Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia dalam MEA, Sudah Sesuai Jalur?

19 April 2018   08:14 Diperbarui: 19 April 2018   17:34 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kompasiana.com/ekonomi

Jadi, nampkanya hanya perusahaan perusahaan besar sajalah yang memiliki peluang besar dan kesiapan untuk memasuki MEA, sementara UMKN harus menghadapi persaingan yang sangat ketat ketika MEA sudah mulai dibuka tahun  2016. Merekalah yang sesungguhnya menjadi fokus untuk disupport habis oleh pihak pemerintah.

D. PEMBAHASAN

Bidang MEA : Indonesia fokus pada 12 sektor.

Siap tidak siap MEA akan efektif dibuka per 31 Desember 2015. Itu berarti mulai Januari 2016 akan terbuka pasar bebas diantara 10 negara Asean. Akan mengalir secara bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga terdidik dari satu negera ke negara lain, yang kesemuanya bermuara pada satu prinsip pasar terbuka bebas hambatan.

Pada tahun 2011,  dalam rangka mengantisipasi berlakunya MEA ini,  Indonesia telah memutuskan menerbitkan "blue-print MEA" dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. 

Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian sisanya berasal dari lima sektor jasa yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja.

Future Management : Future of Indonesia

Tidak bisa dihindari bahwa kajian kesiapan Indonesia dalam memasuki MEA juga merupakan kajian masa depan yang lebih baik. Dalam konteks ini, maka pengelolaan ekonomi dan bisnis di Indonesia tidak bisa dilakukan lagi dengan cara-cara konvensional apalagi cara-cara tradisional. 

Sebab, hanya dengan perspektif future management Indonesia bisa mampu bersaing bahkan unggul dengan negara-negara lainnya. Hal ini sangat dimengerti mengingat hampir 40% populasi MEA ada di Indonsia. Artinya 40% x 600 juta orang, merupakan potensi ekonomi yang luar biasa. 

Pasar bagi produk dan jasa yang bisa ditampung Indonesia. Demikian juga dengan luasnya wilayah Indonesia yang sangat jauh lebih unggul dibanding dengan 9 negara Asean lainnya. Dan sumber daya alam dan lautan yang dimiliki Indonesia menjadi alasan utama mengapa Indonesia harus unggul dalam MEA dan dimasa masa yang akan datang.

Namun, ini semua baru potensi yang dimiliki yang masih membutuhkan terobosan untuk mengelola agar menjadi sumberdaya aktual yang bisa dijual kepada pasar dikawasan MAE.  Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi empiris Indonesia masih menunjukkan berbagai masalah yang membutuhkan penangan profesional. Masalah-masalah itu, antara lain :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun