Ketika berkuliah dahulu ada pesan bijak dari seorang dosen saya yang mengatakan bahwa "hilang uang tidak ada hilang, bilang barang sedikit yang hilang tetapi hilang kepercayaan maka hilang segala-galanya".
Pesan bijaksana ini sangat tepat untuk memahami makna dari kemajuan yang sudah dicapai oleh Indonesia beberapa tahun terakhir ini, khususnya dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala dengan Kabinet Kerjanya.Â
Terutama dengan terpilihnya Indonesia sebagai salah satu negara anggota tidak tetap dalam Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) beberapa hari yang lalu, dan pada  tahun 2017 Indonesia menembus menjadi salah satu Negara yang masuk dalam One Trilliun Dollar Club (OTDC).
Prestasi dunia atau kinerja level internasional ini bukan main-main dan diyakini bukan juga rekayasa untuk kepentingan tertentu, tetapi secara faktual Indonesia menunjukkan kinerja dan capaian yang memang berada pada level luar biasa ini. Mengamati kiprah dan sepak terjang dan strategi kerja pemerintahan Jokowi secara kasat mata memahami kinerja ini wajar dicapai.
Tema publik "kerja-kerja-kerja" telah menjadi dinamika yang mengubah kehidupan yang dibawa secara mendasar oleh Presiden ke-7 negeri ini. Bahkan telah menjadi gerakan yang sesungguhnyaa telah meresap dan menjadi pola dihampir semua level masyarakat, baik swasta dan berharap juga di lingkup pemerintahan. Tidak mengherankan kalau dalam waktu yang sangat singkat, perubahan yang sangat signifikan bisa dilihat dan dirasakan oleh seluruh masyarakat.
OTDC yang sangat bergengsi
One Trillion Dollar Club (OTDC) merupakan istilah untuk negara-negara yang memiliki skala ekonomi terbesar dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari US$1 triliun. Dan saat ini hanya ada 15 Negara yang masuk dalam OTDC, sehingga dengan Indonesia masuk dalam kelompok elit ekonomi ini, maka jumlahnya menjadi 16 negara dari 180 Negara yang ada di dunia saat ini.Â
Negara-negara yang masuk dalam OTDC adalah AS (1997), Kanada (2005), Meksiko (2007), Brasil (2006), Italia (1990), Spanyol (2004), Inggris (1990), Jerman (1990), Rusia (2007), India (2007), Tiongkok (1998), Jepang (1979), Korea Selatan (2007), dan Indonesia (2017) (Ekonomi Indonesia Masuk Trillion Dollar Club).Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa masuknya Indonesia dalam OTDC merupakan bukti nyata geliat ekonomi Indonesia di tingkat Internasional yang semakin menggurita dan mendapat kepercayaan dunia untuk ikut memainkan perannya dalam ekonomi global secara massive dan terus menerus.Â
Berdasarkan data yang menujukkan Indonesia di Tahun Anggaran 2017 dengan Product National Brutto (PDB) sebesar RP 13.588,8 T, atau setara dengan US$1.03 triliun.
Sebuah capaian yang sangat fantastik. Ini tentu sebuah kebanggaan bagi seluruh bangsa dan rakyat Indonesia tanpa kecuali. Dan tentu saja sangat membesarkan hati karena kejadian ini dicapai di era kepemimpinan Presiden ke-7 RI yaitu Joko Widodo dan Jusuf Kala. Sebuah momen sejarah yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Mengapa baru sekarang Indonesia bisa mencapai 16 besar ekonomi dunia? Nampaknya, ini menjadi akumulasi kinerja keseluruhan pekerjaan Kabinet Kerja yang dikomandoi oleh Presiden Jokowi secara langsung. Membangun Indonesia dibawah panji Nawacita, membangun dari luar atau pulau-pulau terluar dan bukan dari Jawa atau Jawa-Centris tetapi Indonesia Centris, dan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran dan dilakukan secara simultan diseluruh wilayah NKRI.Â
Profesor Arbie Sanit dalam media sosialnya mencatat begini : "Selain itu pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut juga berkontribusi besar. Orientasi pembangunan dari Jawa Centris menjadi Indonesia Centris menjadi isu cantik yang berhasil menaikkan kepercayaan publik terhadap Pemerintah".
Dengan masuknnya Indonesia dalam jajaran Negara-negera OTDC itu berarti Indonesia dipercaya oleh dunia untuk mengelola ekonominya secara benar dan baik yang berorientasi pada peningkatan kinerja ekonomi yang tinggi. Ada keyakinan dunia bahwa Indonesia dipercaya untuk mengelola berbagai bantuan, kerjasama maupun sumberdaya ekonomi yang berguna, tidak saja bagi Indonesia sendiri tetapi juga bagi dunia ini.
Disana ada trust, ada kepercayaan yang sangat tinggi dari dunia bahwa Indonesia mampu mengelola negaranya secara mandiri. Bila ini yang kondisinya, maka dipastikan bahwa dukungan dan bantuan modal, investasi dan capital akan tidak terlalu sulit bagi Presiden Jokowi untuk mendapatkannya. Kepercayaan ekonomi dunia bahwa dana mereka, investasi mereka aman dan bebas dari berbagai korupsi pelaku-pelaku ekonomi.
DK PBB, peran yang sangat strategis
Prestasi yang paling hangat adalah dengan Indonesia kembali terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB untuk periode 2019-2020. Kemenangan ini didapat setelah Indonesia memperoleh 144 suara dari 190 negara anggota PBB dalam sidang Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB, New York. Sebuah kebanggaan dan kepercayaan dari dunia internasional, bahkan badan dunia PBB.
Walaupun ini kali pertama menjadi anggota tidak tetap dalam DK-PBB, tetapi capaian ini menjadi memiliki makna yang strategis ketika Indonesia sedang berusaha memainkan peran strategisnya di level global dan memiliki multi target dan sasaran yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, yang pada akhirnya agar kemajuan Indonesia dalam membangun Negeri juga menjadi lebih tinggi dan lebih baik lagi.
Berdasarkan catatan sejarah menunjukkan bahwa Indonesia resmi menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa ke-60 pada tanggal 27 September 1950, yang ditetapkan dengan Resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/491 (V) tentang "penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa" (Wikipedia). Sementara pernah tercatat menjadi anggota tidak tetap DK-PBB pada tahun 1973/1974, 1995/1996, dan 2007/2008.
Berdasarkan situs dari PBB mencatat bahwa anggota DK-PBB itu, terdiri dari 15 Negara anggota, didalamnya ada 5 Negara anggota tetap yaitu USA, Inggris, Perancis, Rusia, dan Tiongkok. Sementara itu 10 Negara lainnya menjadi anggota tidak tetap, termasuk Indonesia yang baru terpilih dan akan mulai berfungsi awal tahun 2019.
Ini adalah sebuah kepercayaan dunia  bagi Indonesia bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengemban tugas dan tanggungjawab dalam DK-PBB. Kepercayaan ini dapat difahami dari 144 Negara yang memilih Indonesia dari 190 Negara anggota PBB. Ada harapan besar disana bahwa kini Indonesia harus memainkan peran penting dan strategis bagi dunia global ini.
Pengakuan keberhasilan adalah mengelola kepercayaan
Recognation and Apreciation merupakan dua hal yang dicapai oleh Indonesia dalam level dunia Internasional. Disana ada pengakuan dan sekaligus penghargaan bahwa Indonesia yang telah bekerja, berjuang tiada lelah untuk memajukan dan membangun kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih meningkat lagi dapat disejajarkan dengan negara-negara lain yang sudah maju. Ini akan sangat membanggakan dan menggembirakan, tetapi sekaligus menjadi tanggungjawab bagi Indonesia secara keseluruhan untuk mampu mengelola pengakuan dan penghargaan yang telah disematkan oleh dunia internasional.
Menerima penghargaan itu berarti merawat dan mengembangkan kepercayaan yang sudah diberikan oleh dunia. Kepercayaan inilah yang sesungguhnya menjadi pengikat seluruh elemen dalam republik ini untuk termotivasi terus maju membangun bersama menuju Indonesia yang lebih baik dan maju. Dengan demkikan sesunggungnya dunia internasional sedang menunggu langkah selanjutnya dari Indonesia untuk lebih maju lagi. Kepercayaan yang sudah diberikan akan menjadi modal untuk menjadikan pembangunan lebih dinamis lagi.
Nampkanya apa yang sudah diramalkan oleh banyak institusi bahwa pada tahun 2045-an Indonesia akan menjadi sebuah Negara Maju yang sejajar dengan yang lain, bukan sesuatu yang mustahil akan diwujudkan dengan konkrit. Seperti yang beberapa kali Presiden Jokowi ingatkan bahwa kalau saja Indonesia mampu menjaga pertumbuhana ekonomi setiap tahun sebesar diatas 5%, maka pada baberapa tahun kedepan Indonesia sudah masuk pada level yang lebih tinggi lagi. Melihat strategi kerja kerja dan kerja Jokowi selama 3 tahun terakhir ini, rasanya koq tidak terlalu sulit untuk mewujdukan hal itu.
Apalagi dengan peran strategis yang dimiliki sebagai anggota DK-PBB dan bergabung dalam Negara OTDC, segala kemudahan yang dibuuthkan sudah terbuka jalannya. Tinggal bagaimana semua channel dan networking itu dapat dikelola secara optimal dan maksimal untuk mendorong pertubuhan ekonomi Indonesia kedepan.
Kepercayaan dunia melalui keterlibatan dalam jaringan ingternasional, OTDC dan DK-PBB menjadi modal sangat besar yang memungkikan semua sumberdaya lainnya dapay bersinergis secara efektif menunju Indonesia yang maju pada tahun 2045.
Menghadapi tantangan besar dari dalam
Mengelola kepercayaan dunia global terhadap Indonesia, tidaklah semudah mengatakannya. Karena tantangan yang paling berat itu datangnya dari dalam negeri sendiri dan bukan dari luar. Luar negeri sudah mengakui keberhasilan Indonesia dan bahkan menaruh percaya penuh kepada Indonesia secara langsung dan dengan demikian dunia internasional siap untuk mensupport Indonesia. Tetapi konflik kepentingan yang ada didalam Negeri menjadi problem bagi bangsa ini.
Politik yang sudah menjadi pahlawan sejak reformasi dan rezim Soeharto jatuh menjadi batu sandungan yang sangat tajam bagi setiap presiden yang terpilih di republik ini. Dengan multi partai yang sangat banyak membuat tidak lancar dan nyamannya mengelola pemerintahan yang ada. Sebab, partai pada dasarnya adalah kepentingan. Semakin banyak partai maka semakin banyak kepentingan. Dan kepentingan memaksakan untuk harus dipenuhi. Mulai dari kepentingan jabatan, posisi, sampai kepada budget dan proyek pembangunan yang dilaksanakan mulai dari pusat sampai ke kampung-kampung.
Kalau eksekutif, katakatan Presiden menghabiskan waktunya untuk memenuhi semua kepentingan partai, habislah negeri ini dan tidak akan kemana-mana hasil yang dicapai. Akan mengulang prestasi presiden sebelumnya yang hanya bergerak ditempat, untuk tidak dikatakan mundur blasss. Â Pada kondisi seperti ini harus bisa disimpulkan bahwa partai politik menjadi penghambat bagi kemajuan pembanguna di dalam bangsa ini.
Leadership style yang ditawarkan oleh Jokowi sejak menjabat sebagai orang nomoer satu di negeri ini, menolong banyak untuk tidak terjebak dalam jebakan-jebakan kepentingan partai yang ada. Minim berkomentar apalagi mengumbar janji dan memaki lawan politiknya, serta lebih banyak menggunakan bahasa tubuh dan analogi yang fun setiap ada ketegangan, membuat pemerintahan Jokowi mampu menembus badai dan kabut tembok hitamnya yang dibangun oleh para kelompok maupun partai. Jokowi yang sangat bersih dalam segala hal membuatnya bebas untuk memberikn yang terbaik bagi negeri ini tanpaa menyakiti siapapun secara langsung.
Style Jokowi sebagai presiden ke-7 negeri ini telah mengkreasi sebuah icon profil pemimpin yang mamang beda sama sekali dengan yang lain. Dia memang Jokowi tidak ada yang lain. Dan dunia sedang melihatnyanya sebagai icon yang bisa dipercaya untuk membangun Indonesia sejajar dengan Negara Maju lainnya.
Indonesia sudah masuk 16 Negara OTDC dan Anggota DK-PBB. Lalu apakah kita yakin Indonesia bubar pada tahun 2030 sesuai ramalan fiksi . Atau Indonesia menjadi salah satu Negara besar pada tahun 2045 sesuai estimasi Pwc ?. Saya berpendapat bahwa selagi kepercayaan dunia pada Indonesia sedang berada di puncak, maka Indonesia harus mengelolanya secara professional. Sebab ketika kepercayaan hilang maka hilanglah segala-galanya. Dan akan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan yang sudah hilang.
Bravo Indonesia untuk Negara OTDC dan DK-PBB.Â
Yupiter Gulo, 16/06/2018
- foto ilustrasi diambil Sindonews
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H