasi, Mobile commerce, Geopolitic war, Renewable techonologies and Smart mechines, Outsourcing, Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, Telecommuting dan virtual teams, Cybercrime, Redistribusi kekuatan ekonomi. Hal-hal inilah yang diperhadapkan kepada seorang pemimpin. 

Dengan dinamika perubahan seperti ini, harus diakui bahwa tidaklah mudah mencari seorang pemimpin yang hebat atau pemimpin yang efektif. Kecenderungan yang terjadi adalah krisis kepercayaan kepada seorang pemimpin semakin meningkat, karena perilaku pemimpin banyak yang menipu dan berbohong kepada pengikutnya, tidak setia pada janji dan sumpahnya. 

Kejadian ini bisa diamati yang selalu muncul dalam pemberitaan, baik di media cetak maupun di media televisi, sosial media dan sebagainya.

Seorang pakar dan penulis buku tentang Kepemimpinan, Richard Daft (2016) dalam buku teksnya mencatat apa yang terjadi di Amerika Serikat misalnya, dengan mengatakan bahwa "hampir setiap bulan ada laporan baru mengenai seorang pemimpin yang berbohong, menyesatkan, atau menipu karyawan, pelanggan, atau pemerintah. Tidak heran survei menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pemimpin menurun dan kecurigaan atau ketidakpercayaan terhadap pemimpin meningkat". 

Ini sebuah fenomena ironis di zaman modern dan kemajuan teknologi informasi yang sangat canggih saat ini. 

Walaupun harus diakui bahwa pemimpin yang berkualitas dan hebat serta efektif banyak ditemukan dimana-mana, tetapi kecenderrungan peningkatan jumlah pemimpin yang gagal dengan perilaku yang tidak benar, menjadi sesuatu yang serius untuk dicermati. 

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin yang gagal, tidak berkualitas dan tidak efektif adalah mereka yang masih mempertahankan Paridigma Usang (Old Paradigm Leader) dalam memimpin.

Paradigma usang atau juga disebut paradigma tradisional yang sudah tidak sesuai dan mampu lagi mengelola perubahan yang terjadi di dalam organisasi, dan lebih banyak menciptakan permasalahan dalam organisasi ketimbang kemajuan yang akan diraih.

Makna Dasar Kepemimpinan : Pemimpin dan Pengikut

Para peneliti Manajemen dan Kepemimpinan mengakui bahwa defenisi kepemimpinan ini berubah dan berkembang sangat luar biasa. Bahkan seorang pakar kepemimpinan, James McGregor Burns menyimpulkan bahwa kepemimpinan "adalah salah satu fenomena yang paling diamati dan paling tidak dipahami di bumi." 

Mendefinisikan kepemimpinan telah menjadi masalah yang kompleks dan sulit dipahami karena sifat kepemimpinannya sendiri sangat kompleks dan terus menerus berubah.

Walaupun demikian, perlu sebuah pengertian sederhana tetapi representatif tentang leadership atau kepemimpinan ini, yaitu yang mengatakan bahwa "kepemimpinan adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan dan hasil nyata yang mencerminkan tujuan bersama diantara mereka"

Pengertian kepemimpinan ini menyimpulkan, terdapat komponen kunci yang menjadi makna dasar tentang leadership itu, yaitu (i). Kepemimpinan melibatkan pengaruh (Influence); (ii) Terjadi di antara orang-orang; (iii) Orang-orang itu dengan sengaja menginginkan perubahan yang signifikan; (iv) Perubahan mencerminkan tujuan bersama antara para pemimpin dan pengikut (follower).

Kepemimpinan melibatkan pengaruh atau influence. Mempengaruhi berarti hubungan antar manusia tidak pasif; namun harus difahami bahawa yang mempengaruhi adalah multiarah dan tidak memaksa. 

Saling mempengaruhi berarti ada timbal baliknya, bukan saja pemimpin yang mempengaruhi tetapi pengikut juga dapat mempengaruhi pimpinan. Di sebagian besar organisasi, atasan memengaruhi bawahan, tetapi bawahan juga mempengaruhi atasan.

Orang-orang yang terlibat dalam hubungan kepemimpinan menginginkan perubahan yang substantif,  kepemimpinan menciptakan perubahan, tidak mempertahankan status quo. Sebagai tambahan, perubahan yang dicari tidak didikte oleh para pemimpin tetapi mencerminkan tujuan para pemimpin dan bersama pengikutnya. 

Apalagi, perubahan adalah menuju hasil yang baik bagi pemimpin dan para pengikut, masa depan yang diinginkan atau tujuan bersama yang memotivasi mereka. Aspek penting dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama dalam satu visi, satu tujuan, satu mimpi dan satu kapal. 

Dengan demikian, kepemimpinan melibatkan pengaruh untuk membawa perubahan menuju masa depan yang diinginkan dan lebih baik, berkualitas dan membahagiakan tentunya.

Selain itu, kepemimpinan adalah kegiatan manusia, berbeda dari dokumen administrasi atau kegiatan perencanaan. Kepemimpinan terjadi antara orang-orang, karena kepemimpinan melibatkan orang, sehingga harus ada pengikut. 

Seorang ilmuwan, musisi, atlet, atau pemahat kayu dapat menjadi pemimpin dalam bidang keahliannya tetapi bukan pemimpin sebagaimana yang memiliki pengikut terlibat. Pengikut  atau follower adalah bagian penting dari proses kepemimpinan  dan semua pemimpin terkadang juga pengikut. Pemimpin yang baik tahu cara mengikuti dan mereka memberi teladan bagi yang lain.

Salah satu stereotipe penting yang harus difahami dengan sungguh-sungguh, menyatakan bahwa pemimpin merasa bahwa mereka berada di atas orang lain, ini tidak benar sepenuhnya. Karena kenyataannya, kualitas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah sama dengan yang diperlukan untuk menjadi pengikut yang efektif.

Pengikut yang efektif berpikir untuk diri mereka sendiri dan melaksanakan tugas dengan energi dan antusiasme sendiri. Mereka berkomitmen untuk mengerjakan sesuatu di luar kepentingan mereka sendiri, dan mereka memiliki keberanian untuk membela apa yang mereka percayai.

Pengikut yang baik bukanlah orang yang begitu saja mengikuti seorang pemimpin. Pemimpin dan pengikut yang efektif kadang-kadang bisa menjadi orang yang sama, memainkan peran yang berbeda pada waktu yang berbeda. 

Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang teridiri dari para pemimpin dan pengikut dengan semua orang yang sepenuhnya terlibat dan menerima tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.

Saat ini, musti dimengerti bahwa kepemimpinan itu bisa saja datang dari siapa pun. Ketika kita berhenti menyamakan kepemimpinan dengan kehebatan dari visibilitas publik, maka akan menjadi lebih mudah untuk melihat peluang kita sendiri untuk kepemimpinan dan mengenali kepemimpinan dari orang-orang yang berinteraksi setiap hari. 

Pemimpin datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan banyak pemimpin sejati bekerja di belakang layar. Kepemimpinan yang memiliki hasil besar seringkali dimulai dari kecil.

Ada peluang untuk menjadi pemimpin di sekitar kita yang melibatkan pengaruh dan perubahan menuju tujuan maupun hasil yang diharapkan. Para pemimpin organisasi akan datang dari mana saja dan di mana saja. Kepemimpinan adalah cara untuk bertindak dan berpikir yang tidak ada hubungannya dengan jabatan atau posisi formal dalam organisasi.

Sumber: natoma.com
Sumber: natoma.com
Kenyataan Baru bagi Seorang Pemimpin

Saat ini dan hari-hari mendatang, bila Anda sedang dalam posisi seorang pemimpin maka hari-hari yang dihadapi dan dikelola dengan benar adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu besar seperti Sosial Media, Globalisasi, Mobile commerce, Geopolitic war, Renewable techonologies and Smart mechines, Outsourcing,  Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, Telecommuting dan virtual teams,  Cybercrime, hingga pada Redistribusi kekuatan ekonomi. 

Sebuah kenyataan, sebuah dunia yang sama sekali berbeda sebelum 10 tahun yang lalu. Dan dipastikan akan terus berubah dan berbeda dalam segala aspek, arah, dinamika, tantangan dan tentu saja strategi mengelolanya.

Perubahan besar sedang terjadi di dunia berarti para pemimpin saat ini menghadapi tantangan yang tidak dapat mereka lakukan bahkan bayangkan beberapa tahun yang lalu. Dalam sebuah survei oleh Center for Creative Leadership ditemukan bahwa sebesar 84 persen pemimpin yang disurvei mengatakan definisi kepemimpinan yang efektif berubah secara signifikan dalam beberapa tahun pertama abad kedua puluh satu yang baru dijalani 15 tahunan ini. 

Bahkan sebelum teknologi informasi mobile dan sosial media  mulai membentuk kembali kehidupan pekerjaan sehari-hari. Keterhubungan dan mobilitas sosial menjadi aspek utama yang harus dieklola oleh seorang pemimpin.

Hasil-hasil pemikiran para sejarawan dan bahkan para ilmuwan percaya bahwa dunia kita sedang mengalami transformasi. Lebih mendalam dan jauh jangkauannya daripada yang dialami sejak zaman modern dan Revolusi Industri lebih dari 500 tahun yang lalu. Pemimpin hari ini beroperasi di dunia di mana sedikit yang pasti, kecepatannya tanpa henti, dan segalanya lebih kompleks.

Paradigma Usang ke Paradigma Baru

Kenyataan dunia baru yang telah berubah sangat drastis dalam segala aspek, maka pemimpin harus meninggalkan paradigma usang, paradigma tradisional dan segera berpindah dalam wilayah paradigma modern yang lebih maju.

Transformasi ini membutuhkan transisi dari Paradigma Kepemimpinan Tradisional masuk kedalam Paradigma Kepemimpinan Baru nan Modern.  

Paradigma adalah pola pikir bersama yang mencerminkan secara fundamental pola berpikir seorang pemimpin tentang melihat dan memahami dunia ini. Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara memandang dunia ini dan dengan cara memandang demikian, akan menentukan sikap, langkah dan perilaku mengelola dunia ini.

Dalam ranah kepemimpinan, dikenal juga paradigma kepemimpinan yang usang dan sama sekali tidak efektif untuk mengelola organisasi, karena akan banyak menimbulkan permasalahan ketimbang kinerja yang baik.

Terdapat lima macam paradigma usang seorang pemipin yang tidak berkualitas dan akan menemui kegagalannya, yaitu (i). Stabilazer, (ii). Controller, (iii). Competitor, (iv). Diversity Avioder, dan (v). Hero. Sementara itu, ada juga lima aspek Kepemimpinan Paradigma Baru, yaitu (i). Change Manager, (ii). Facilitator, (iii). Collabolator, (iv). Diversity Promoter, dan (v). Humble.

Pertama, From Stabilizer to Change Manager

 Di masa lalu, banyak pemimpin berasumsi bahwa jika mampu melakukan hal-hal yang berjalan dengan baik terus menerus dan mantab maka organisasi akan sukses. Namun dunia sekarang ada di dalamnya gerakan perubahan yang konstan dan dijamin tidak ada lagi yang pasti. Jika seseorang pemimpin masih memiliki ilusi adanya stabilitas pada awal abad kedua puluh satu ini dipastikan organisasinya atau perusahaan yang dimpimpinnya sudah hancur dan gulung tikar.

Kejadian-kejadian maha dahsyat yang terjadi diberbagai belahan dunia beberapa tahun terakhir menjadi bukti konkrit tentang terjadinya gerakan perubahan yang memaksa seorang pemimpin untuk tidak lagi berpikir stabilitas. 

Sekadar contoh, Gempa dahsyat di Jepang pada tahun 2011 memicu gelombang tsunami besar-besaran dan merusak reaktor nuklir di pembangkit listrik Daiichi Fukushima dan menyebabkannya penutupan beberapa perusahaan, menciptakan gangguan rantai pasokan produsen di seluruh dunia. Setelah bencana tersebut, para manajer di Tokyo Electric Power Company (Tepco) dikritik karena gagal bertindak cepat mendinginkan reaktor di Fukushima.

Contoh lainnya, The Arab Spring, sebuah gelombang protes revolusioner di dunia Arab itu dimulai pada akhir 2010, telah menciptakan lingkungan yang hiruk-pikuk untuk bisnis yang beroperasi di wilayah ini serta meningkatnya ketidakpastian dan ketidakstabilan perusahaan di seluruh dunia. 

Ketidakstabilan tetap meningkat di seluruh dunia dunia Arab menyebabkan masalah bagi organisasi lokal dan asing.

Lihat misalnya yanga terjadi di Uni Eropa (UE), Spanyol, Irlandia, dan khususnya Yunani mengalami kesulitan membayar hutang mereka, menyebabkan kemungkinan perpecahan sistem euro (mata uang tunggal yang diadopsi oleh negara-negara Uni Eropa). 

Pemimpin perusahaan multinasional melakukan bisnis di negara-negara Uni Eropa harus bersiap menghadapi yang terburuk dan mengambil langkah melindungi diri sendiri, serta mempertimbangkan apa yang akan dilakukan jika  kembali ke mata uang nasional.  

Mempertahankan sesuatu yang stabil sesungguhnya menjadi usaha yang sia-sia belaka. Yang dibutuhkan adalah upaya dan reaksi gerak sangat cepat agar tidak ketinggalan mengikuti perubahan yang ada dan akan terus ada. Bila perlu harus mendahului perubahan itu. Ini artinya paradigma stabilitas tidak menjadi jawaban persoalan yang ada.

Pemimpin terbaik hari ini menerima keniscayaan perubahan dan krisis dan memanfaatkannya, mereka sebagai sumber potensial energi dan pembaharuan diri. Kemampuan beradaptasi adalah semboyan hari ini.  

Bahwa kesuksesan organisasi hasil dari pemimpin yang bisa tetap tenang, fokus, dan disiplin dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang tak terelakkan.

Kedua, From Controller to Facilitator

Para pemimpin yang sedang berkuasa pernah percaya bahwa kontrol yang ketat dibutuhkan organisasi yang berfungsi efisien dan efektif. Hirarki organisasi yang ketat, pekerjaan terstruktur dan proses kerja, prosedur yang terperinci dan mengikat semua orang, bahwa orang-orang di puncak memiliki kekuatan dan mereka yang berada di bawah tidak memiliki kuasa apapun.

Saat ini, asumsi usang tentang distribusi kekuasaan tidak lagi bisa diterima. Penekanan pada kontrol dan kekakuan berfungsi untuk memadamkan motivasi, inovasi, dan moral sehingga bukan lagi  menghasilkan capain yang diinginkan tetapi ambruknya moral dan semangat kerja karyawan.

Pemimpin yang efektif berbagi kekuasaan ketimbang menimbunnya dan menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan otak organisasi dengan mendapatkan semua orang yang terlibat dan berkomitmen dalam organisasi. 

Alih-alih menjadi pengendali, pemimpin adalah fasilitator yang membantu orang melakukan dan menjadi yang terbaik dengan menghilangkan rintangan untuk mencapai kinerja yang baik, membuat orang menyukai apa yang mereka butuhkan, memberikan kesempatan belajar, dan menawarkan dukungan dan umpan balik.

Ini berarti modal manusia menjadi lebih penting daripada modal finansial. "Ide atau gagasan jauh lebih penting daripada materi".  Bila semua organisasi membutuhkan pekerja menjalankan mesin delapan jam sehari, sistem komando dan kontrol tradisional umumnya bekerja cukup baik, tapi kesuksesan hari ini tergantung dari kapasitas intelektual semua karyawan. 

Salah satu tugas pemimpin yang paling menantang adalah yang memungkinkan setiap orang untuk merangkul dan menggunakan kekuatan mereka secara efektif bagi kemajuan perusahaan.

Ketiga, From Competitor to Collaborator

Dunia sekarang dikuasai oleh sosial media yang luar biasa. Sehingga media sosial telah menempatkan konektivitas pada steroid,"  yang tampil dalam bentuk samar-samar nan kabur kabur dan kadang-kadang melenyapkan batas-batas di dalam dan di antara organisasi. 

Dalam jaringan yang saling terkait usia, kolaborasi menjadi lebih penting daripada persaingan. Artinya, perkembangan teknologi media sosial menempatkan paradigma usang sebagai Pesaing/Competitor, sudah tidak lagi relevan.

Karena kecenderungan orang saat ini menjadi menyatu dalam sebuah kerjasama atau kolaborasi untuk menghadapi dan mengelola sesuatu. Keberhasilan seorang pemimpin memanfaatkan ide, talenta, dan sumber daya secara maksimal dari segala jenis  dan sumber. 

Pemimpin yang paling berhasil menekankan kerja tim, kompromi, dan kerja sama, tim self-directed dan bentuk kolaborasi horizontal lainnya menyebar pengetahuan dan informasi di seluruh organisasi.

Pemimpin yang efektif juga bekerja sama dengan pemasok, pelanggan, pemerintah, universitas, dan organisasi lainnya. Ada trend yang berkembang di dalam perusahaan yang menganggap diri mereka sebagai tim yang menciptakan nilai bersama bukan sebagai entitas otonomi dalam persaingan dengan yang lainnya. Kolaborasi menghadirkan tantangan kepemimpinan yang lebih besar daripada konsep lama kompetisi.

Pemimpin pertama harus mengembangkan pola pikir kolaboratif mereka sendiri dan kemudian menciptakan lingkungan kerja tim dan komunitas yang mendorong kolaborasi dan saling mendukung. Mereka belajar menjaga komunikasi tetap terbuka dan menggunakan pengaruh alih-alih menggunakan wewenang mereka untuk memadamkan bahaya politik, dan bergerak maju.

Keempat, From Diversity Avoider to Diversity Promoter

Banyak organisasi saat ini dibangun berdasarkan asumsi keseragaman, pemisahan, dan spesialisasi. Orang yang berpikir sama, bertindak sama, dan memiliki keterampilan kerja yang sama dikelompokkan ke dalam sebuah departemen, seperti akuntansi atau manufaktur, terpisah dari departemen lain.

Kelompok homogen merasa mudah bergaul, berkomunikasi, dan saling memahami. Pemikiran seragam yang muncul, bagaimanapun, bisa menjadi bencana di dunia menjadi lebih multinasional dan beragam. 

Membawa keragaman ke dalam organisasi adalah cara untuk menarik manusia berbakat terbaik dan mengembangkan pola pikir organisasi yang cukup luas untuk berkembang dalam dunia multinasional.

Mencari karyawan dengan usia, nilai, latar belakang etnis, dan pengalaman kerja yang berbeda. Orang-orang memiliki gaya yang berbeda, namun organisasi nampaknya bekerja lebih baik. Kelompok orang yang berbeda peran, dan beragam pengalaman memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan baik untuk kinerja yang lebih baik.

Kelima, From Hero to Humble

Aspek terakhir dari paradigma kepemimpinan adalah merasa menjadi pahlawan. Seorang pemimpin targetnya adalah menjadi orang yang dianggap penyelamat dan paling besar di dalam sebuah organisasi. "Leader-as-hero", sebuah paradigma usang yang sudah tidak berlaku lagi. 

Yang dibutuhkan sekarang adalah paradigm baru, yaitu "leader-as-humble", mengenali pemimpin dibelakang layar dengan susah payah yang dengan tenang membangun perusahaan yang kuat dan tangguh dengan mendukung dan mengembangkan setiap orang lain daripada memaksakan kemampuannya sendiri untuk sukses dan dianggap pahlawan. 

Adalah seorang Abraham Lincoln yang memutuskan  membuat pilihan yang jitu di awal karir politiknya untuk menggunakan kemampuannya untuk melayani kepentingan rakyat Amerika Serikat daripada memberi makan egonya sendiri.

Sumber: strategicleaders.wordpress.com
Sumber: strategicleaders.wordpress.com
Salah satu alasan untuk beralih dari hero  ke humble nan rendah hati adalah kurang realistis untuk pemimpin individu menghadapi semua tantangan di dalam tim atau organisasi yang keadaaannya kompleks dan berubah dengan sangat cepat. 

Pemimpin pahlawan mungkin lebih berisiko dan bernai membuat keputusan sendiri seringkali tanpa mempertimbangkan kebaikan yang lebih besar, sedangkan pemimpin yang rendah hati akan meminta nasehat dan meluangkan waktu untuk memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakannya.

Melihat perubahan dunia yang sudah menglobal habis-habisan ini, seakan tidak ada jarak lagi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, seakan dunia ini telah menjadi sebuah "Global Village" atau desa dunia, dimana kemajuan telekomunikasi, komunikasi dan informasi menyebabkan konektivitas yang tinggi antara semua manusia sejagad ini, maka hanya pemimpin yang meninggalkan paradigm usang  yang berhasil, dan berkualitas ketika dengan sungguh-sungguh menerapkan Paradigma Kepemimpinan Baru.

Yang diinginkan saat ini dan dimasa yang akan datang, bukan lagi seorang Pemimpin Pahlawan, tetapi yang dirindukan adalah Pemimpin yang Humble!

Yupiter Gulo, TSM-Bekasi, 9 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun