Memperingati hari kelahiran Pancasila  pada hari ini tanggal 1 Juni 2018, memaksa kita untuk berselancar kembali di masa yang lalu dan mengingat banyak tokoh dan pahlawan yang memang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Saya memilih untuk mengingat Soekarno pada hari ini, dengan membuka berbagai referensi yang saya koleksi dari zaman old hingga zaman now.Â
Dan saya memilih satu buku ringkas berjudul "Mentjapai Indonesia Merdeka". Ya, siapa yang tidak mengenal Soekarno yang menjadi inspirasi banyak orang didunia dn tentu saja Indonesia. Kutipan-kutipan pidatonya beredar sangat luas diberbagai media, terutama media online dan sosial media. Terlepas dari kontroversi kepemimpinannya, namun semua pikiran-pikirannya betul awet sejak dulu hingga sekarang. Tentu saja pikiran-pikiran itu lahir dalam tantangan yang berbeda, namun jangkauannya sungguh tanpa batas waktu dan tempat.
Buku tipis ini hanya 84 halaman saja, memang tidak bicara membahas Pancasila yang hari ini diperingati kelahirannya. Tetapi buku ini merupakan "Risalah yang ditulis ketika Bung Karno beristirahat disesuatu tempat dipegunungan Selatan Bandung (Pengalengan) pada bulan Maret 1933".Â
Dikutip dari Penerbitan Departemen Penerangan R.I, oleh Penerbitan Chusus - 84. Dan dicetak oleh C.V. BWaro Niaga - Djl. Garuda 40, Jakarta. Â Saya sangat bersyukur dokumen ini masih bisa dibaca dengan jelas, walaupun kertasnya sudah agak kumal kekuningan dan kalau tidak hati-hati kertasnya akan mudah robek.
Membaca buku singkat tetapi padat ini, benar-benar kita akan berada pada suasana Indonesia pada tahun 1920 - 1933. Â Seperti biasanya, gaya penulisan Soekarno tidaklah jauh beda dengan cara dia kalau berpidato diatas mimbar. Hampir semua kata-katanya sungguh-sungguh sebagai "konsep" pemikiran semacam "butir-butir" mutiara pemikirannya tentang eksistensi Indonesia yang masih berada dalam Jajahan Hindia Belanda.Â
Dan sangat mudah merasakan bagaimana penderitaan rakyat pada saat itu, dan nampak bagaimana perasaan Soekarno tentang relaitas keji dan sesangsara itu untuk bisa seger keluar dari jajahan atau imperialisme itu.
Buku Mencapai Indonesia Merdeka ini, nampaknya ditulis oleh Soekarno karena dipicu oleh  perkataan dari Professor Veth yang pernah berkata"bahwa sebenarnya Indonesia tidak pernah merdeka.Â
Dari zaman purbakala sampai sekarang, dari zaman ribuan tahun sampai sekarang, dari zaman Hindu sampai sekarang. Indonesia akan tetap sebagai negeri jajahan, yang semula jajahan Hindia lalu menjadi jajahan Belanda". Oleh Soekarno mengutip syair yang ditulis oleh Professor Veth yang terjemahannya adalah sebagai berikut :
- Dipantainya tanah Jawa yang berdesak-desakan;
- Datang selalu tuan-tuannya setiap massa;
- Mereka beruntun-runtun sebagai runtunan awan;
- Tapi anak pribumi sendiri tak pernah berkuasa
Inilah substansi yang dibahas dengan sangat lugas sederhana tetapi tegas oleh Soekarno dalam buku kecil ini. Bahwa sesungguhnya Professor Veth salah meramalkan nasib Indonesia kedepan. Soekarno menulis "...bahwa Profesor yang pandai itu, yang memang "datuk"nya penyelidikan riwayat kita, ini kali salah raba. Ia lupa bahwa ada perbedaan yang dalam sekali antara hakekat zaman Hindu dan Hakekat Zaman sekarang...".Â
Kemudian Soekarno memaparkan satu persatu pandangannya bahwa Indonesia harus dan pasti merdeka. Bahkan dia menggunakan jembatan emas yang harus segera dibangaun dan dibuat oleh Indonesia. Karena jembatan emas itu adalah kemerdekaan yang harus diraih sebagai alat mencapai tujuan dari Indinesia yang lebih baik dan tidak lagi tergantung pada penjajahan negara lain.
Catatan kritis yang dibuat oleh Soekarno berisi  10 point yang menjadi intisari pergumulan negeri ini untuk membanguna jembatan emas. Bayangkan saja, catatan ini dibuat 1933 pada bulan Maret, artinya sekitar 12 tahun sebelum Indonesia mengalahkan Penjajah dan menjadi Merdeka. Tentu saja sebuah pokok pikiran yang sangat strategis untuk bisa mengalahkan imperialisme yang sangat berkembang di Indonesia, dari Imperialisme Kuno menjadi Imperialisme Modern.