Saya  mencoba memabagikan point kunci dan tentu simpel untuk mengenang pergulatan negeri ini pada  85 tahun yang silam. Sangat mungkin point yang saya kemukakan ini juga dipengaruhi oleh catatan kritis saya melihat pergulatan Republik ini hingga saat ini.
Pertama, Soerkarno memiliki pemahaman yang sangat konkrit objektive tentang keadaan Indonesia pada saat itu, baik kondisi masyarakat yang berada dalam penjajahan Belanda, tetapi juga kondisi dan potensi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia yang sangat besar. Disajikan data konkrit tentang aktrifitas export dan import Indonesia  yang sangat teliti sejak tahun 1920-an.Â
Ringkasnya bahwa Emport Indonesia mencapai 220,4% dibandingkan Importnya. Artinya Indonesia sangat untung sbetulnya. Tetapi keuntungan itu tidak dinikmati oleh Rakyat karena dikuasai oleh penjajah. Hasil bumi Indonesia pertambahan, minyak, pertanian dan sebagainya dibawa keluar dari Indonesia.Â
Soekarno mencatat di bandinhkan dengan Afrika Selatan, Philipina, India, Mesir Ceylon (hal 15) Indonesia tertinggi. Saya pikir, ini salah satu alasan kuat mengapa Soekarno yakin bahwa Indonesi harus meredeka agar mampu menguasai sumber daya alam yang sangat kaya itu buat kesejahteraan rakyatnya.Â
Kedua, untuk menyatukan rakyat Indoensia pada waktu Soekarno menggunakan terminologi Marhaen yang  lalu berkembang menjadi Marhaenisme, Marhaenisme adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Dengan dogma ini menjadi alat pemersatu bagi rakyat Indonesia melawan penjajagan Belanda saat itu. Â
Ini sangatlah menarik karena menjadi kekuatan tersendiri agar sadar betul kemiskinan dan kesengsaraan yang dialami pada saat itu. Dalam risalahnya ini, dengan miris Soekarno mencatat beberapa berita dari koran di yang ada dari Juli 1932 sampai dengan Maret 1933, tentang penderitaan rakyat pada saat itu (halaman 20 -22). Misalnya, berita 7 Mei 1932 di  koran Pertja Selatan menulis :
 "Pegadaian penuh, sebab tidak ada yang menbus, semua menggadai. Sekarang gadaian kurang. Ini barang aneh! Sebab mustinya naik ! Bagi saya tidak aneh. Ini tandannya barang-barang yang digadai sudah habis ! tandanya miskin habis-habisan!. Di desa orang-orang 2 hari sekali makan nasi, selainnya makan ubi, tales, singkong, jantung pisang. Sudah sebagai sapi!."
Ketiga, berangkat dari kondisi kemelaratan disatu pihak tetapi Indonesia yang kaya dipihak lain, Soekarno tahu persis apa yang harus dibuat. Dia menulis : "Indonesia, tanah yang mulia; Tanah kita yang kaya; Disanalah kita berada; Untuk selama-lamanya ......" Tak ada kata mundur Indonesia, apapyn yang terjadi rakyat harus bersatu untuk membangun jembatan emas itu, yaitu kemerdekaan.Â
Mudahkah ? tentu tidak mudah karena dibutuhkan strategis dan sumber daya yang kuat ditengah-tengah deraan imperialisme modernnya Belanda. Yang menggunakan tidak lagi cara kuno tetapi menggunakan modal yang besar untuk menguasai seluruh negeri dan ekposrt terus meningkat untuk membawa keluar hasil bumi negeri.
Keempat, untuk menyatukan semua gerakan marhaen Indonesia, dibutuhkan kelompok kerja, semacam partai yang lalu disebutknay partai marhaen. Lalu menajadi marhaenisme. Ini sangat mudah difahami sebagai instrumen bagi Soekarno manyatukan semua kekuatan membangun jembatan emasnya. Di bagian ini sungguh menarik karena pembentukan kelompok ataupun partai yang diinginkan Soekarno adalah harus yang radikal karena memang tujuannya sangatlah besar seperti catatannya berikut ini.
 Dia menulis : Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna. Kita bergerak bukan karena ideaal saja, kita bergerak karena kita ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup meminum seni dan kultur, pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala bagian-bagian dan cabang-cabangya" (halaman 32)