Bulog lahir dan bertumbuh dan menjadi besar dalam era kepemimpinan Soerharto yang identik dengan Pemimpin Orde Baru. Sehingga segala persoalan yang muncul dalam pengelolaan tata niaga beras selalu terkait dengan permsalahan pada era ini. Tak bisa dipungkiri, Bulog menjadi warisan dari sebuah sistem dan kepemimpinan serta manajemen masa orde baru itu.
Artinya, dengan sentralisasi kepemimpinan yang ada, maka urusan tata niaga beraspun relatif bisa dikendalikan, baik kebutuhan masyarakat maupun pasokan yang dibutuhkan. Bahkan ketika kekurangan pasokanpun pemerintah dengan mudah bisa melakukan import sesuai kebutuhan. Dan kelihatannya, semua oke-oke saja, Para petanipun relatif tidak ada gejolak untuk semua kebijakan yang diambil pemerintah.
Walaupun, "nasib petani tetap berada pada level yang tidak menguntungkan", yaitu petani identik dengan kemiskinan, dan karenanyapun banyak orang tidak mau jadi petani, bila ada pilihan lain untuk bekerja.
Bulog dan Pasar
Memasuki era reformasi serta abad ke 21, Bulog memasuki dinamika pasar yang jauh lebih terbuka. Pelaku pasar memiliki kesempatan untuk menjadi pelaku dalam pemasokan maupun pembelian produk dan jasa, termasuk kebutuhan-kebutuhan primer seperti kebutuhan pokok masyarakat, beras, minyak goreng, gula, daging dan lain sebagainya. Situasi ini tentu ada jeleknya bagi Bulog maupun ada baiknya.
Jeleknya adalah dalam memasarkan produk-produk unggulannya harus bersaing dengan pemasok lainnya, yang kualitas dan harga produknya lebih baik dari Bulog. Bahkan cenderung Bulog selalu tertinggal beberapa langkah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain dalam memasok produk unggulan yang dimilikinya.
Berita baiknya, dalam kondisi demikian, Bulog harus berkerja keras, kreatif dan inovatif, tidak saja dalam meluncurkan produk barunya, tetapi terutama dalam mengelola saluran distribusinya. Kalau tidak maka segment pasarnya tidak berubah, yaitu segment tertentu saja yaitu kelas menengah kebawah.
Strategi Brand KITA
Keberanian Bulog untuk mengembangkan sektor komersialnya, patut diapresiasi dengan 5 bintang. Dengan produk unggulannya dibawah "bendara Brand KITA" yang fokus pada produk Beras, Minyak Goreng, Daging, Gula dan Terigu. Ini adalah salah satu indikator kuat Bulog mau berubah dan mau keluar dari zona nyamannya selama ini.
Sebagai permulaan tentu saja sangat baik dan perlu disupport. Tetapi, tidaklah mudah untuk tetap eksis apalagi menguasai pasar sebagai pemimpin pasar. Bulog membutuhkan waktu yang cukup dengan upaya yang terus menerus dan konsisten untuk menjaga keberadaan produk ini. Sebab, di pasar tidaklah seindah yang diharapkan, karena disana aka banyak mafia-mafia untuk memanipulasi pasar dan produk agar mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Masalah yang dihadapi oleh Bulog paling tidak ada beberapa yaitu, pertama, apakah spesifikasi dan kualitas produknya sudah sesuai dengan kebutuhan pasar yang ditargetkan ?, kedua, apakah harganya mampu bersaing dengan yang lain ?, ketiga, apakah salurah distribusinya memadai atau tidak ?, dan keempat sejauhmana promosi yang dilakukan efektif untuk mencapai segemen pasarnya. Sebetulnya ini adalah masalah klasik yang semua perusahaan faham betul bagimana amengelola Marketing Mixnya.