Dikhotomi dari luar atau dari dalam merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia. Sama halnya dengan adanya siang atau malam, baik atau buruk, laki-laki atau perempuan. Keduanya saling meniadakan dan tidak bisa hadir dalam waktu yang bersamaan. Pilih dari dalam berarti yang dari luar ditiadakan. Ketika seseorang memiliki jenis kelamin perempuan maka pada saat itu juga tidak bisa mengklaim bahwa dia berjenis kelamin laki-laki. Pada saat malam menjelang maka siang hari menghilang.
Kalau demikian, mana yang lebih penting, yang berasal dari dalam atau yang datang dari luar? Â Yang dimaksudkan adalah kekuatan mana yang memberikan kehidupan, apakah yang datang dari dalam diri seseorang atau yang bersumber dari luar kehidupan seseorang ?
Ada pesan bijak yang mengatakan bahwa "apabila telur dipecahkan dengan kekuatan yang datang dari luar maka dipastikan akan hancurlah telur itu dan kehidupan tidak akan muncul dari dalamnya, tetapi apabila telur itu dipecahkan dengan kekuatan yang datang dari dalam maka yang akan muncul adalah sebuah kehidupan".Â
Pesan bijak yang sangat sederhana ini tetapi memiliki makna yang sangat mendasar. Yaitu, sebuah telur tidak dapat dipaksakan menetas dengan kekuatan dari luar, tetapi telur akan menetas pada waktunya dengan kekuatan yang datang dari dalam telur itu sendiri, hingga mampu memecahkan dinding telur dan akan keluar "anak yang hidup".
Kata kuncinya adalah anak yang hidup keluar dari telur, memiliki kehidupan yang menjadi awal dimulai perjalanan hidup di dunia yang penuh dengan tantangan dan rintangan untuk membentuk hidup dan kehidupan yang semakin kuat dan matang. Â
Hidup hanya bisa bertumbuh bila dimulai dari dalam dan bukan dari luar. Kekuatan yang datang dari luar, selamanya akan menjadi faktor yang menguji kekuatan dan kematangan hidup.Â
Kemungkinannya memang ada dua, yaitu tantangan dan rintangan bisa saja melemahkan dan bahkan mematikan kehidupan itu, atau dan ini yang diharapkan, yaitu hidup semakin kuat, bertumbuh dan berkembang menjadi kehidupan yang baik dan berhasil.
Keasadaran dan pemahaman yang betul tentang hal itu harus dialami oleh setiap orang. Sebab, banyak orang yang gagal, terpuruk bahkan lebih fatal lagi hidup sampai hancur lebur berkeping-keping, kemudian mencari kambing hitam dan menyalahkan pihak lain, orang lain dan kekuatan dari luar yang lainnya, dan merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa dalam kegagalan itu.Â
Yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa seseorang tidak mampu memperkuat dan mengembangkan sumber kehidupan yang ada didalam dirinya sendiri, dan berharap kekuatan dari luar yang menghidupkannya. Ini tidak benar dan selamanya tidak akan menolong sesorang untuk menjadi lebih kuat dan berhasil.
Bila meenggunakan cara berpkir strategis, maka yang mau dikonkritkan adalah bahwa Kekuatan atau Streng dan Kelemahan atau Weakness sumbernya datang dari dalam diri seseorang dan bukan dari luar.Â
Seseorang harus memahami dan mengenal serta mampu mengidentifikasi aspek-aspek apa saja yang menjadi kekuatannya dan Kelemahan yang dimiliki. Semakin seseorang memahami dirinya secara benar maka dia mampu mengenali apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Apa manfaatnya mengenali aspek kekuatan dan kelemahan diri sendiri? Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pada dasarnya merupakan sumberdaya yang bisa digunakan untuk mewujudnyatakan tujuan, cita-cita, target yang diinginkan.Â
Segala sesuatu hanya bisa dicapai bila ada usaha dan sumber daya yang memadai. Dengan memiliki kekuatan dan sekaligus kelemahan, seseorang bisa menentukan apakah mampu meraih atau mendapatkan dan memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada di luar dirinya.Â
Kesempatan dan peluang tersedia sangat banyak diluar sana, tetapi tidak semua orang mampu memasuki dan mengambil peluang itu. Artinya sangat tergantung dari kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.Â
Dan tentu saja situasinya semakin tidak mudah, sulit dan bahkan berat karena pada saat yang sama banyak orang juga yang ingin memanfaatkan kesempatan yang ada. Dengan demikian munculnya persaingan dari setiap orang untuk mengadu kekuatan yang dimiliki. Dan dipastikan yang memenangkan kesempatan adalah yang memiliki kekuatan yang lebih baik dari semua yang lain pada waktu itu.
Harus disadari bahwa tidak mudah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Karena kecenderungan orang untuk melakukan manipulasi terhadap diri sendiri dengan tidak mengakui apa yang menjadi kelemahanya, dan merumuskan kekuatannya secara tidak benar hanya agar dia dianggap lebih hebat saja walaupun tidak hebat secara factual.Â
Kondisi inilah yang harus dikelola secara benar apabila seseorang mau menjadi pribadi dan orang yang bertumbuh, matang dan dewasa dalam keberhasilan hidup. Bila memahami kelemahannya dengan benar, maka bersegeralah yang membenahi dan meningkatkan kekuatan lainnya agar aspek kelemahan dapat diatasi untuk meraih kesempatan yang lebih baik.
Keberhasilan dan kesuksesan hanya bisa diraih bila motivasi itu tumbuh dari dalam. Sumber motivasi yang sangat baik, kuat dan efektif untuk jangka panjang, hanya yang berasal dari dalam diri sendiri dan bukan yang datang dari luar.Â
Contoh konkrit yang baik sumber motivasi adalah cita-cita atau mimpi meraih sesuatu keberhasilan, misalnya menjadi sarjana terbaik, melanjutkan studi hingga doktor, akan mendorong sesroang untuk memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk terus belajar dengan tekun dan konsisten hingga mencapai tujuannya. Menjadi kebanggan orangtua juga bisa menjadi sumber motivasi yang dari dalam.
Kegagalan yang dialami dalam perjuangan hidup sangat mungkin terjadi ketika seseorang memusatkan diri pada hal-hal yang semu dan yang tidak mendasar sebagai fondasi kekokohan hidup yang harus terus berlanjut melewati berbagai badai, kesulitan, pergumulan dan rintangan hidup.Â
Cari dan fokus pada yang kekal dan bukan pada yang semu. Yang semu akan menghabiskan sumberdaya yang dimiliki, waktu akan terbuang, tenaga da pikiran akan sia-sia belaka. Tentang hal yang kekal abadi sifatnya dan menjadi fondasi kehidupan menjadi lebih kuat dan bertumbuh serta bebuah lebat.
Manusia sebagai makhluk spiritual menegaskan bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan seseorang akan menghabiskan emosinya secara sia-sia dan mencemari kehidupannya. Juga Dia tidak mengharapkan seseorang menghabiskan semua sumberdaya yang dimiliki hanya untuk meresponi kebencian, kemarahan, kepahitan sepanjang hidupnya.Â
Tetapi, Tuhan mau didalam diri ciptaannya terdapat aliran-aliran air hidup kehidupan, terpancar keluar untuk melayani kehidupan yang menyegarkan lingkungannya dimanapun berada. Dan inilah yang disebutkan sebagai sumber kekuatan yang berasal dari dalam tidak saja menghidupkan diri sendiri tetapi juga memberikan kehidupan kepada lingkungannya, orang lain yang ada disekitarrnya.
Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan kekuatan dari dalam diri sendiri, akan dicapau apabila setiap orang mededikasikan waktu dan tenaga yang dimiliki untuk mengembangkan diri dari dalam menuju keluar, dan bukan sebaliknya dari luar ke dalam !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H